INJIL LUKAS
MENGENAL LUKAS
Dari kesaksian Ireneus, sejak abad II
tradisi berkata bahwa penulis Lukas memang bernama Lukas. Nama “Lukas” yang
dalam bahasa Latin: Lucius atau “Loukaios” Latin: Lucianus cukup lazim pada
zaman itu. Nama itu tiga kali tampil dalam Perjanjian Baru (Kol 4:14; Flm 24;
2Tim 4:11) Injil Lukas sudah dihubungkan dengan Lukas, seorang tabib yang
menjadi teman sekerja Paulus (bdk. Kol 4:14; 2 Tim 4:11; Flm 24). Dalamnya
diceritakan penyebutan Aristarkhus, Markus dan Yesus alias Yustus sebagai tiga
bersunat (=orang Yahudi), jelas bahwa Epafras, Lukas dan Demas bukan orang
Yahudi. Meskipun demikian Lukas mengenal dengan baik tradisi Yahudi. Sebagai
seorang tabib, Lukas mahir dalam berbahasa Yunani halus[1],
yaitu bahasa sastrawan pada zaman itu (bdk. Luk 1:1-4).[2]
Lukas memiliki hati dan kepribadian sangat halus lembut.
TAHUN
PENULISAN
Menjelang akhir abad pertama umat
Kristen merupakan suatu minoritas yang tidak selalu disenangi oleh masyarakat
sekitarnya. Muncul kecurigaan dan desas-desus yang mengkambinghitamkan
orang-orang Kristen kaisar Nero sekitar thn. 64 M memanfaatkan suasana itu untuk
menganiaya orang Kristen.[3]
Menurut kesaksian penulis, pada waktu penulisan Injil Lukas, sudah banyak
beredar “berita” tentang
peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara jemaat Kristen, seperti yang
disampaikan oleh “saksi mata” dan “pelayan Firman” (bdk. Luk 1:1-2). Hal
ini menunjukan bahwa penulis bukanlah seorang “saksi mata” dan “pelayan
Firman”. Berdasarkan Luk 19:43-44 dan 21:20-24, yang melukiskan kehancuran
Yerusalem dengan terperinci sebagai kisah yang telah terjadi di masa lampau,
banyak ahli menganggab Injil Lukas ditulis sesudah kehancuran Yerusalem (tahun 70 M). Mengingat Yerusalem sudah
dikuasai dan diinjak-injak oleh bangsa kafir, sementara bangsa Yahudi telah
tersebar kesegala penjuru (bdk. Luk 21:24), beberapa ahli beranggapan, bahwa
Injil Lukas ditulis sekitar tahun 80 M. oleh Ireneus, sejak akhir abad II M,
tradisi menerima Akhaya, Yunani Selatan, sebagai tempat penulisan Injil Lukas.
JEMAAT
YANG DITUJU
Ada beberapa gambaran besar kepada siapa
penulis tujukan tulisan ini, yakni:
· Injil bagi Kaum di Luar Yahudi
Jelas Lukas
menulis Injil ini untuk orang yang bukan Yahudi. Teofilus adalah seorang bukan
Yahudi. Nampak dalam pendahuluan Injil Lukas, dengan jelas penulis menyebutkan
kepada siapa Injil ini ditujukan, yaitu kepada “Teofilus yang mulia” (bdk. Luk
1:1-4). Gelar “yang mulia”
menunjukan, bahwa Teofilus adalah seorang terhormat dalam jemaat atau
masyarakat (bdk. Kis 23:26; 24:2; 26:25). Siapa Teofilus tersebut, tidak
dijelaskan lebih lanjut apakah dia sudah masuk Kristen atau simpatisan saja.[4]
Hanya diindikasikan, bahwa ia adalah seorang yang sudah pernah mendengar ajaran
mengenai Yesus Kristus (bdk. Luk 1:4)
dari para saksi mata dan pelayan firman (bdk. Luk 1:2). Apakah Injil
Lukas hanya ditujukan kepada Teofilus saja? Menurut kebanyakan ahli, tidak, melainkan juga kepada
anggota jemaat lain! Baik Teofilus maupun jemaat yang dituju kiranya bukan
keturunan Yahudi[5],
karena dalam Injil Lukas sama sekali tidak terdapat kata-kata Ibrani dan Aram.
Selain itu, penulis sering menyebutkan kebiasaan orang Yahudi, seperti misalnya
tinggal di rumah beratap (bdk. Luk 5:19) dan makan sambil berbaring (bdk. Luk
7:36-38), kecuali kata “Amen”[6].
· Injil yang Berdoa
Sering juga
disebut injil Lukas sebagai injil “Doa”. Dalam tulisannya, Lukas banyak
bercerita dan menunjukan tentang Yesus yang berdoa. Yesus berdoa sebelum
dibaptis (Luk 3:2); setelah melakukan karyanya, Yesus pergi berdoa ketempat
sunyi (Luk 5:16); sebelum memilih kedua belas Rasul (Luk 6:12); Yesus berdoa
sebelum Ia menanyakan tentang “Siapakah Dia menurut para muridNya” (9:18);
sebelum teerjadi Transfigurasi di gunung Tabor, Yesus juga berdoa (Lik 9:29);
sebelum dijatuhi hukuman Salib (Luk 22:32); Dalam tulisannya, Lukas menunjukan
bagaimana cara berdoa di tengah malam (Luk 11:5-13); doa yang tak jemu-jemu
(Luk 18:1-8). Lukas sangat banyak menunjukan peran serta doa bagi umat beriman.
Ia memaparkannya dengan terang agar semua pembacanya belajar berdoa dan tahu
apa peran doa. Lukas mengajari umat beeriman untuk berdoa.[7]
· Injil bagi Kaum Wanita
Bagi orang
Yahudi, kedudukan wanita mendapat tempat yang lebih rendah dari kaum laki-laki.
Tampak dalam doa pagi bagi orang Yahudi, doa dipanjatkan kepada Allah oleh
seorang laki-laki, tetapi tidak oleh seorang orang Kafir (diluar Yahudi), budak
dan juga wanita. Namun Lukas dalam hal ini berbeda sekaliia menceritakan kisah
“Kidung Maria” (Luk 1:46-56), dalam Lukas kita juga dapat membaca kisah
Elisabet ( Luk 1:39-45), Anna (Luk 2:36-39), perempuan Naim yang disembuhkan
dari pendarahan, kisah wanita yang mengurapi kaki Yesus dengan minyak wangi
(Luk 7:36-50), kisah para perempuan yang melayani Yesus ( Luk 8:1-3), ibu
mertua Simon yang disembuhkan (Luk 4:38-41). Lukas juga menceritakan kisah
Maria dan Marta (Luk 10:38-42), serta kisah Maria Magdalena. Demikianlah Lukas
menunjukan pandangan yang baru tentang wanita dalam tulisan yang ia buat. Dalam
hal ini Lukas bukan menunjukan kesejajaran wanita dan laki-laki, namun Lukas
lebih menekankan Allah dalam karyanya mengikutsertakan peran wanita dalam
karyaNya. [8]
· Injil yang berisikan “Kidung” (Pujian Pada Allah)
Injil Lukas
dapat dikatakan sebagai injil yang berdoa (Pujian Pada Allah). Hal ini nampak,
hanya Lukas yang menunjukan 3 Kidung (Pujian Pada Allah). Hal ini nampak dari
“Kidung Maria” (Luk 1:46-55), “Kidung Zakari” (Luk 1:67-79), dan “Kidung
Simeon” (Luk 2:29-32). Ketiga Kidung ini menjadi Doa Pujian Gereja yang ditaruh
pada Ibadat Besar Gereja, yakni pada Ibadat Pagi (Laudes) diserukan “Kidung
Maria” sebagai Pujian Pada Allah untuk mohon berkat berlimpah atas janji
Keselamatan yang telah dinyatakan. Pada Ibadat Sore (Vespere) diserukan “Kidung
Zakaria” sebagai Pujian Pada Allah atas lawatan Allah pada umatnya dan tetap
mohon berkah melimpah atas umatnya. Pada
Ibadat Penutup (Completorium) diserukan “Kidung Simeon” sebagai Pujian
Pada Allah yang telah menyatakan Karya KeselamatanNya dan menantikan kepenuhan hidup
kekal. Pujian ini hanya ada pada Injil Lukas saja. Lukas hendak menunjukan
bagaimana bangsa Israel yang berdoa untuk mengungkapkan ungkapan hati mereka
akan pengalaman hidup dan menantikan kehadiran “Mesias” yang dijanjikan (dalam
kitab Mazmur) dan kini kepenuhan janji Allah yang telah dinyatakan dan
disempurnakan terungkap dari hati umat Allah juga yakni Maria, Zakaria, dan
Simeon dalam rupa “Kidung” (Pujian Pada Allah). Dapat dikatakan tentang Pujian
Pada Allah ini menjadi Pujian Umat Beriman yang terus dikidungkan sebagai
pernyataan pujian atas karya keselamatan Allah yang telah digenapi.[9]
·
Injil Segala
Bangsa
Salah satu
karakter dari Lukas adalah sebagai Injil Segala Bangsa. Lukas menunjukan
bagaimana kehadiran Yesus Kristus sering nampak bertentangan dengan kehidupan
orang Yahudi pada umumnya. (a) Kisah Yesus dan perempuan Samaria (Luk 9:51-56),
tentang orang Samaria, dipertegas kembali dalam kisah seorang Samaria yang
menolong orang yang dirampok (Luk 10:30-37) dan semakin dipertegas kembali
dalam kisah seorang Samaria saja dari sepuluh yang sakit kusta kembali
berterimakasih karena disembuhkan (Luk 17:11-19). (b) Kisah setelah Yesus
membaca kitab Yesaya dan menerangkannya, Yesus mengangkat kisah perjanjian lama
tentang Janda di Sarfat dan dSiria yang ditahirkan.
· Injil bagi Kaum Kecil dan Miskin
Lukas juga menceritakan keberpihkkan
pada orang kecil. Ketika akan menyunatkan Yesus ke bait Allah, Maria nampak sebagai orang miskin dengan
mempersembahkan sepasang burung tekukur atau merpati sebagai ketentuan hukum
Yahudi korban bagi orang miskin (Luk 2:24). Pernyataan Yesus tentang kabar baik
bagi orang miskin (Luk 7:22). Kisah
Lazarus yang miskin dengan orang kaya (Luk 16:19-31). Dan dalam pernyataan
kebahagian orang miskin dalam sabda bahagia (Luk 6:20).
·
Injil yang Berbelas Kasih
Bagi Para Pendosa
Injil ini mencatat tentang
Yesus yang mau makan bersama-sama dengan para pemungut cukai dan orang berdosa
(Lukas 5:27-32). Hal ini membuat Yesus dikecam sebagai
seorang peminum dan pelahap sahabat pemungut cukai dan orang berdosa (Lukas 7:34). Namun, dalam pandangan Yesus seorang
pemungut cukai lebih berkenan di hadapan Allah daripada orang Farisi (Lukas 18:9-14). Lukas mengisahkan tentang belaskasih
bagi para pendosa. Kisah menghakimi dengan murahhati (Luk 7:16-50). Kisah
Zakheus (Luk 19:1-10). Kisah Pemungut Cukai (Luk 18:9-14). Yesus mengampuni
penjahat yang disalibkan (Luk 23:43). Kisah anak yang hilang (Luk 15:11-32).
Dan hanya pada Lukas saja dijabarkan seruan pertobatan yang diserukan oleh
Yohanes Pembaptis sebagai gambaran pertobatan jasmani dan rohani (Luk 3:4-5).
Demikianlah Lukas menunjukan hampir seluruh bentuk kehidupan dan ia menulis
tulisannya ia tujukan untuk semua orang dan untuk segala bangsa (Yesaya 40:3-5;
Matius 3:3; Markus 1:3; Johanes 1:3; Lukas 3:4). [10]
GAMBARAN KEDATANGAN ANAK MANUSIA
Lukas menerangkan tentang kedatangan “Anak Manusia” (sebutan Lukas untuk
Yesus). Mula-mula orang Kristen yang juga merupakan keturunan Yahudi, dengan
penuh pengharapan akan kedatangan Yesus sebagai (parousia) “Anak Manusia”, “Hakim”,
dan “Penyelamat”.[11]
Dalam Injil Lukas dinyatakan bahwa umat
berpegang teguh akan keyakinan: Kerajaan Allah segera akan kelihatan (bdk. Luk
19:11; 21:8)) dan yang lain menunjukan sikap bertanya-tanya kapan Kerajaan Allah datang (bdk. Luk 17:20). Dalam
kebingungan inilah membuat kepercayaan mereka menjadi lesu karena adanya ancaman
dari luar.[12]
Dalam Luk 18:8b diaktakan: “Jika Anak
Manusia datang adalah Ia mendapati iman di bumi?”. Ini adalah pernyataan berupa
nasehat dan teguran tentang umat Kristen yang dalam keadaan “lesu” imannya. Dalam hal ini Lukas
tidak menampilkan iman para Murid dan
Rasul sebagai orang yang degil dan keras kepala (seperti pada Markus), tetapi
sebagai orang yang imannya lemah dan mudah tergoncang (bdk. Luk 8:25; 12:28;
17:5; 22:32.45-46). Murid dan Rasul menjadi gambaran umat Kristen pada masa
itu. Namun Lukas menunjukan bahwa dalam keadaan demikianpun mereka tetap
menantikan Tuhan (bdk. Luk 21:19) dan menantikan penebusan terakhir (bdk. Luk
21:28).
MAKSUD DAN
TUJUAN
Menurut kesaksian penulis, Injil Lukas
ditulis untuk Teofilus dan kawan-kawan, supaya mereka dapat mengetahui bahwa
segala sesuatu yang diajarkan kepada mereka sungguh benar (bdk Luk 1:3-4). Jadi
maksud Injil Lukas ialah untuk memperteguh iman kepercayaan Teofilus dan
kawan-kawan. Dapat dikatakan penulis Injil Lukas setelah menyelidiki “berita” yang disampaikan oleh “saksi mata” dan “pelaku Firman”, penulis menyusun “kisah” atau “Injil”
yang rapi dan teratur dengan bahasa yang baik, agar Teofilus dan kawan-kawannya
memperoleh kesaksian mengenai iman kepercayaan mereka kepada Yesus Kristus (bdk
Luk 1:1-3
STRUKTUR INJIL
Bagaimana kita dapat membagi injil Lukas
dalam bagian-bagian pokok? Kita lihat nas-nas yang pembuka dari seatu topic
penting, 3:1,2; 4:16; 9:51; dan 19:29. Setelah kisah kelahiran Yohanes
Pembapris dan Yesus, dilanjutkan suatu kisah baru dengan seruan “datanglah
firman Allah kepada Yohanes”. Allah berfirman dan mulailah sesuatu yang baru!
Pada 3:1,2 kegiatan Yohanes mulai; ia mempersiapkan jlan untuk Tuhan dan
menunjukan kepada “Ia yang lebih berkuasa dari padaku” (3:16), yaitu Yesus.
Lantas sesudah persiapan Yesus (3:21-4:13), kita membaca pada 4:14 bahwa dalam
kuasa Roh kembalilah Yesus ke Galilea. Kemudian pekerjaannya di muka umum di
mulai di daerah Galilea (23:5).
Pada 9:51 “Dan terjadilah ketika hampir genap waktunya Ia diangkat, bahwa Ia
mengarahkan pandanganNya untuk pergi ke Yerusalem.” Pada kalimat “di
angkat” secara harafiah tidak dipakai Lukas, perkataan mana meliputi
kematianNya, kebangkitanNya dan kenaikanNya ke sorga. Dengan tegas Lukas
menjelaskan bahwa Yesus memutuskan pergi ke Yerusalem dan untuk itu Ia
mempergunakan “bahasa Alkitab” (“dan teradilah bahwa…” merupakan bahasa LXX).
Perjalanan ke Yerusalem dimulai (9:51), dilanjutkan sampai 19:28. Nas ini
mengakhiri prikop 19:11-28. Pada Lukas 19:29 bagian baru dimulai, yatu tentang
Yesus di Yerusalem. “Dan terjadilah
ketika Ia telah dekat Betfage dan Betania, yang terletak di gunung yang bernama
Bukit aitun, bahwa Yesus menyuruh dua orang muridNya….” Pada 19:29 Yesus
menyuruh beberapa orang untuk mempersiapkan sesuatu bagiNya.
Dengan demikian kita dapat menarik garis
besar pembagian kisah dalam Lukas sebagai berikut:
1.
Pengantar ( 1 : 1 – 4)
2.
Kisah
kanak-kanak ( 1 : 5 – 2 : 52)
3.
Persiapan
pelayanan publik ( 3 : 1 – 4 : 13)
4.
Karya
di Galilea ( 4 : 14 – 9 : 50)
5.
Perjalanan
ke Yerusalem ( 9 : 51 – 19 : 28 )
6.
Karya
di Yerusalem ( 19 : 29 – 21 : 38 )
7.
Kisah
sengsara dan pemuliaan ( 22 : 1 – 24 : 53 )
Secara garis
besar
· KISAH KANAK-KANAK ( 1 : 5 – 2 : 52) : Kelahiran
Yohanes Pembaptis dan kelahiran Yesus.
Lain dari pada Markus,
Lukas menulis dua bab awal tentang kelahiran Yohanes dan Yesus, sebelum dimulai
karya mereka. Hal ini sering disebut sebagai pendahuluan. Dua kisah ini sangat
memiliki kesejajaran dalam penulisannya.
Sehubungan dengan Yohanes: Sehubungan dengan Yesus:
1:5-25 pemberitahuan kepada Zakaria; 1:26-38 pemberitahuan kepada Maria;
1:39-56 Maria
mengunjungi Elisabet,
Nyanyian pujian
Maria;
1:57,58 kelahiran, 2:1-20
kelahiran,
reaksi orang; reaksi orang;
1:59-66 penyunatan pada hari kedelapan, 2:21 penyunatan pada hari ke delapan,
pemberian nama; pemberian nama;
2:22-24 Yesus diserahkan kepada Tuhan di
Yerusalem (Bait Allah)
1:67-79 nubuat Zakaria; 2:25-39 nubuat Simeon, dan pujia Hana
1:80 bertambah besar 2:40
bertambah besar
2:41-50
di Yerusalem (Bait Allah)
Dari skema ini sangat
jelas kesejajaran antara unsure-unsur Luk 1-2. Sekaligus menjadi terang bahwa Yesuslah yang lebih penting. Yohanes
lahir dari ibu yang mandul dan orang tuanya lanjut usia (1:7), Yesus dilahirkan
dari seorang perawan yang belum bersuami (1:27,34)! Dalam pertemuan Maria dan
Elisabet jelas “buah rahim” Maria lebih mulia (1:39-45). Yohanes disebut “besar
di hadapan Tuhan”, dalam nubuat Zakaria diterangkan bagaimana hidup Yohanes
sebagai jalan bagi sang Penyelamat. Kesejajaran ini juga menunjukan pembedaan dimana
Yesus muncul di Bait Allah, yang mana pada Yohanes tidak ada. Inilah yang
nantinya sangat berperan di mana Lukas memulai injilnya dalam kisah Yesus dimulai
dari Bait Allah di Yerusalem dan penutup injil ini dimana Yesus meminta para
muridNya menantikan kepenuhan janji Allah (dalam Roh Kudus) di Yerusalem.
Demikian Lukas memulai dan mengakhiri injilnya kisah dalam Bait Allah. Kisah
Zakaria dalam Bait AllahYesus dipersembahkan dalam Bait Allah (di Yerusalem).
Dalam kepercayaan orang Yahudi sejak Perjanjian Lama, Bait Allah di Yerusalem
tanda kehadiran Allah dalam melawat umatnya. Demikian Lukas mau menunjukan
betapa kepenuhan dan kegenapan karya keselamatan Allah itu terpenuhi di
Yerusalem. Demikian “Kidung” pujian dari Zakaria dan Maria menjadi pujian
harapan bangsa Israel dari sejak awal sampai mereka menerima janji kepenuhan
itu dari Allah sendiri melalui malaikat yang ditutup indah oleh “Kidung” Simeon
yang menyatakan kepasrahan padda Allah setelah mengalami an melihat keselamatan
yang tlah lama dinanti.
· PERSIAPAN PELAYANAN PUBLIK ( 3 : 1 – 4 : 13) :
Persiapan karya Yesus
Yohanes muncul dan
menyatakan “Ia yang lebih berkuasa…”, yaitu Yesus Kristus. Dalam hal inilah
ditunjukan “kemunduran” Yohanes sebagai pembuka/yang mempersiapkan jalan bagi
Yesus sampai pada titik akhir dan Yesus memulai karyanya. Perlu diperhatikan
pula bahwa Lukas berusaha memisahkan antara periode Yohanes dan periode Yesus.
Setelah dikisahkan bahwa Yohanes dimasukkan ke dalam penjara (3:20), ia member
kesaksian tentang baptisan Yesus serta turunnya Roh Kudus ke atasNya (3:21,
22). Sesudah Roh Kudus turun keatas Yesus, Yesus tidak langsung muncul di muka
umum, tetapi (seperti Mat dan Mrk) mengalami pencobaan di padang gurun lebih
dahulu. Baru sesudah itu, dikisahkan (4:14, 15). Persiapan Yesus pada turunnya
Roh Kudus dan pencobaan di padang gurun . tekanan yang mau ditampulkan Lukas
yakni Yesus sebagai Anak Allah. Baik pada turunnya Roh Kudus (3: 21, 22)
“Engkaulah Anak yang Kukasihi”, baik dalam silsilah (3: 23-38) yang diakhiri
dengan “anak Adam, anak Allah”, maupun pada pencobaan (4:1-13), dimana si iblis
berkata kepadaNya: “Jika Engkau Anak Allah…”.
·
KARYA DI GALILEA
( 4 : 14 – 9 : 50) : Karya Yesus di Galilea
Yesus memulai karyanya
di Galilea. Karya pewartaan “Firman Allah” dalam penulisannya Lukas memakai
bahan dari Markus 1:21-9:14. Pemberitaan Firman Allah tidak lain dati
memberitahukan kabar baik bahwa “tahun rahmat Tuhan telah datang (4:19, 21).
Hanya Markus 6:45-8:26 sama sekali tidak diambil-alih. Kebanyakan cerita
mujizat Lukas terdapat dalam bagian ini. Dalam permulaan pekerjaan Yesus di
muka umum ada perikop yang panjang mengenai Yesus dalam rumah Ibadah di Nazaret
(4:16-30) bahan tersendiri Lukas. Pada perikop tentang pemanggilan empat orang
murid tidak diambil alih dari Mrk, tetapi ada perikop yang mirip, di mana Simon
Petrus dijadikan “penjala manusia” (5:1-11)). Dalam “khotbah” (6:20-49) banyak
bahan sejajar dengan khotbah di bukit pada Mat 5-7. Berdasarkan kabar dan karya
Yesus, murid-murid mengakui Dia sebagai “Mesias dari Allah”, tetapi bahwa
Mesias ini akan menderita, “mereka tidak mengerti perkataan itu, sebab artinya
tersembunyi bagi mereka, sehingga mereka tidak dapat memahaminya.
· PERJALANAN KE YERUSALEM ( 9 : 51 – 19 : 28 ) :
Perjalanan Yesus ke Yerusalem.
Sangat tampak Lukas
sebagai redactor menekankan melalui
catatan-catatan yang jelas menunjukan bahwa Yesus berjalan, dan dengan
demikian ia menyususn suatu berita perjalanan panjang. Perjalanan ini diarahkan
ke Yerusalem. Yerusalem pertama-tama merupakan ibu kota Israel, di mana Yesus
akan menderita dibunuh. “Tetapi hari ini dan esok lusa Aku harus meneruskan
perjalananKu, sebab tidaklah semestinya seoarang nabi dibunuh kalau tidak di
Yerusalem”. Kisah perjalanan ini menyatakan kesediaan Yesus untuk menderita dan
mati, dan dengan demikian menggenapi Perjanjian Lama; perjalanan ini pula
membawaNya kepada keangkitan dan kenaikan
ke sorga. Lukas menampilkan Yesus yang berjalan. Demikian juga nampak setelah
kebangkitannya Ia “berjalan bersama-sama” dengan orang Emaus (24:15). Yesus
dimaksudkan berjalan dengan tujuan dan maksud, yakni kota Yerusalem, ibu kota
umat Allah, dengan Bait Allah sebagai
pusatnya.
· KARYA DI YERUSALEM ( 19 : 29 – 21 : 38 ) : Yesus
Berkarya di Yerusalem.
Dalam penampilannya di
Yerusalem, dikisahkan bahwa Yesus masuk ke Yerusalem dengan dielu-elukan. Hal
ini disiapkan dalam (19:29-4), di mana Yesus mendekati kota dengan naik keledai
dan masuk ke Bait Allah seta mengusir semua pedagang dari dalamnya. Ia disambut
sebagai “Raja dalam Nama Tuhan” (19:38). Ia menyiapkan Bait Allah sebagai
tempat pengajarannya. Yesus tampil menyucikan bait Allah dan mulai mengajar
disana dengan penuh kuasa (20:1-8). Dalam Bait Allah ia mengajar dan
menerangkan tantang bagaimana diterangkan Bait Allah yang akan runtuh dan kisah
persiapan penderitaan yang akan dialami oleh Yesus sebagai penggenapan. Dari
Usahanya Lukas menitik beratkan kegiatan Yesus di dalam Bait Allah. Nama
“Yerusalem” dari Mrk 11:11 tidak diambil alih oleh Lukas (19:45), hanya “masuk
ke Bait Allah”. Lukas memulai pengajaranNya di dalam Bait Allah dengan (19:47);
“tiap-tiap hari Ia mengajar di dalam Bait Allah”.
· KISAH SENGSARA DAN PEMULIAAN ( 22 : 1 – 24 : 53 ) :
Penyaliban, Kebangkitan dan Penampakan di Kota Yerusalem.
Perjamuan Paskah memuat
bahan yang tidak ditemukan dalam bagian sejajar di Mrk, sehingga seluruh adegan
ini menjadi lebih panjang, dengan pembicaraan-pembiaraan tentang siapa yang
dapat dianggap terbesar (22:24-30), penyangkalan Petrus (22:31-34), dan tentang
apa yang perlu sekarang (22:35-38). Pada bagian akhir ini Lukas menunjukan
bahan tersentirinya, seperti Yesus disuruh oleh Pilatus kepada Herodes
(Antipas) (23:6-16), perkataan Yesus kepada perempuan-perempuan kota Yerusalem
(23:27-31), dan perbedaan antara kedua penjahat yang disalibkan bersama Yesus.
Yesus berkata kepada seorang dari mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya
hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus”
(23:43). Di samping itu sabda Yesus ini, masih ada dua lagi yang diucapkanNya
pada kayu salib, yaitu “Ya, Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa
yang mereka perbuat” (23:34), dan “Ya Bapa, kedalam tanganMU Kuserahkan nyawaKu”
(23:46).
Kisah kebangkitan dan
penampakan diri Yesus, Lukas menekankan Yerusalem dan daerah di sekitarnya
sebagai tempat penampakan diri Yesus, danbukan Galilea sepertipada Mat dan Mrk.
Tekanan pada penampakan di Yerusalem tidak erarti bahwa Lukas ingin meniadakan
kebenaran kesaksian Mrk dan Mat. Yesus menyatakan diri di Emaus, “yang terletak
kira-kira tujuh mil jauhnya dari Yerusalem (24:36-49), dan sesudah itu
Yerusalem (24:36-49). Lukas mengakhiri injilnya (24:52,53) dimana dikisahkan
“…mereka pulang ke Yerusalem dengan sangat bersukacita. Mereka senantiasa
berada di dalam Bait Allah dan kemuliaan Allah.”
TUHAN
TELAH MELAWAT UMATNYA
Kisah Injil
Lukas menyingkapkan Yesus yang bagaimana mau mewartakan penulis. Gambaran Yesus
yang ditentukan oleh orang yang dituju yakni jemaat beriman yang
berkebudayaanYunani. Dalam perdumulan hidup seraya menantikan kedatangan Mesias
yang tak kunjung datang menimpulkan kurang simpatik dan tidak menarik bagi
mereka.[13]
Lukas tentu saja
mewartakan Yesus yang kini berkuasa sebagai Tuhan dan Mesias (bdk. Kis 2:36).
Hanya bertitik tolak dari situ Kitab Suci dan Yesus dahulu dapat dipahami
(24:25-27). Maka Yesus itulah yang berperan dalam kisah injil. Betapa sering
Yesus disapa sebagai “Tuhan” (Luk 1:43; 2:11; 5:8; 7:13.19; 10:1.17.41; 11:39;
12:43; 13:15; 1:8; 17:5-6; 18:6; 19:8; 22:61; 24:34). Sejak awal Yesus itu
Mesias (Luk 2:11. 26; 4:41), Mesias dari Allah (Luk 1:35; 3:22; 9:35; 4:41),
Raja Ilahi (Luk 1:32; 3:22; 19:12. 38; 23:2). Yesus tidak begitu saja disebut
“Allah”. Namun demikian antara Yesus dan Allah ada hubungan yang begitu
istimewa, sehingga ia tampak sebagai tokoh Ilahi. Ia diciptakan dan terus
digerakkan oleh kekuatan Ilahi, Roh Kudus (Luk 1:35; 3:22; 4:1.14. 18, dll).. bagi
orang Yunani mereka kurang paham degan gagasan “Mesis”, gambaran yang disajikan
Lukas cukup sesuai dan jelas
Lukas menampilkan
menampilkan 3 (tiga) priode sejarah Keselamatan yang dijanjikan Allah, yakni
priode pertama adalah priode Perjanjian Lama yang ditunjuk dengan “Hukum Taurat
dan Kitab Para Nabi”. Dalam priode ini janji Allah dinyatakan dan Allah
menyampaikan pesannya melalui perantaraan. Masa dimana penantian kegenapan
janji Keselamatan tersebut. Ini disebutkan dalam dua “kidung” yang dalamnya merupakan
sari pengharapan yang lama dinantikan akan datangnya keselamatan tersebut yakni
“Kidung Zakaria dan Maria”. Pada priode selanjutnya yakni priode kegenapan
janji tersebut dalam diri Yesus. Dengan tampilnya Yesus mulailah suatu tahap
baru dalam sejarah umat Allah, malah umat manusia. Perjanjian lama berlangsung
sampai Yohanes Pembaptis. Semenjak itu yang baru sudah di mulai dan menggenapi
segala harapan dan kerinduan dahulu. Dalam kuasa Roh Allah Yesus menghadirkan Kerajaan Allah dan
mengajar, berkarya dalam doa dan tindakan di Bait Allah tentang pertobatan dan
pewartaan keselamatan dan belaskasih Allah hadir untuk semua orang dan segala
bangsa. Demikianlah kegenapan itu disempurnakan dalam hidup Yesus, karya dan
ajarannya dan ditutp dengan kisah sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus yang
menunjukan penyempurnaan dari semua nubuat Mesianis sejak dahulu (Perjanjian
Lama) dan periode ketiga nampak di akhir dari tulisannya, Lukas menyatakan
tentang Allah terus dan terus berkarya. Dari awal Lukas dengan tegas
menyebutkan penyertaan Roh Kudus dalam hal-hal khusus, (Luk 1:15, 35, 41, 67;
2:25, 26, 27; 3:22, 4:1; 10: 21; 11:13; 12:10, 12) Yesus meminta agar para
murid menanti di Yerusalem sampai datangnya Roh Kudus (Luk 24:49 “Dan Aku akan
mengirimkan kepadamu apa yang dijanjikan BapaKu.”) untuk menuntun mereka
mewarta keseluruh bangsa akan keselamatan yang datang dari Allah. Penantian
para murid adalah gambaran gereja hingga saat ini yang terus berkarya dalam
terang Roh Kudus.
Janji yang
dinyatakan dalam Perjanjian Lama tergenapi dalam diri Yesus dan terus berkarya
dalam Gereja dengan tuntunan Roh Kudus. Demikianlah Lukas member gambaran
kesatuan sejarah karya keselamatan Allah dari dahulu hingga sekarang ini.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Barclay
, William, The Gospel of Luke,
Edinburgh: The Saint Andrew Press, 1955.
2.
Barton
, Jhon et John Muddiman (ed.), The Oxford
Bible Comentary, New York: Oxfoed Univercity Pree, 2001.
3.
Drewes
, B. F., Satu Injil Tiga Pekabar, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1986.
4.
Groenen
, C., Pengantar ke dalam Perjanjian Baru,
Yogyakarta: Kanisius, 1984.
[1] B. F. Drewes, Satu Injil Tiga Pekabar, ( Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1986), hlm.
232.
[2] Jhon Barton et John Muddiman (ed.), The Oxford Bible Comentary, (New York:
Oxfoed Univercity Pree, 2001), hlm. 924-925.
[3] C. Groenen, Pengantar ke dalam Perjanjian Baru, (Yogyakarta: Kanisius, 1984),,
hlm. 122.
[4] C. Groenen, Pengantar…, hlm. 121.
[5] C. Groenen, Pengantar…, hlm. 122.
[6] William Barclay, The Gospel of Luke, (Edinburgh: The Saint Andrew Press, 1955), hlm. XV, bdk. C. Groenen, Pengantar…, hlm. 122.
[7]
William Barclay, The Gospel…, hlm.
XV-XVI.
[8]
William Barclay, The Gospel…, hlm.
XVI.
[9]
William Barclay, The Gospel…, hlm.
XVI.
[10]
William Barclay, The Gospel…, hlm.
XVI-XVIII.
[11]
C. Groenen, Pengantar…, hlm. 123.
[12]
C. Groenen, Pengantar…, hlm. 123.
[13]
C. Groenen, Pengantar…, hlm. 139-140.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar