Rangkuman dari "Psikologi Pendidikan", (John W. Santrock, Jakarta:Kencana, 2004)
Elemen-Elemen Penting pada Bab II
- Perkembangan Kognitif Anak
- OTAK
Perkembangan Otak
Dalam
perkembangan kognitif anak, otak memegang peranan penting dan menjadi mediator utama dalam terlaksananya
proses kerja pemikiran untuk sampai ke aksi atau perbuatan. Perkembangan
kognitif yang menuntut proses pembentukan krangka berpikir anak mulai dari
belajar, berpikir dan aplikasi pikiran dalam aksi, ini semua sangat dipegang
oleh otak. Maka dalam perkembangan kognitif, otak dapat dikatakan sebagai
jembatan utama dalam pengaplikasian semua hal yang dilihat, dengar dan
dipelajari, yang dalam proses kerja otak memprogram dalam tahapan-tahapan
perkembangan anak menunjukan tingkatan kemampuan aksi dalam kehidupan
hariannya.
Jumlah
dan ukuran otak terus bertambah setidaknya sampai usia remaja (maka dari itu,
perubahan perkembangan krangka berpikir
anak terjadi pada masa-masa ini).
Perkembangan otak ini dipengaruhi oleh myelinasion,
yakni; proses di
mana
banyak sel otak dan system saraf diselimuti oleh lapisan-lapisan sel lemak yang
bersekat-sekat. Hal ini sangat
mempengaruhi bertambahnya kecepatan
input informasi yang disampaikan (lewat
melihat, mendengar, atau pengetahuan-pengetahuan lainnya) ke dalam system saraf
langsung diproses oleh otak dan otak mengatur tubuh cepat pula mengatur tubuh
untuk melakukan aksinya.
Myelination dalam
daerah otak yang berhubungan dengan koordinasi mata tangan belum lengkap
sampai usia empat tahun.
Aspek
yang penting dalam perkembangan otak di tingkat sel adalah peningkatan dramatis
dalam koneksi antar neuron
(sel-sel
saraf). Synapse adalah gap (jarak) tipis
antarneuron tempat terbentuknya koneksi antarneuron. Koneksi synaptic yang dibentuk itu, dua kali lebih akan menguat untuk perkembangan
pemikiran dari pada yang dipakai ( yang hanya dalam koridor memanfaatkan) itu akan digantikan oleh koneksi lain atau
bahkan sampai lenyap. Ini mengandaikan koneksi-koneksi
yang tidak dipakai itu akan dipangkas/
tidak berfungsi. Pertumbuhan dramatis
dan pemangkasan synapse dalam area
korteks visual (penglihatan), auditory (pendengaran), prefrontal
(penalaran-pengaturan diri) akan sangat mempengaruh terlaksananya perkembangan
kognitif anak.
Perkembangan
otak anak secara substansial mengalami perubahan anaomis sangat nampak pada
usia 3 (tiga) sampai 15 (lima belas) tahun. Dan pada usia 4 (empat) tahun lebih
nampak jelas perkembangannya.
Dari
usia 0-1 tahun sangat nampak bahwa fusional koneksi visual (penglihatan) sangat
berkembang dari pada fusional korteks auditory (pendengaran) dan korteks
prefrontal (penalaran, pengaturan diri). Pada masa inilah
anak belajar aktif lewat apa yang ia dengar.
Sedangkan pada usia 2-11 tahun fungsional korteks auditory dan prefrontal lebih aktif dibandingkan dengan korteks
visual. Maka pada masa ini anak akan banyak berkembang kognitifnya lewat
auditory dan prefrontal. Dan pada masa 11 tahun ke atas kembali lagi posisi
fungsional korteks visual meningkat dan korteks auditory dan prefrontal mengiringi. Pada masa inilah anak-anak dalam
masa pendidikan banyak belajar dari apa yang ia lihat, sedangkan apa yang ia
dengar dan penalaran mengiringi sampai pada masanya.
- TEORI PIAGET
Melalui
observasi yang dibuat oleh Pieget, ia meyakini bahwa perkembangan kognitif pada
anak terjadi dalam 4 (empat tahap, yakni: Sensorimotor, Pra-Oprasional,
Oprasional Kongkrit dan Oprasional Formal. Setiap tahap dari berhubungan dengan
masa usia anak dan tersusun dalam jalan pemikiran yang berbeda pula. Namun
sebelum masuk ke pembahasan tahap perkembangan kognitif, kita mau melihat
proses utama yang mempengarui terjadinya kerangka tahap
perkembangan kognitif pada anak ini.
Dalam
menangkap dan mengadaptasi skema (konsep dan kerangka informasi) pemikiran,
anak memakai proses Asimilasi dan Akomodasi.
Asimilasi adalah
suatu proses /jalan pemikiran ketika si anak mengambil/melihat/mengetahui suatu bentuk konsep pemikiran yang baru dan
memasukkannya ke dalam kerangka pemikirannya yang sudah ada. (hal yang
baru/diluar masuk kedalam yang mana sudah ada pemikiran terdahulu). Sebagai contoh: ketika
seorang anak umur 3(tiga) tahun
diberikan sendok dan garpu untuk menggunakannya saat makan, yang mana si anak
sama sekali belumtahu apa itu sendok dan garpu serta belum pernah melihat
apalagi menggunakanna. Maka ketika orang tua mengajarinya, ia melihat orang tua
memakai sendok dan garpu tersebut. Yakni, sendok dipegang oleh tangan kanan dan
garpu oleh tangan kiri, dan kemudian dengan genggaman yang cukup kuat sendok diayunkan
untuk mengambil dan mengangkat makanan senta memasukannya kedalam mulut.
Setelah ia melihat dan mengetahui cara pemakaian sendok dan garpu yang ia lihat
dari orang tuanya, maka saat itulah ia memasukan
pengetahuan yang baru kedalam pengertahuan yang sudah ada.
Akomodasi adalah
suatu proses mental yang terjadi didalam
diri anak/kerangka pemikirannya yang menyesuaikan diri dengan informasi yang
baru dia ambil/lihat/ketahui.
Sebagai
contoh: nah, saat anak memakai
sendok dan garpu, ia harus menyesuaikan
genggaman tangan, kekuatan
memegang dan cara memegang sendok dan garpu. Ditambah lagi, ia harus menyesuaikan keadaan sendok dan
dirinya/posisi mulut yang terbuka untuk menerima makanan yang akan ia masukkan
itu. Proses menyesuaikan diri
itulah disebut akomodasi.Demikianlah Asimilasi dan Akomodasi berfungsi dalam
contoh kasus ini, demikian pula Asimilasi dan Akomodasi dibutuhkan dalam
pemikitran anak.
Dalam
kerangka berpikirnya, anak secara kognitif mulai mengorganisasikan
(mengatur/menata/menyususn/mengelompokkan) prilaku secara terpisah-pisah dan
teratur ke dalam system fungsi kognitifnya.
Anak-anak yang belum mengetahui cara memakai sendok dan garpu, juga
belum mengetahui cara memakai alat-alat lainnya dan tentang banyak hal lainnya
yang di luar pengetahuan pemikirannya, maka ia mencoba memulai mengait-ngaitkan
pemikiran pengetahuannya dari apa yang ia lihat dan pelajari sampai kepada mengorganisasikan semua
pengetahuannya itu.
Proses langkah pemikiran kognitif anak yang mencoba bergerak dari satu tahap pemikiran ke
tahap pemikiran selanjutnya, inilah disebut Ekuilibrasi (equilibration). Pergeseran tahap pemikiran
anak dari satu pemikiran ke pemikiran lainnya dalam kerangka berpikir anak
terjadi konflik kognitif (muncul
pertanyaan, keraguan, rasa ingintahu, penerimaan, penolakan, dll) dalam memahami apa yang dilihatnya di
luar dirinya (dunia), inilah Disekuilibrium.
Tahap-Tahap Piagetian
1.
Tahap Sensorimotor
Tahap
ini berlangsung sejak kelahiran
sampai sekitar 2 (dua) tahun.
Sensor (indra) dan motor (otot). Dengan indra penglihatan, pendengaran dan
indra lainnya bayi mencoba
mengoordinasikan pengalaman akan hal
yang baru dipelajari dengan mencoba pelan-pelan memahami dunia.
Kita
membayangkan ketika kita dalam lingkungan yang sama sekali baru. Kita tidak
tahu situasi apapun dan kita merasa asing akan lingkungan ini.
Demikianlah mental bayi yang masih baru dan aneh. Ia merasa aneh akan
lingkungan dan dirinya. Penglihatan sangat mempengaruhinya. Apa yang dilihat,
ini yang ia pelajari, walaupun dalam kontek mental yang merasa baru dan aneh.
Sistim sensor (indra) menjadi langkah awal. Kemudian gerakan motoric (otot dalam menggapai dan menyentuh)
hal ini langkah belajar mengetahui.
2.
Tahap Pra-Operasional
Tahap
ini berlangsung kurang lebih mulai dari usia
dua tahun sampai tujuh tahun.
Tahap yang lebih simbolik ketimbang tahap
sensorimotor.
Tahab ini
dibagi lagi menjadi atas dua subtahap yakni:
a. Subtahap fungsi simbolis, yakni: terjadi antara usia 2 tahun sampai 4 tahun.
Mereferentasikan objek yang tak hadir. Dalam hal ini anak-anak menunjukan
perkembangan bahasa dan rasa ingin
bermain.
Pada tahapan usia ini anak akan
membuat symbol seturut apa yang ia pikirkan. Symbol-simbol ini sulit dimengerti
atau pahami, karena mereka membuatnya belum terbentuk secara rapi dan baik.
Pemikiran yang baru bagi mereka masih bersifat pribadi, yakni apa yang mereka
pikirkan itu yang mereka lakukan, tudak ada pengertian pemikiran umum. Dalam
hal ini egosentrisme (pemikiran seturut perspektif sendiri) sangat nampak dari
pada perspektif umum.
b. Subtahap
tahap pemikiran intuitif, yakni: terjadi antara usia 4 tahun sampai 7
tahun. Anak-anak mulaidengan pemakaian
penalaran primitif dan muncul rasa ingin tahu jawaban dari semua pertanyaan
yang muncul di dalam pikirannya.
Pada masa ini anak sangat
menggunakan pemikiran primitive. Maksudnya
pemikiran yang terbentuk dalam pikirannya sendiri karena apa yang ia
lihat dan pikiran sesuai pemikirannya semata tanpa mengindahkan maksud
sebenarnya (rasional). Ia merasa yakin dengan apa yang ia pikiran. Mereka
menyatakan tahu, namun seturut pemikirannya sendiri bukan kebenaran umum
(rational). Pada masa ini pula anak sangat aktif bertanya karena rasa ingin
tahu banyak hal yang ia lihat dan alami.
Keterbatasan kemampuan mereka untuk
penalaran belum tersusun rapi. Mereka hanya menyatakan apa yang dilihat tanpa
mempertimbangkan atau penambahan penalaran pada apa yang dilihat.
3.
Tahap Oprasional Kongkrit
Tahap
ini berlangsung kurang lebih sekitar
tujuh tahun sampai sekitar sebelas
tahun.
Dalam tahap ini anak mulai dengan pemikiran yang
kongkrit dan mulai menalar menggantikan
penalaran intuitif dalam hal kongkrit. Juga anak-anak mampu untuk
menggolong-golongkan permasalahan yang di hadapi, walaupun ia belum sampai pada
tahap penyelesaian masalah abstrak tersebut.
Pada
masa ini anak sudah mulai perpikir lebih kongkrit. Apa yang ia lihat mulai ia
pertimbangkan dan ia mulai mampu melihat dan mengerti bukan hanya dari apa yang ia lihat namun dari
apa yang sebenarnya.
Pada
masa ini penalaran intuitif berubah menjadi penalaran kongkrit. Balam hal ini
anak mulai masuk pada pemikiran yang logis. Mereka sudah semakin spesifik dalam
menilai dan berpikir dalam melihat suatu pokok permasalahan.
4.
Tahap operasional Formal
Tahap
ini berlangsung kurang lebih sekitar usia tujuh tahun sampai limabeas tahun.
Dalam
tahap ini anak sudah mulai memikirkan pengalaman di luar pengalaman
kongkritnya, dan memikirkannya secara lebih abstrak, idealis, dan logis.
Anak-anak
pada masa ini mulai mengoptimalkan pemikirannya sampai kepada
- TEORI VYGOTSKY
Ada tiga
klaimdalam pandangan Vygotsky:
1.
Keahlian kognitif
anak dapat dipahami apabila dianalisis
dan diinterpretasikan secara
developmental.
2.
Kemampuan kognitif
dimediasi dengan kata, bahasa, dan bentuk diskursus, yang berfungsi sebagai
alat psikologis untuk membantu dan mentransformasikan aktivitas mental.
3.
Kemampuan kognitif
Vygotsky
beranggapan bahwa fungsi kognitif berasal dari situasi social. Ia berpikir
bahwa anak yang sedang dalam tumbuh kembang kemampuan berpikir dan bertindaknya
akan sangat maksimal dibantu oleh orang-orang yang ada di sekitarnya. Maka
Vygotsky mencoba menggambarkan suatu konsep hibungan antara anak dan sosialnya
dengan istilah Zone of Proximal Deelopment.
Dalam teorinya Vygotsky membagi pemahaman(dalam ZPD) batas kemampuan anak dalam penyelesaian
masalah dalam dua bagian yakni: batas bawah, yakni; kemampuan anak dalam
memecahkan /mengerti/menyelesaikan problem pemikiran dan masalah baik atas
bantuan orang dewasa maupun oleh anak
itu sendiri. Yang kedua adalah batas atas, yakni; tingkat tanggungjawab atau
tugas tambahan yang dapat di terima anak
dengan bantuan dari luar instruktur yang
mampu. Teori Vygotsky dipandang menarik
karena teorinya mengandung pandangan
bahwa pengetahuan itu dipengaruhi situasi dan bersifat kolaborasi.Vygotsky juga
beranggapan bahwa peningkatan level dukungan social (Scaffolding) pada anak
sangat banyak membantu perkembangan pemikiran anak. Anak mulai sistematis,
logis dan rational dala berpikir, bertindak dan berdialok (mengungkapkan
pemikirannya) secara baik dan runtut.
- Kesimpulan
Pada
masa kanak-kanak, proses perkembangan baik secara bilogis maupun kognitif
sangat diperlukan untuk dipelajari sebab seorang guru harus mengenali peserta
didik, dengan tujuan mengembangkan kemampuan anak.
- Perkembangan Bahasa Anak
Arti Bahasa
Bahasa
adalah bentuk komunikasi antara dua atau lebih personal dalam bentuk, verbal atau non verbal serta
dalam rupa symbol atau tanda-tanda yang mengacu kepada komunikasi tersebut.
Dalam hal ini bahasa memberikan 5 (lima)
aturan kebahasaan, yakni: fonoligi (Sistem suara bahasa), morfologi (Kombinasi
morfem), Sintaksis ( kombinasi kata pembentuk frasa dan kalimat), Semantik
(Makna dari kata atau kalimat), Pragmatis (Percakapan yang tepat).
Pengaruh Biologis dan Lingkungan
Manusia
lahir sebagai mahluk yang memiliki kapasitas biologis untuk berbicara (berbeda
dengan binatang/hewan lainnya). Dari kapasitas inilah manusia sejak kecil sudah
mulai menunjukan kemampuan untuk berbahasa dengan bertahap sesuai dengan
kesiapan dan kematangan biologisnya.
Kematangan anak bertahap setiap waktunya. Ini mau menunjukan perkembangan
bahasa dengan mulai mencontoh/ mengikuti apa yang dicontohkan /diajari oleh
orang tua atau para pengasuh lainnya. Demikianpun juga bahwa lingkungan
memiliki pengaruh pada perkembangan berbahasa anak. Oleh karena itu pentinglah factor biologis
dan lingkungan dalam perkembangan berbahasa anak. Dalam hal ini harus disadari
oleh orang tua atau pendamping bahwa yang paling utama dalam perkembangan
berbahasa anak bukan pada pemberian penghargaan pada anak karena perkembangan
berbahasanya namun yang paling penting adalah bagaimana anak tersebut sering
diikutsertakan dalam percakapan. Lingkungan yang baik akan membentuk tatanan
bahasa anak yang baik pula, dan demikian sebaliknya. Namun harus disadaribahwa
proses yang terjadi dalam diri anak lebih besar pengaruhnya ketimbang pengajaran bahasa dari lingkungan.
Bagaimana Bahasa Berkembang
Dalam
perkembangan berbahasa anak kita coba membuat pembagian yang mempermudah kita
merunut tahap-tahap perkembangan berbahasa/berbicara anak, yakni:
1.
Usia 3-6 bulan : celotehan : bahasa dalam bunyi yang tidak teratur.
2.
Usia 10-13 bulan : mengucapkan kata pertama : mama, papa, kakak, makan, dll.
3. Usia
24 bulan : memadukan dua kata : itu buku, mama datang, cium papa,
dll.
4. Usia
3 tahun : mulai mampu berbicara
tentang sesuatu yang tidak hadir secara fisik
5. Usia
6 tahun : bertambah kosa kata :8.000-14.000 kosa kata.
6. Usia
anak-anak : aturan bahasa mulai tampak
1.
Fonolog (sistim suara)
2.
Morfologi (kombinasi
kata)
3.
Sintaksis (membuat
kalimat)
4.
Semantik (sistim makna)
5.
Pragmatis (Aturan
penggunaan kalimat)
Inilah
tahap-tahap perkembangan berbahasa/berbisara anak. Perkembangan inilah
memberikan dasar bagi perkembangan selanjutnya pada masa sekolah dasar. Dalamm
sekolah dasar, anak-anak akan semakin diolah untuk mampu berbicara, membaca dan
menulis, termasuk penggunaan “displacement” (mempelajari arti satu kata, dan
bagaimana menata dan berbicara tentang suara, belajar tentang huruf yang
merepresentasikan suara menjadi huruf kekata dan sampai menjadi kalimat yang
baik dan benar).
- Kesimpulan
Perkembangan anak secara proses dan periode memiliki
tujuan mengetahui kemampuan anak. Dengan demikian, sang pendidik terbantu untuk
mengembangkan anak sesuai dengan kemampuannya. Menurut Piget dan Vygotsky perkembangan otak memiliki perbedaan. Dan
perkembangan yang mempengaruhi kemampuan seseorang dimulai pada masa anak-anak.
Elemen-Elemen
Penting pada Bab III
•
Teori ekologi Urie
Bronfenbrenner memaparkan bahwa
ada lima sistem lingkungan (konteks sosial) yang
merentang dari interaksi interpersonal (antar pribadi) sampai ke pengaruh
kultur yang lebih luas, yakni:
•
Mikrosistem: keluarga,
teman sebaya, sekolah, tetangga (Interaksi timbal balik (aktif), membantu
mengkonstruksi setting ini)
•
Mesosistem: kaitan
antar mikrosistem Mis. keluarga dan sekolah, murid yang diberi kesempatan lebih
banyak berkomunikasi dan mengambil keputusan, entah di rumah atau di kelas,
menunjukkan inisiatif dan nilai akademik yang lebih baik.
•
Eksosistem: terjadi
ketika pengalaman di setting lain yang mempengaruhi pengalaman guru dan murid
dalam konteks mereka sendiri (murid pasif). Mis: Dewan sekolah dan dewan
pengawas taman. Mereka memegang peranan kuat dalam menentukan kualitas sekolah,
taman dan perpustakaan.
•
Makrosistem: elemen
yang lebih luas. Kultur: peran etnis dan faktor sosioekonomi dalam perkembangan
anak. Mis, beberapa kultur (negara-negara islam Mesir atau Iran) menekankan
peran gender tradisional. Sekolah mereka mempromosikan dominasi pria.
Sosioekonomi (kemiskinan) dapat mempengaruhi perkembangan anak dan merusak
kemampuan belajar mereka.
•
Kronosistem: Kondisi
sosiohistoris dari perkembangan anak. Generasi pertama yang mendapatkan
perhatian setiap hari, generasi pertama yang tumbuh dalam lingkungan elektronik
yang dipenuhi oleh komputer dan bentuk media baru, generasi pertama yang tumbuh
dalam revolusi seksual.Bronfenbrenner memberi kerangka teoretis untuk mengkaji
konteks sosial secara sistematis, baik di tingkat makro maupun tingkat mikro.
Teori Erik Erikson (1902-1994) melengkapi analisis
Bronfenbrenner terhadap konteks sosial di mana anak tumbuh dan orang-orang
penting dari kehidupan anak. Erikson mengemukakah teori tentang perkembangan seseorang melalui tahapan. Teori
Erikson memaparkan beberapa tugas sosioemosional penting dan meletakkannya
dalam kerangka perkembangan. Teori ini merupakan faktor penting dalam membentuk
pandangan kita tentang perkembangan manusia sebagai perkembangan sepanjang
hayat, bukan sekedar perkembangan di masa kanak-kanak.
TAHAP ERIKSON
|
PERIODE PERKEMBANGAN
|
Integritas
vs. putus asa
|
Dewasa
akhir (usia 60 tahun ke atas)
|
Generatif
vs. Stagnasi
|
Dewasa
pertengahan (usia 40-an, 50-an)
|
Intimasi
vs. Isolasi
|
Dewasa
awal (usia 20-an, 30-an)
|
Identitas
vs. Kebingungan identitas
|
Remaja
(10 sampai 20 tahun)
|
Usaha
vs. Inferioritas
|
Kanak-kanak
pertengahan dan akhir (6 tahun sampai puber)
|
Inisiatif
vs. Rasa bersalah
|
Kanak-kanak
awal (prasekolah, 3-5 tahun)
|
Otonomi
vs. Madan ragu
|
Masa
bayi (tahun kedua)
|
Percaya
vs. Tidak percaya
|
Bayi
(tahun pertama)
|
KELUARGA
Anak tumbuh dalam keluarga yang
berbeda-beda, makaada orang tua yang mengasuh anak dan mendukung anak dan ada
yang mengabaikan atau bersikap kasar,ada orang tuanya di rumah ketika pulang
sekolah. Sangat membantu jika
memahami bagaimana orang tua mengasuh anaknya dan apa efek dari pola asuh ini
terhadap anak tersebut.
•
Authotarian: Memerintah, mengontrol, membatasi, tidak
mengijinkan banyak berbicara “lakukan jangan banyak tanya”. Efek: cenderung
cemas menghadapi situasi sosial, tdk berinisiatif utk beraktivitas, keahlian
komunikasi buruk.
•
Authoritative:mendorong utk
independen tapi masih membatasi dan mengontrol tindakan anaknya. Boleh tukar
pendapat dan orang tua bersikap membimbing dan mendukung. “ Seharusnya kamu
tidak boleh melakukan hal itu. Bgmn sebaiknya melakukan hal ini utk lain kali?
“ Efek: mandiri, tidak cepat merasa puas, memiliki harga diri yang tinggi”
TEMAN
SEBAYA
Status teman sebaya: sumber informasi dan
perbandingan tentang dunia di luar keluar keluarga; berkembang sehat bila dapat
berelasi dengan baik dan sebaliknya (isolasi sosial) yg dapat menimbulkan
problem.Persahabatan dapat memberi keuntungan seperti partner yang akrab,
meluangkan waktu untuk melakukan kegiatan bersama, merasa diterima,
intimasi/kasih sayang
SEKOLAH
Konteks
sekolah bervariasi sejak masa kanak-kanak awal, kanak-kanak dan remaja
•
TK: lingkungan yang
terlindung, interaksi antara guru dan teman
•
SD: Guru melambangkan
otoritas; menciptakan suasana kelas, teman sebaya menjadi lebih penting krn
senang berteman
•
SMP: lingkungan sekolah
semakin luas, mencakup seluruh sekolah: interaksi dengan guru, teman sebaya dari latar belakang kultur
yang berbeda, minat yg beragam, ekstrakurikuler.
PERKEMBANGAN
SISIOEMOSIONAL
Ada dua hal yang penting
dalam perkembangan sosioemosional yakni:
•
Harga diri (martabat
diri, gambaran diri) = pandangan keseluruhan dari individu tentang
dirinya.Penyebab utama rendah diri ialah tidak diberi dukungan emosional dan
penerimaan sosial yang memadai.Perkembangan moral terdiri dari kognitif
yang bagaimana anak memikirkan aturan untuk perilaku etis dan behavioral yang bagamana anak berperilaku.
•
Emosional: bagamana murid merasakan secara
emosional. Rasa bersalah menjadi alasan untuk tidak melakukan tidak bermoral. Ada dua acara yang dilakukan unbtuk mendidik moral,
yakni:
Pendidikan moral kognitif: pendekatan
yang berdasar pada keyakinan bahwa murid harus mempelajari hal-hal seperti
demokrasi, keadilan pada saat moral mereka sedang berkembang.Pembelajaran pelayanan: pendidikan
yang mempromosikan tanggung jawab sosial dan pelayanan terhadap komunitas.
Elemen-Elemen
Penting pada Bab IV
INTELIGENSI
Intelegensi
merupakan kemampuan untuk memecahkan masalah dan kemampuan beradaptasi. Konsep
intelegensi adalah abstrak dan luas. Contohnya; Inteligensi seorang anak itu
besar karena memiliki kemampuan mengetahui yang besar.
Tes Inteligensi Individual
Menurut
para pakar psikologi, tes inteligensi individual adalah tes yang diberikan
kepada seseorang berdasarkan basis (sesuai dengan keadaan dan kehidupan orang
tersebut).Dalam pemberian tes ini, para pakar mengharapkan agar diperhatikan
apakah ada kecemasan dan tingkat toleransi murid yang dites tersebut dengan
tanggapan murid dalam menghadapi tes tersebut.
Menteri
pendidikan Perancis meminta psikolog Alfred Binet untuk menyusun metode
mengidentifikasi anak-anak yang tidak mampu untuk belajar di sekolah yang
normal. Artinya, tes ini digunakan untuk mengetahui kemampuan tes intelegensi
setiap individu dalam waktu tes kelompok.Maka, Binet dan mahasiswanya,
Theophile Simon menyusun 30 pertayaan, yang meliputi kemampuan untuk mendengar
hingga menggambar desain abstrak. Binet mengembangkan konsep usia mental (MA),
yakni level perkembangan mental individu yang berkaitan dengan perkembangan
lainnya. Pada tahun 1912, William Stern mengembangkan kospen intelligence quotient (IQ), yaitu mental
seseorang dibagi dengan usia kronologis dikali 100. Tes Binet beberapa kali
direvisi di Universitas Stanford, yang disebut tes Stanford-Binet. Tes ini
dipakai untuk usia 2 tahun sampai orang dewasa.
Tes Individu versus Tes Kelompok
Perbedaan
sangat tampak ketika murid diberi tes dalam kelompok yakni bahwa dalam tes
kelompok penguji akan kecil kemungkinkan melihat hasil dari nilai tentang
individual. Maksudnya, ketika murid melakukan tes kelompok ia dipengaruhi oleh
individu yang lain, dan dalam keadaan kelompok tersebut. Maka, sangat kecil
kemungkinan dalam tes kelompok mendapat hasil tes individu secara maksimal.
Teori Multiple Intelegensi
Menurut Charles Spearman (1927),
setiap orang mempuyai intelegensi umum. Pakar lain mengatakan bahwa ada delapan
intelegensi spesifik yaitu pemahaman verbal, kemampuan angka, kefasikan kata,
visualisasi, spasial, memori asonatif, penalaran, dan kecepatan persepsi. Dasar
dari teori inimultiple intelegensi adalah analsiis kreatif dan praktis bercampur
dengan delapan kerangka pikiran gardaer, yang terdiri dari keahlian verbal,
keahlian matematika, keahlian spasial, keahlian tubuh-kinestetik, keahlian
musik, keahlian intrapersonal, keahlian interpersonal dan keahlian naturalis.
Dasar dan kerangka pikiran saling menyebar dan masuk pada suatu dasar tertentu.
Kontrovensi dan Isu dalam Intelegensi
Kontrovensi yang terjadi dikarenakan
adanya pemaksaan yang lebih pada dasar tes terhadap kerangka berpikir dengan
kemampuannya. Contoh; Seseorang yang memaksakan keahlian intrapersonal kepada
orang yang memiliki dasar analisis.
GAYA
BELAJAR DAN GAYA BERPIKIR
Gaya belajar dan
gaya berpikir: Bukan kemampuan, cara yang dipilih seseorang untuk menggunakan
kemampuan. Setiap orang memilki gaya
belajarnya. Gaya impulsif/reflektif. Gaya ini
memengaruhi pendidikan dan cenderung
bereflektif dan akhirnya baik. Gaya mendalam atau dangkal adalah cara digunakan hanya untuk mengingat informasi
Evaluasi gaya belajar dan gaya berpikir:
Gaya belajar
hanya untuk membantu jika mengetahui murid mana yang impulsif dan bergaya
dangkal dan membantu
untuk menjadi lebih reflektif dan bergaya mendalam.
KEPRIBADIAN
DAN TEMPERAMEN
Kepribadian atau
Personalitas ada lima
faktor utama (OCEAN) : faktor bawaan mendeskripsikan kepribadian.Interaksi
orang berdasarkan situasi : kepribadian tidak hanya berdasarkan bawaan-karakter
tapi juga situasi. Ada individu
yang bergaya ekstrovet (lebih dipengaruhi individu) dan ada gaya introvert
(lebih dipengaruhi oleh prinsip pribadi). Ada juga individu yang memiliki
variasi gaya.
Temperamen
merupakan gaya perilaku seseorang-cara khas dalam memberi tanggapan (variasi) misalnya; lambat, cepat,
tergesah-gesah dan lain-lain.
ELEMEN-ELEMEN PENTING DALAM BAB IV
INTELIGENSI
Pengertian
Intelegensi merupakan kemampuan
untuk memecahkan masalah dan kemampuan
beradaptasi. Konsep intelegensi
adalah abstrak dan luas. Contohnya; Inteligensi seorang anak
itu besar karena memiliki kemampuan
mengetahui yang besar.
Tes
Inteligensi Individual
Menurut para pakar psikologi, tes
inteligensi individual adalah tes yang diberikan
kepada seseorang berdasarkan basis
(sesuai dengan keadaan dan kehidupan orang
tersebut).Dalam pemberian tes ini,
para pakar mengharapkan agar diperhatikan apakah ada
kecemasan dan tingkat toleransi
murid yang dites tersebut dengan tanggapan murid dalam
menghadapi tes tersebut.
Menteri pendidikan Perancis meminta
psikolog Alfred Binet untuk menyusun metode
mengidentifikasi anak-anak yang
tidak mampu untuk belajar di sekolah yang normal.
Artinya, tes ini digunakan untuk
mengetahui kemampuan tes intelegensi setiap individu
dalam waktu tes kelompok.Maka, Binet
dan mahasiswanya, Theophile Simon menyusun 30
pertayaan, yang meliputi kemampuan
untuk mendengar hingga menggambar desain abstrak.
Binet mengembangkan konsep usia
mental (MA), yakni level perkembangan mental individu
yang berkaitan dengan perkembangan
lainnya. Pada tahun 1912, William Stern
mengembangkan kospen intelligence
quotient (IQ), yaitu mental seseorang dibagi dengan
usia kronologis dikali 100. Tes
Binet beberapa kali direvisi di Universitas Stanford, yang
disebut tes Stanford-Binet. Tes ini
dipakai untuk usia 2 tahun sampai orang dewasa.
Tes
Individu versus Tes Kelompok
Perbedaan sangat tampak ketika murid
diberi tes dalam kelompok yakni bahwa dalam
tes kelompok penguji akan kecil
kemungkinkan melihat hasil dari nilai tentang individual.
Maksudnya, ketika murid melakukan
tes kelompok ia dipengaruhi oleh individu yang lain,
dan dalam keadaan kelompok tersebut.
Maka, sangat kecil kemungkinan dalam tes kelompok
mendapat hasil tes individu secara
maksimal.
Teori
Multiple Intelegensi
Menurut Charles Spearman (1927),
setiap orang mempuyai intelegensi umum. Pakar
lain mengatakan bahwa ada delapan
intelegensi spesifik yaitu pemahaman verbal,
kemampuan angka, kefasikan kata,
visualisasi, spasial, memori asonatif, penalaran, dan
kecepatan persepsi. Dasar dari teori
inimultiple intelegensi adalah analsiis kreatif dan praktis
bercampur dengan delapan kerangka
pikiran gardaer, yang terdiri dari keahlian verbal,
keahlian matematika, keahlian
spasial, keahlian tubuh-kinestetik, keahlian musik, keahlian
intrapersonal, keahlian
interpersonal dan keahlian naturalis. Dasar dan kerangka pikiran
saling menyebar dan masuk pada suatu
dasar tertentu.
Kontrovensi
dan Isu dalam Intelegensi
Kontrovensi yang terjadi dikarenakan
adanya pemaksaan yang lebih pada dasar tes
terhadap kerangka berpikir dengan
kemampuannya. Contoh; Seseorang yang memaksakan
keahlian intrapersonal kepada orang
yang memiliki dasar analisis.
Kontrovensi
dan Isu dalam Intelegensi
Kontrovensi yang terjadi dikarenakan
adanya pemaksaan yang lebih pada dasar tes
terhadap kerangka berpikir dengan
kemampuannya. Contoh; Seseorang yang memaksakan
keahlian intrapersonal kepada orang
yang memiliki dasar analisis
Kesimpulan
Korelasi Elemen-Elemen Penting Setiap Bab Deengan
Pendidikan
Dalam pemahaman yang panjang untuk mengenal
perkembangan anak, sangat terbantulah kita jika kita memperhatikan kembali
elemen-elemen dari setiap bab yang sangat rapi menerangkan kepada kita
bagaimana cara memperhatikan mulai perkembangan otak dan bahasa anak,
perkembangan kognitif sampai kepada perkembangan emosional. Dari eleman-elemen
ini juga kita dapat melihat bagaimana pengaruh orangtua, lingkungan sekitar, sampai bagaimana kita
mencoba mengambil benang pengukur batas kemampuan dan tingkat inteligen si anak
lewat tes inteligensi. Semua hal ini saling keterkaitan mencadi unsure-unsur
yang sangat kita perlukan ketika kita berhadapan untuk mendampingi anak. Kita
bukan hanya menggunakan pemikiran kita
semata. Namun lewat unsure-unsur dari elemen-elemen yang disajikan dalam
pembelajaran psikologi pendidikan dari bab 2-4 ini menjadi pematangan pemikiran
kita untuk dapat masuk, mengetahu, mengerti dan terlebih memahami anak yang ada
di hadapan kita sebagai suatu mahluk yang memiliki perkembangan dengan segala
kelebihan dan keterbatasannya.
Peran Seorang Guru
Apakah peran guru? Inilah yang menjadi pertanyaan yang
dihadapkan pada kami untuk mencoba mengerti dan mempersiapkan jika kami pada
suatu saat akan menerima tanggung jawab sebagai seorang pendidik/guru.
Setelah mengulangi kembali semua elemen-elemen yang
dibahas dalam setengah semester ini, kami menemukan kesimpulan bahwa: semua hal
ini sangat berguna sebagai bekal untuk kami.
Namun apa jawaban pertanyaan “apa peran seorang guru?”
peran seorang guru dapat kita temukan dengan berangkat dari ketika berhadapan
dengan situasi anak, hasil uji Inteligen Question yang dapat dijadikan benang
pengukur tingkat kemampuan anak, guru mencoba lebih dalam lagi masuk melihat
keberadaan si anak dari berbagai aspek. Kelebihan dan kekurangan, mentalitas,
daya piker, afeksi, social, keaktifan, dan semua unsure perkembangan pribagi
dan kognitif anak. Semuanya itu menjadi catatan penting bagi guru untuk dapat
memahami objek yang adalah anak-anak yang akan dia damping. Peran guru adalah
bagaimana ia mendorong, mengolah, memproses, mendampingi, mengajari anak didiknya
untuk semakin berkembang dengan memulai dari catatan-catatan penting tentang
anak. Agar lewat catatan-catatan itu beliau tahu sampai batas mana objek yang
akan ia dampingi dan guru sendiri tahu cara apa yang akan ia pakai ketika
menjagi guru yang baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar