Sabtu, 17 November 2018

PSIKOLOGI: ELEMEN-ELEMEN PENTING Rangkkuman dari Buku "Psikologi Pendiedikan" karangan John W. Santrock



Rangkuman dari "Psikologi Pendidikan", (John W. Santrock, Jakarta:Kencana, 2004)



Elemen-Elemen Penting pada Bab II


  1. Perkembangan Kognitif Anak
  1. OTAK
Perkembangan Otak
Dalam perkembangan kognitif anak, otak memegang peranan penting dan menjadi mediator utama dalam terlaksananya proses kerja pemikiran untuk sampai ke aksi atau perbuatan. Perkembangan kognitif yang menuntut proses pembentukan krangka berpikir anak mulai dari belajar, berpikir dan aplikasi pikiran dalam aksi, ini semua sangat dipegang oleh otak. Maka dalam perkembangan kognitif, otak dapat dikatakan sebagai jembatan utama dalam pengaplikasian semua hal yang dilihat, dengar dan dipelajari, yang dalam proses kerja otak memprogram dalam tahapan-tahapan perkembangan anak menunjukan tingkatan kemampuan aksi dalam kehidupan hariannya.
Jumlah dan ukuran otak terus bertambah setidaknya sampai usia remaja (maka dari itu, perubahan  perkembangan krangka berpikir anak  terjadi pada masa-masa ini). Perkembangan otak ini dipengaruhi oleh myelinasion, yakni;  proses  di mana banyak sel otak dan system saraf diselimuti oleh lapisan-lapisan sel lemak yang bersekat-sekat.  Hal ini sangat mempengaruhi  bertambahnya kecepatan input informasi yang disampaikan  (lewat melihat, mendengar, atau pengetahuan-pengetahuan lainnya) ke dalam system saraf langsung diproses oleh otak dan otak mengatur tubuh cepat pula mengatur tubuh untuk melakukan aksinya. Myelination dalam daerah otak yang berhubungan dengan koordinasi mata tangan belum lengkap sampai usia empat tahun.
Aspek yang penting dalam perkembangan otak di tingkat sel adalah peningkatan dramatis dalam koneksi antar neuron (sel-sel saraf). Synapse adalah gap (jarak) tipis antarneuron tempat terbentuknya koneksi antarneuron. Koneksi synaptic  yang dibentuk itu, dua kali lebih akan menguat untuk perkembangan pemikiran dari pada yang dipakai ( yang hanya dalam koridor memanfaatkan)  itu akan digantikan oleh koneksi lain atau bahkan sampai lenyap.  Ini mengandaikan koneksi-koneksi yang tidak dipakai itu akan dipangkas/ tidak berfungsi. Pertumbuhan dramatis  dan pemangkasan synapse dalam area  korteks visual (penglihatan), auditory (pendengaran), prefrontal (penalaran-pengaturan diri) akan sangat mempengaruh terlaksananya perkembangan kognitif anak.
Perkembangan otak anak secara substansial mengalami perubahan anaomis sangat nampak pada usia 3 (tiga) sampai 15 (lima belas) tahun. Dan pada usia 4 (empat) tahun lebih nampak jelas perkembangannya.
Dari usia 0-1 tahun sangat nampak bahwa fusional koneksi visual (penglihatan) sangat berkembang dari pada fusional korteks auditory (pendengaran) dan korteks prefrontal  (penalaran, pengaturan diri). Pada masa inilah anak belajar aktif  lewat apa yang ia dengar. Sedangkan pada usia 2-11 tahun fungsional korteks auditory dan prefrontal  lebih aktif dibandingkan dengan korteks visual. Maka pada masa ini anak akan banyak berkembang kognitifnya lewat auditory dan prefrontal. Dan pada masa 11 tahun ke atas kembali lagi posisi fungsional korteks visual meningkat dan korteks auditory dan prefrontal  mengiringi. Pada masa inilah anak-anak dalam masa pendidikan banyak belajar dari apa yang ia lihat, sedangkan apa yang ia dengar dan penalaran mengiringi sampai pada masanya.
  1. TEORI  PIAGET
Melalui observasi yang dibuat oleh Pieget, ia meyakini bahwa perkembangan kognitif pada anak terjadi dalam 4 (empat tahap, yakni: Sensorimotor, Pra-Oprasional, Oprasional Kongkrit dan Oprasional Formal. Setiap tahap dari berhubungan dengan masa usia anak dan tersusun dalam jalan pemikiran yang berbeda pula. Namun sebelum masuk ke pembahasan tahap perkembangan kognitif, kita mau melihat proses  utama  yang mempengarui terjadinya kerangka tahap perkembangan kognitif pada anak ini. Dalam menangkap dan mengadaptasi skema (konsep dan kerangka informasi) pemikiran, anak memakai proses Asimilasi dan Akomodasi.
Asimilasi adalah suatu proses /jalan pemikiran ketika si anak mengambil/melihat/mengetahui  suatu bentuk konsep pemikiran yang baru dan memasukkannya ke dalam kerangka pemikirannya yang sudah ada. (hal yang baru/diluar masuk kedalam yang mana sudah ada pemikiran terdahulu). Sebagai contoh: ketika seorang  anak umur 3(tiga) tahun diberikan sendok dan garpu untuk menggunakannya saat makan, yang mana si anak sama sekali belumtahu apa itu sendok dan garpu serta belum pernah melihat apalagi menggunakanna. Maka ketika orang tua mengajarinya, ia melihat orang tua memakai sendok dan garpu tersebut. Yakni, sendok dipegang oleh tangan kanan dan garpu oleh tangan kiri, dan kemudian dengan genggaman yang cukup kuat sendok diayunkan untuk mengambil dan mengangkat makanan senta memasukannya kedalam mulut. Setelah ia melihat dan mengetahui cara pemakaian sendok dan garpu yang ia lihat dari orang tuanya, maka saat itulah ia memasukan pengetahuan yang baru kedalam pengertahuan yang sudah ada.
Akomodasi adalah suatu proses mental  yang terjadi didalam diri anak/kerangka pemikirannya yang menyesuaikan diri dengan informasi yang baru dia ambil/lihat/ketahui. Sebagai contoh: nah, saat anak memakai sendok dan garpu, ia harus menyesuaikan genggaman tangan, kekuatan memegang dan cara memegang sendok dan garpu. Ditambah lagi, ia harus menyesuaikan keadaan sendok dan dirinya/posisi mulut yang terbuka untuk menerima makanan yang akan ia masukkan itu. Proses menyesuaikan diri itulah disebut akomodasi.Demikianlah Asimilasi dan Akomodasi berfungsi dalam contoh kasus ini, demikian pula Asimilasi dan Akomodasi dibutuhkan dalam pemikitran anak.
Dalam kerangka berpikirnya, anak secara kognitif mulai mengorganisasikan (mengatur/menata/menyususn/mengelompokkan) prilaku secara terpisah-pisah dan teratur ke dalam system fungsi kognitifnya.  Anak-anak yang belum mengetahui cara memakai sendok dan garpu, juga belum mengetahui cara memakai alat-alat lainnya dan tentang banyak hal lainnya yang di luar pengetahuan pemikirannya, maka ia mencoba memulai mengait-ngaitkan pemikiran pengetahuannya dari apa yang ia lihat dan pelajari  sampai kepada mengorganisasikan semua pengetahuannya itu.
Proses  langkah pemikiran kognitif anak yang mencoba bergerak dari satu tahap pemikiran ke tahap pemikiran selanjutnya, inilah disebut Ekuilibrasi (equilibration). Pergeseran tahap pemikiran anak dari satu pemikiran ke pemikiran lainnya dalam kerangka berpikir anak terjadi konflik kognitif (muncul pertanyaan, keraguan, rasa ingintahu, penerimaan, penolakan,  dll) dalam memahami apa yang dilihatnya di luar dirinya (dunia), inilah Disekuilibrium.
Tahap-Tahap Piagetian
1.      Tahap Sensorimotor
Tahap ini berlangsung sejak kelahiran  sampai  sekitar 2 (dua) tahun. Sensor  (indra) dan motor (otot).  Dengan indra penglihatan, pendengaran dan indra lainnya bayi  mencoba mengoordinasikan  pengalaman akan hal yang baru dipelajari dengan mencoba pelan-pelan memahami  dunia.
Kita membayangkan ketika kita dalam lingkungan yang sama sekali baru. Kita tidak tahu situasi apapun dan kita merasa asing akan lingkungan ini. Demikianlah mental bayi yang masih baru dan aneh. Ia merasa aneh akan lingkungan dan dirinya. Penglihatan sangat mempengaruhinya. Apa yang dilihat, ini yang ia pelajari, walaupun dalam kontek mental yang merasa baru dan aneh. Sistim sensor (indra) menjadi langkah awal. Kemudian gerakan  motoric (otot dalam menggapai dan menyentuh) hal ini langkah belajar mengetahui.
2.      Tahap Pra-Operasional
Tahap ini berlangsung kurang lebih mulai dari usia  dua tahun sampai tujuh tahun. Tahap yang lebih simbolik ketimbang tahap sensorimotor.
 Tahab ini  dibagi  lagi menjadi atas  dua subtahap yakni:
a.        Subtahap fungsi  simbolis, yakni:  terjadi antara usia 2 tahun sampai 4 tahun. Mereferentasikan objek yang tak hadir. Dalam hal ini anak-anak menunjukan perkembangan bahasa  dan rasa ingin bermain.
Pada tahapan usia ini anak akan membuat symbol seturut apa yang ia pikirkan. Symbol-simbol ini sulit dimengerti atau pahami, karena mereka membuatnya belum terbentuk secara rapi dan baik. Pemikiran yang baru bagi mereka masih bersifat pribadi, yakni apa yang mereka pikirkan itu yang mereka lakukan, tudak ada pengertian pemikiran umum. Dalam hal ini egosentrisme (pemikiran seturut perspektif sendiri) sangat nampak dari pada perspektif umum.
b.      Subtahap tahap pemikiran intuitif, yakni: terjadi antara usia 4 tahun sampai 7 tahun.  Anak-anak mulaidengan pemakaian penalaran primitif dan muncul rasa ingin tahu jawaban dari semua pertanyaan yang muncul di dalam pikirannya.
Pada masa ini anak sangat menggunakan pemikiran primitive. Maksudnya  pemikiran yang terbentuk dalam pikirannya sendiri karena apa yang ia lihat dan pikiran sesuai pemikirannya semata tanpa mengindahkan maksud sebenarnya (rasional). Ia merasa yakin dengan apa yang ia pikiran. Mereka menyatakan tahu, namun seturut pemikirannya sendiri bukan kebenaran umum (rational). Pada masa ini pula anak sangat aktif bertanya karena rasa ingin tahu banyak hal yang ia lihat dan alami.
Keterbatasan kemampuan mereka untuk penalaran belum tersusun rapi. Mereka hanya menyatakan apa yang dilihat tanpa mempertimbangkan atau penambahan penalaran pada apa yang dilihat.
3.      Tahap  Oprasional Kongkrit
Tahap ini berlangsung kurang  lebih sekitar tujuh  tahun sampai sekitar sebelas tahun.
Dalam  tahap ini anak mulai dengan pemikiran yang kongkrit  dan mulai menalar menggantikan penalaran intuitif dalam hal kongkrit. Juga anak-anak mampu untuk menggolong-golongkan permasalahan yang di hadapi, walaupun ia belum sampai pada tahap penyelesaian masalah abstrak tersebut.
Pada masa ini anak sudah mulai perpikir lebih kongkrit. Apa yang ia lihat mulai ia pertimbangkan dan ia mulai mampu melihat dan mengerti  bukan hanya dari apa yang ia lihat namun dari apa yang sebenarnya.
Pada masa ini penalaran intuitif berubah menjadi penalaran kongkrit. Balam hal ini anak mulai masuk pada pemikiran yang logis. Mereka sudah semakin spesifik dalam menilai dan berpikir dalam melihat suatu pokok permasalahan.
4.      Tahap operasional  Formal
Tahap ini berlangsung kurang lebih sekitar usia tujuh tahun sampai limabeas tahun.
Dalam tahap ini anak sudah mulai memikirkan pengalaman di luar pengalaman kongkritnya, dan memikirkannya secara lebih abstrak, idealis, dan logis.
Anak-anak pada masa ini mulai mengoptimalkan pemikirannya sampai kepada

  1. TEORI  VYGOTSKY
Ada tiga klaimdalam pandangan Vygotsky:
1.      Keahlian kognitif anak  dapat dipahami apabila dianalisis dan  diinterpretasikan secara developmental.
2.      Kemampuan kognitif dimediasi dengan kata, bahasa, dan bentuk diskursus, yang berfungsi sebagai alat psikologis untuk membantu dan mentransformasikan aktivitas mental.
3.      Kemampuan kognitif
Vygotsky beranggapan bahwa fungsi kognitif berasal dari situasi social. Ia berpikir bahwa anak yang sedang dalam tumbuh kembang kemampuan berpikir dan bertindaknya akan sangat maksimal dibantu oleh orang-orang yang ada di sekitarnya. Maka Vygotsky mencoba menggambarkan suatu konsep hibungan antara anak dan sosialnya dengan istilah Zone of Proximal Deelopment.  Dalam teorinya Vygotsky membagi pemahaman(dalam  ZPD) batas kemampuan anak dalam penyelesaian masalah dalam dua bagian yakni: batas bawah, yakni; kemampuan anak dalam memecahkan /mengerti/menyelesaikan problem pemikiran dan masalah baik atas bantuan orang dewasa  maupun oleh anak itu sendiri. Yang kedua adalah batas atas, yakni; tingkat tanggungjawab atau tugas tambahan  yang dapat di terima anak dengan bantuan  dari luar instruktur yang mampu. Teori  Vygotsky dipandang menarik karena  teorinya mengandung pandangan bahwa pengetahuan itu dipengaruhi situasi dan bersifat kolaborasi.Vygotsky juga beranggapan bahwa peningkatan level dukungan social (Scaffolding) pada anak sangat banyak membantu perkembangan pemikiran anak. Anak mulai sistematis, logis dan rational dala berpikir, bertindak dan berdialok (mengungkapkan pemikirannya) secara baik dan runtut.
  1. Kesimpulan
Pada masa kanak-kanak, proses perkembangan baik secara bilogis maupun kognitif sangat diperlukan untuk dipelajari sebab seorang guru harus mengenali peserta didik, dengan tujuan mengembangkan kemampuan anak.
  1. Perkembangan Bahasa Anak
Arti Bahasa
Bahasa adalah bentuk komunikasi antara dua atau lebih personal  dalam bentuk, verbal atau non verbal serta dalam rupa symbol atau tanda-tanda yang mengacu kepada komunikasi tersebut. Dalam hal ini bahasa  memberikan 5 (lima) aturan kebahasaan, yakni: fonoligi (Sistem suara bahasa), morfologi (Kombinasi morfem), Sintaksis ( kombinasi kata pembentuk frasa dan kalimat), Semantik (Makna dari kata atau kalimat), Pragmatis (Percakapan yang tepat).

Pengaruh Biologis dan Lingkungan
Manusia lahir sebagai mahluk yang memiliki kapasitas biologis untuk berbicara (berbeda dengan binatang/hewan lainnya). Dari kapasitas inilah manusia sejak kecil sudah mulai menunjukan kemampuan untuk berbahasa dengan bertahap sesuai dengan kesiapan  dan kematangan biologisnya. Kematangan anak bertahap setiap waktunya. Ini mau menunjukan perkembangan bahasa dengan mulai mencontoh/ mengikuti apa yang dicontohkan /diajari oleh orang tua atau para pengasuh lainnya. Demikianpun juga bahwa lingkungan memiliki pengaruh pada perkembangan berbahasa anak.  Oleh karena itu pentinglah factor biologis dan lingkungan dalam perkembangan berbahasa anak. Dalam hal ini harus disadari oleh orang tua atau pendamping bahwa yang paling utama dalam perkembangan berbahasa anak bukan pada pemberian penghargaan pada anak karena perkembangan berbahasanya namun yang paling penting adalah bagaimana anak tersebut sering diikutsertakan dalam percakapan. Lingkungan yang baik akan membentuk tatanan bahasa anak yang baik pula, dan demikian sebaliknya. Namun harus disadaribahwa proses yang terjadi dalam diri anak lebih besar pengaruhnya  ketimbang pengajaran bahasa dari lingkungan.
Bagaimana Bahasa Berkembang
Dalam perkembangan berbahasa anak kita coba membuat pembagian yang mempermudah kita merunut tahap-tahap perkembangan berbahasa/berbicara anak, yakni:
1.      Usia 3-6 bulan      : celotehan                              : bahasa dalam bunyi yang tidak  teratur.
2.      Usia 10-13 bulan  : mengucapkan kata pertama  : mama, papa, kakak, makan, dll.
3.      Usia 24 bulan        : memadukan dua kata           : itu buku, mama datang, cium papa, dll.
4.      Usia 3 tahun         : mulai mampu berbicara tentang sesuatu yang tidak hadir secara fisik
5.      Usia 6 tahun         : bertambah kosa kata             :8.000-14.000 kosa kata.
6.      Usia anak-anak     : aturan bahasa mulai tampak
1.      Fonolog (sistim suara)     
2.      Morfologi (kombinasi kata)
3.      Sintaksis (membuat kalimat)
4.      Semantik (sistim makna)
5.      Pragmatis (Aturan penggunaan kalimat)
Inilah tahap-tahap perkembangan berbahasa/berbisara anak. Perkembangan inilah memberikan dasar bagi perkembangan selanjutnya pada masa sekolah dasar. Dalamm sekolah dasar, anak-anak akan semakin diolah untuk mampu berbicara, membaca dan menulis, termasuk penggunaan “displacement” (mempelajari arti satu kata, dan bagaimana menata dan berbicara tentang suara, belajar tentang huruf yang merepresentasikan suara menjadi huruf kekata dan sampai menjadi kalimat yang baik dan benar).      
  1. Kesimpulan
Perkembangan anak secara proses dan periode memiliki tujuan mengetahui kemampuan anak. Dengan demikian, sang pendidik terbantu untuk mengembangkan anak sesuai dengan kemampuannya. Menurut Piget dan Vygotsky perkembangan otak memiliki perbedaan. Dan perkembangan yang mempengaruhi kemampuan seseorang dimulai pada masa anak-anak.






Elemen-Elemen Penting pada Bab III
      Teori ekologi Urie Bronfenbrenner memaparkan bahwa ada lima sistem lingkungan (konteks sosial) yang merentang dari interaksi interpersonal (antar pribadi) sampai ke pengaruh kultur yang lebih luas, yakni:
      Mikrosistem: keluarga, teman sebaya, sekolah, tetangga (Interaksi timbal balik (aktif), membantu mengkonstruksi setting ini)
      Mesosistem: kaitan antar mikrosistem Mis. keluarga dan sekolah, murid yang diberi kesempatan lebih banyak berkomunikasi dan mengambil keputusan, entah di rumah atau di kelas, menunjukkan inisiatif dan nilai akademik yang lebih baik.
      Eksosistem: terjadi ketika pengalaman di setting lain yang mempengaruhi pengalaman guru dan murid dalam konteks mereka sendiri (murid pasif). Mis: Dewan sekolah dan dewan pengawas taman. Mereka memegang peranan kuat dalam menentukan kualitas sekolah, taman dan perpustakaan.
      Makrosistem: elemen yang lebih luas. Kultur: peran etnis dan faktor sosioekonomi dalam perkembangan anak. Mis, beberapa kultur (negara-negara islam Mesir atau Iran) menekankan peran gender tradisional. Sekolah mereka mempromosikan dominasi pria. Sosioekonomi (kemiskinan) dapat mempengaruhi perkembangan anak dan merusak kemampuan belajar mereka.
      Kronosistem: Kondisi sosiohistoris dari perkembangan anak. Generasi pertama yang mendapatkan perhatian setiap hari, generasi pertama yang tumbuh dalam lingkungan elektronik yang dipenuhi oleh komputer dan bentuk media baru, generasi pertama yang tumbuh dalam revolusi seksual.Bronfenbrenner memberi kerangka teoretis untuk mengkaji konteks sosial secara sistematis, baik di tingkat makro maupun tingkat mikro.
Teori Erik Erikson (1902-1994) melengkapi analisis Bronfenbrenner terhadap konteks sosial di mana anak tumbuh dan orang-orang penting dari kehidupan anak. Erikson mengemukakah teori tentang  perkembangan seseorang melalui tahapan. Teori Erikson memaparkan beberapa tugas sosioemosional penting dan meletakkannya dalam kerangka perkembangan. Teori ini merupakan faktor penting dalam membentuk pandangan kita tentang perkembangan manusia sebagai perkembangan sepanjang hayat, bukan sekedar perkembangan di masa kanak-kanak.
TAHAP ERIKSON
PERIODE PERKEMBANGAN
Integritas vs. putus asa
Dewasa akhir (usia 60 tahun ke atas)
Generatif vs. Stagnasi
Dewasa pertengahan (usia 40-an, 50-an)
Intimasi vs. Isolasi
Dewasa awal (usia 20-an, 30-an)
Identitas vs. Kebingungan identitas
Remaja (10 sampai 20 tahun)
Usaha vs. Inferioritas
Kanak-kanak pertengahan dan akhir (6 tahun sampai puber)
Inisiatif vs. Rasa bersalah
Kanak-kanak awal (prasekolah, 3-5 tahun)
Otonomi vs. Madan ragu
Masa bayi (tahun kedua)
Percaya vs. Tidak percaya
Bayi (tahun pertama)
KELUARGA
            Anak tumbuh dalam keluarga yang berbeda-beda, makaada orang tua yang mengasuh anak dan mendukung anak dan ada yang mengabaikan atau bersikap kasar,ada orang tuanya di rumah ketika pulang sekolah. Sangat membantu jika memahami bagaimana orang tua mengasuh anaknya dan apa efek dari pola asuh ini terhadap anak tersebut.
      Authotarian:  Memerintah, mengontrol, membatasi, tidak mengijinkan banyak berbicara “lakukan jangan banyak tanya”. Efek: cenderung cemas menghadapi situasi sosial, tdk berinisiatif utk beraktivitas, keahlian komunikasi buruk.
      Authoritative:mendorong utk independen tapi masih membatasi dan mengontrol tindakan anaknya. Boleh tukar pendapat dan orang tua bersikap membimbing dan mendukung. “ Seharusnya kamu tidak boleh melakukan hal itu. Bgmn sebaiknya melakukan hal ini utk lain kali? “ Efek: mandiri, tidak cepat merasa puas, memiliki harga diri yang tinggi”
TEMAN SEBAYA
Status teman sebaya: sumber informasi dan perbandingan tentang dunia di luar keluar keluarga; berkembang sehat bila dapat berelasi dengan baik dan sebaliknya (isolasi sosial) yg dapat menimbulkan problem.Persahabatan dapat memberi keuntungan seperti partner yang akrab, meluangkan waktu untuk melakukan kegiatan bersama, merasa diterima, intimasi/kasih sayang
SEKOLAH
Konteks sekolah bervariasi sejak masa kanak-kanak awal, kanak-kanak dan remaja
      TK: lingkungan yang terlindung, interaksi antara guru dan teman
      SD: Guru melambangkan otoritas; menciptakan suasana kelas, teman sebaya menjadi lebih penting krn senang berteman
      SMP: lingkungan sekolah semakin luas, mencakup seluruh sekolah: interaksi dengan guru, teman sebaya dari latar belakang kultur yang berbeda, minat yg beragam, ekstrakurikuler.
PERKEMBANGAN SISIOEMOSIONAL
Ada dua hal yang penting dalam perkembangan sosioemosional yakni:
      Harga diri (martabat diri, gambaran diri) = pandangan keseluruhan dari individu tentang dirinya.Penyebab utama rendah diri ialah tidak diberi dukungan emosional dan penerimaan sosial yang memadai.Perkembangan moral terdiri dari kognitif yang bagaimana anak memikirkan aturan untuk perilaku etis dan behavioral yang bagamana anak berperilaku.
      Emosional: bagamana murid merasakan secara emosional. Rasa bersalah menjadi alasan untuk tidak melakukan tidak bermoral. Ada dua acara yang dilakukan unbtuk mendidik moral, yakni:
Pendidikan moral kognitif: pendekatan yang berdasar pada keyakinan bahwa murid harus mempelajari hal-hal seperti demokrasi, keadilan pada saat moral mereka sedang berkembang.Pembelajaran pelayanan: pendidikan yang mempromosikan tanggung jawab sosial dan pelayanan terhadap komunitas.







Elemen-Elemen Penting pada Bab IV
INTELIGENSI
            Intelegensi merupakan kemampuan untuk memecahkan masalah dan kemampuan beradaptasi. Konsep intelegensi adalah abstrak dan luas. Contohnya; Inteligensi seorang anak itu besar karena memiliki kemampuan mengetahui yang besar.

Tes Inteligensi Individual
            Menurut para pakar psikologi, tes inteligensi individual adalah tes yang diberikan kepada seseorang berdasarkan basis (sesuai dengan keadaan dan kehidupan orang tersebut).Dalam pemberian tes ini, para pakar mengharapkan agar diperhatikan apakah ada kecemasan dan tingkat toleransi murid yang dites tersebut dengan tanggapan murid dalam menghadapi tes tersebut.
            Menteri pendidikan Perancis meminta psikolog Alfred Binet untuk menyusun metode mengidentifikasi anak-anak yang tidak mampu untuk belajar di sekolah yang normal. Artinya, tes ini digunakan untuk mengetahui kemampuan tes intelegensi setiap individu dalam waktu tes kelompok.Maka, Binet dan mahasiswanya, Theophile Simon menyusun 30 pertayaan, yang meliputi kemampuan untuk mendengar hingga menggambar desain abstrak. Binet mengembangkan konsep usia mental (MA), yakni level perkembangan mental individu yang berkaitan dengan perkembangan lainnya. Pada tahun 1912, William Stern mengembangkan kospen intelligence quotient (IQ), yaitu mental seseorang dibagi dengan usia kronologis dikali 100. Tes Binet beberapa kali direvisi di Universitas Stanford, yang disebut tes Stanford-Binet. Tes ini dipakai untuk usia 2 tahun sampai orang dewasa.

Tes Individu versus Tes Kelompok
            Perbedaan sangat tampak ketika murid diberi tes dalam kelompok yakni bahwa dalam tes kelompok penguji akan kecil kemungkinkan melihat hasil dari nilai tentang individual. Maksudnya, ketika murid melakukan tes kelompok ia dipengaruhi oleh individu yang lain, dan dalam keadaan kelompok tersebut. Maka, sangat kecil kemungkinan dalam tes kelompok mendapat hasil tes individu secara maksimal.

Teori Multiple Intelegensi
            Menurut Charles Spearman (1927), setiap orang mempuyai intelegensi umum. Pakar lain mengatakan bahwa ada delapan intelegensi spesifik yaitu pemahaman verbal, kemampuan angka, kefasikan kata, visualisasi, spasial, memori asonatif, penalaran, dan kecepatan persepsi. Dasar dari teori inimultiple intelegensi adalah analsiis kreatif dan praktis bercampur dengan delapan kerangka pikiran gardaer, yang terdiri dari keahlian verbal, keahlian matematika, keahlian spasial, keahlian tubuh-kinestetik, keahlian musik, keahlian intrapersonal, keahlian interpersonal dan keahlian naturalis. Dasar dan kerangka pikiran saling menyebar dan masuk pada suatu dasar tertentu.
Kontrovensi dan Isu dalam Intelegensi
            Kontrovensi yang terjadi dikarenakan adanya pemaksaan yang lebih pada dasar tes terhadap kerangka berpikir dengan kemampuannya. Contoh; Seseorang yang memaksakan keahlian intrapersonal kepada orang yang memiliki dasar analisis.
GAYA BELAJAR DAN GAYA BERPIKIR
Gaya belajar dan gaya berpikir: Bukan kemampuan, cara yang dipilih seseorang untuk menggunakan kemampuan. Setiap orang memilki gaya belajarnya. Gaya impulsif/reflektif. Gaya ini memengaruhi pendidikan dan cenderung bereflektif dan akhirnya baik. Gaya mendalam atau dangkal adalah cara digunakan hanya untuk mengingat informasi
Evaluasi gaya belajar dan gaya berpikir:
Gaya belajar hanya untuk membantu jika mengetahui murid mana yang impulsif dan bergaya dangkal dan membantu untuk menjadi lebih reflektif dan bergaya mendalam.
KEPRIBADIAN DAN TEMPERAMEN
Kepribadian atau Personalitas ada lima faktor utama (OCEAN) : faktor bawaan mendeskripsikan kepribadian.Interaksi orang berdasarkan situasi : kepribadian tidak hanya berdasarkan bawaan-karakter tapi juga situasi. Ada individu yang bergaya ekstrovet (lebih dipengaruhi individu) dan ada gaya introvert (lebih dipengaruhi oleh prinsip pribadi). Ada juga individu yang memiliki variasi gaya.
Temperamen merupakan gaya perilaku seseorang-cara khas dalam memberi tanggapan (variasi) misalnya; lambat, cepat, tergesah-gesah dan lain-lain.
ELEMEN-ELEMEN PENTING DALAM BAB IV
INTELIGENSI
Pengertian
Intelegensi merupakan kemampuan untuk memecahkan masalah dan kemampuan
beradaptasi. Konsep intelegensi adalah abstrak dan luas. Contohnya; Inteligensi seorang anak
itu besar karena memiliki kemampuan mengetahui yang besar.

Tes Inteligensi Individual
Menurut para pakar psikologi, tes inteligensi individual adalah tes yang diberikan
kepada seseorang berdasarkan basis (sesuai dengan keadaan dan kehidupan orang
tersebut).Dalam pemberian tes ini, para pakar mengharapkan agar diperhatikan apakah ada
kecemasan dan tingkat toleransi murid yang dites tersebut dengan tanggapan murid dalam
menghadapi tes tersebut.
Menteri pendidikan Perancis meminta psikolog Alfred Binet untuk menyusun metode
mengidentifikasi anak-anak yang tidak mampu untuk belajar di sekolah yang normal.
Artinya, tes ini digunakan untuk mengetahui kemampuan tes intelegensi setiap individu
dalam waktu tes kelompok.Maka, Binet dan mahasiswanya, Theophile Simon menyusun 30
pertayaan, yang meliputi kemampuan untuk mendengar hingga menggambar desain abstrak.
Binet mengembangkan konsep usia mental (MA), yakni level perkembangan mental individu
yang berkaitan dengan perkembangan lainnya. Pada tahun 1912, William Stern
mengembangkan kospen intelligence quotient (IQ), yaitu mental seseorang dibagi dengan
usia kronologis dikali 100. Tes Binet beberapa kali direvisi di Universitas Stanford, yang
disebut tes Stanford-Binet. Tes ini dipakai untuk usia 2 tahun sampai orang dewasa.

Tes Individu versus Tes Kelompok
Perbedaan sangat tampak ketika murid diberi tes dalam kelompok yakni bahwa dalam
tes kelompok penguji akan kecil kemungkinkan melihat hasil dari nilai tentang individual.
Maksudnya, ketika murid melakukan tes kelompok ia dipengaruhi oleh individu yang lain,
dan dalam keadaan kelompok tersebut. Maka, sangat kecil kemungkinan dalam tes kelompok
mendapat hasil tes individu secara maksimal.

Teori Multiple Intelegensi
Menurut Charles Spearman (1927), setiap orang mempuyai intelegensi umum. Pakar
lain mengatakan bahwa ada delapan intelegensi spesifik yaitu pemahaman verbal,
kemampuan angka, kefasikan kata, visualisasi, spasial, memori asonatif, penalaran, dan
kecepatan persepsi. Dasar dari teori inimultiple intelegensi adalah analsiis kreatif dan praktis
bercampur dengan delapan kerangka pikiran gardaer, yang terdiri dari keahlian verbal,
keahlian matematika, keahlian spasial, keahlian tubuh-kinestetik, keahlian musik, keahlian
intrapersonal, keahlian interpersonal dan keahlian naturalis. Dasar dan kerangka pikiran
saling menyebar dan masuk pada suatu dasar tertentu.

Kontrovensi dan Isu dalam Intelegensi
Kontrovensi yang terjadi dikarenakan adanya pemaksaan yang lebih pada dasar tes
terhadap kerangka berpikir dengan kemampuannya. Contoh; Seseorang yang memaksakan
keahlian intrapersonal kepada orang yang memiliki dasar analisis.

Kontrovensi dan Isu dalam Intelegensi
Kontrovensi yang terjadi dikarenakan adanya pemaksaan yang lebih pada dasar tes
terhadap kerangka berpikir dengan kemampuannya. Contoh; Seseorang yang memaksakan
keahlian intrapersonal kepada orang yang memiliki dasar analisis













Kesimpulan
Korelasi Elemen-Elemen Penting Setiap Bab Deengan Pendidikan
Dalam pemahaman yang panjang untuk mengenal perkembangan anak, sangat terbantulah kita jika kita memperhatikan kembali elemen-elemen dari setiap bab yang sangat rapi menerangkan kepada kita bagaimana cara memperhatikan mulai perkembangan otak dan bahasa anak, perkembangan kognitif sampai kepada perkembangan emosional. Dari eleman-elemen ini juga kita dapat melihat bagaimana pengaruh orangtua,  lingkungan sekitar, sampai bagaimana kita mencoba mengambil benang pengukur batas kemampuan dan tingkat inteligen si anak lewat tes inteligensi. Semua hal ini saling keterkaitan mencadi unsure-unsur yang sangat kita perlukan ketika kita berhadapan untuk mendampingi anak. Kita bukan hanya  menggunakan pemikiran kita semata. Namun lewat unsure-unsur dari elemen-elemen yang disajikan dalam pembelajaran psikologi pendidikan dari bab 2-4 ini menjadi pematangan pemikiran kita untuk dapat masuk, mengetahu, mengerti dan terlebih memahami anak yang ada di hadapan kita sebagai suatu mahluk yang memiliki perkembangan dengan segala kelebihan dan keterbatasannya.
Peran Seorang Guru
Apakah peran guru? Inilah yang menjadi pertanyaan yang dihadapkan pada kami untuk mencoba mengerti dan mempersiapkan jika kami pada suatu saat akan menerima tanggung jawab sebagai seorang pendidik/guru.
Setelah mengulangi kembali semua elemen-elemen yang dibahas dalam setengah semester ini, kami menemukan kesimpulan bahwa: semua hal ini sangat berguna sebagai bekal untuk kami.
Namun apa jawaban pertanyaan “apa peran seorang guru?” peran seorang guru dapat kita temukan dengan berangkat dari ketika berhadapan dengan situasi anak, hasil uji Inteligen Question yang dapat dijadikan benang pengukur tingkat kemampuan anak, guru mencoba lebih dalam lagi masuk melihat keberadaan si anak dari berbagai aspek. Kelebihan dan kekurangan, mentalitas, daya piker, afeksi, social, keaktifan, dan semua unsure perkembangan pribagi dan kognitif anak. Semuanya itu menjadi catatan penting bagi guru untuk dapat memahami objek yang adalah anak-anak yang akan dia damping. Peran guru adalah bagaimana ia mendorong, mengolah, memproses, mendampingi, mengajari anak didiknya untuk semakin berkembang dengan memulai dari catatan-catatan penting tentang anak. Agar lewat catatan-catatan itu beliau tahu sampai batas mana objek yang akan ia dampingi dan guru sendiri tahu cara apa yang akan ia pakai ketika menjagi guru yang baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar