Sabtu, 17 November 2018

RENUNGAN: KONTEMPLASI (Yoh 1:1-2)



Yoh 1 : 1 - 2
KONTEMPLASI
“ Pada mulanya adalah Firman : Firman itu bersama – sama dengan Allah dan Firman itu Allah.
Ia pada mulanya bersama – sama dengan Allah

                Untuk dapat bertemu dan bersatu dengan Allah, adalah sebuah keadaan yang sangat sulit untuk mereka yang sarat oleh dunia dan jasmania serta mereka yang telah tertidur olehnya tapi sangat indah, misteri dan tak terkendali oleh waktu bagi mereka yang mengarahkan hatinya hanya dan untuk Allah saja. Setiap orang atau setiap ciptaan berasal dari penciptanya. Manusia dan Allah, Ciptaan dan pencipta. Sebuah kesatuan yang pada awalnya tidak terlepaskan dan terelakkan oleh apa saja baik waktu, tempat, pengertian pemikiran ataupun hal – hal yang sangat teoritis akan perbedaan antara ciptaan dan penciptanya. Satu kesatuan  yang sedari awal dan asalnya dan sampai sekarang pun adalah satu dan sampai kapanpun adalah satu. Kesatuan inilah yang menjadi rahmat yang sungguh sangat besar bagi siapapun. Tidak sama halnya antara analuan  dan orangtua duniawi tapi kesatuan Dia dan aku sebagai ciptaan sampai kapanpun takan terlepas oleh apapun karena sedari aku ada sebagai ciptaan, Dialah adaku seada – adanya. Inilah pertemuan dan pertobatan ketika ciptaan kembali dari kedosaan kepada Allah sang pencipta. Allah tidak memalingkan pandangaNya dari anaknya yang datang kepadanya walaupun kedosaanya membuatnya jauh          dari –Nya.
  Mari masuk, mari datang dan mari bersatu kembali pada Allah “
Adalah sapaan untuk bersatu kembali dengan dia. “ Ini aku datang “ adalah sapaan dia yang telah menyerahkan diri sepenuhnya tanpa sarat apapun yang mengikutinya kembali dan bersatu dangan Allah. Kesatuan yang telah ada akan ada tetap ada sampai kapapun. Allah memberikan bagian dari kepunyaan – Nya kepada semua ciptanya. Saat kita bertemu dan bersatu kembali kepadaNya kita akan mengenal Dia lebih dalam dan kita akan terlebur oleh kesatuan itu sampai kita benar – benar telah menjadi satu. Kesatuan inilah doa yang menjadi persamaan untuk pertemuan dengan Allah.
                Kontemplasi menuntun dan mengarahkan sabda itu kepada pang hal keberadaanya yakni Allah. Kesatauan itu tak bersyarat oleh apapun karena awalnya pun Allah tidak memberikan setitih sarat untuk menciptakan sesuatu.


                                                “ Sedari adaku aku adalah tiada
                                                                Dan adaku ada karena sang ada yang
                                                                                Memberikan ada dalam ketiadaanku sehingga
                                                                                                                Aku ada. “

                                                                                                                                Butumalasan, 17 Maret 2009

                                                                                                Rahib. Cristian Amore D’arm Wingpy Sitohang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar