Yoh 1 : 1 - 2
KONTEMPLASI
“ Pada mulanya adalah Firman : Firman itu bersama – sama dengan Allah
dan Firman itu Allah.
Ia pada mulanya bersama – sama dengan Allah
Untuk dapat bertemu dan bersatu
dengan Allah, adalah sebuah keadaan yang sangat sulit untuk mereka yang sarat
oleh dunia dan jasmania serta mereka yang telah tertidur olehnya tapi sangat
indah, misteri dan tak terkendali oleh waktu bagi mereka yang mengarahkan
hatinya hanya dan untuk Allah saja. Setiap orang atau setiap ciptaan berasal
dari penciptanya. Manusia dan Allah, Ciptaan dan pencipta. Sebuah kesatuan yang
pada awalnya tidak terlepaskan dan terelakkan oleh apa saja baik waktu, tempat,
pengertian pemikiran ataupun hal – hal yang sangat teoritis akan perbedaan
antara ciptaan dan penciptanya. Satu kesatuan
yang sedari awal dan asalnya dan sampai sekarang pun adalah satu dan
sampai kapanpun adalah satu. Kesatuan inilah yang menjadi rahmat yang sungguh
sangat besar bagi siapapun. Tidak sama halnya antara analuan dan orangtua duniawi tapi kesatuan Dia dan
aku sebagai ciptaan sampai kapanpun takan terlepas oleh apapun karena sedari
aku ada sebagai ciptaan, Dialah adaku seada – adanya. Inilah pertemuan dan
pertobatan ketika ciptaan kembali dari kedosaan kepada Allah sang pencipta. Allah
tidak memalingkan pandangaNya dari anaknya yang datang kepadanya walaupun
kedosaanya membuatnya jauh dari
–Nya.
“ Mari masuk, mari datang dan
mari bersatu kembali pada Allah “
Adalah sapaan untuk
bersatu kembali dengan dia. “ Ini aku datang “ adalah sapaan dia yang telah
menyerahkan diri sepenuhnya tanpa sarat apapun yang mengikutinya kembali dan
bersatu dangan Allah. Kesatuan yang telah ada akan ada tetap ada sampai
kapapun. Allah memberikan bagian dari kepunyaan – Nya kepada semua ciptanya. Saat
kita bertemu dan bersatu kembali kepadaNya kita akan mengenal Dia lebih dalam
dan kita akan terlebur oleh kesatuan itu sampai kita benar – benar telah
menjadi satu. Kesatuan inilah doa yang menjadi persamaan untuk pertemuan dengan
Allah.
Kontemplasi menuntun dan
mengarahkan sabda itu kepada pang hal keberadaanya yakni Allah.
Kesatauan itu tak bersyarat oleh apapun karena awalnya pun Allah tidak
memberikan setitih sarat untuk menciptakan sesuatu.
“
Sedari adaku aku adalah tiada
Dan
adaku ada karena sang ada yang
Memberikan
ada dalam ketiadaanku sehingga
Aku
ada. “
Butumalasan,
17 Maret 2009
Rahib.
Cristian Amore D’arm Wingpy Sitohang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar