JIWA KITA
Malam ini seorang remaja baya
berjalan pulang menyusuri sebuah jalan kehidupan yang sepi dan sunyi. Hanya
suara gesekan udara dan dedaunan di malam hari yang terdengar. Ternyata sudah
seharian dia menyusuri jalan yang sangat panjang. Ini malam yang ketujuh dari
semua malam dimana ia memulai perjalanan pencarian jiwa yang dicarinya. Setelah
begitu panjang berjalan dia menemukan hanya empat buah bola jiwa, yang ia
temukan ketika ia menyusuri jalan. Dia sudah merasa cemas karena ketika
Matahari terbit dan memecahkan hari lewat cahayanya, hari baru itu memjadi hari
terkhir dan titik penghabisan baginya. Dia tidak mau berhenti entah dalam waktu
yang singkat pun. Dia hanya diam dan menyatukan seluruh kesatuan dirinya hanya
pada jiwa yang dicarinya, ia sempat melihat jiwa pertama yang ia temukan dari
tangan seorang bayi yang masih berdarah dan sepertinya benar apa yang ada di
dalam benaknya bahwa bayi itu berumur 2 bulan. Bola Jiwa itu sempat redup
karena hampir habis waktunya. Tapi untung aku tidak terlambat katanya dalam
hati. Sebelum dia memasukkan bola jiwa itu kedalam kotaknya ia sempat
membersihkannya dan mendekapnya dalam hati. “ Biarkan aku pergi dengan tenang
karena aku tidakmau kembali ke dunia ini. Aku
belum mengerti apa itu hidup dan kehidupan, tapi aku telah menjadi
permainan baginya. Aku punya permintaan untukmu yakni apakah kau mau berdoa
untukku dan untuk ibuku yang melahirkan aku serta untuk dosaku dan dosa yang
melahirkan aku..? “ Remaja tersebut menangis. Dia membawanya dan dalam tanpa jawab
dalam hatinya. Kemudian bola kedua dan ketiga ia temukan dalam sebuah
rumah kumuh dibawah kolong sebuah
jembatan dekat sebuah kali dipinngir kota. Satu ia temukan di bawah tumpukan
sampah dan yang satu tergeletak diatas tempat tidur. Ternyata bola jiwa kedua ini
adalah milik seorang kakek yang mati kelaparan. Sikakek sempat menyapa anak
remaja itu dan berkata. “ Jangan ambil jiwaku ini, inilah hartaku satu –
satunya. Biarkan jiwaku ini menemaniku untuk terakhir kalinya dan kami bisa
menghadap sang Khalik untuk bertanggung jawab untuk semua dari hidupku. Tapi
jika kau benar – benar mengambil dan membawanya aku mohon berilah dia makan
makan kebenaran dan kesucian karena aku hanya bisa memberi itu padanya. “ Si
Remaja juga melihat bola jiwa ketiga itu ada dekat dengan yang kedua . Ternyata
itu adalah Bola jiwa dari cucu si kakek
tersebut. Dengan nada yang halus dibawah lirih si gadis kecil menyapa si
Remaja. “ Biarkan jiwaku ini bermain sebentar saja, karena aku belum perna
sebebas dan segembira ini. Jiwaku direbut zaman dan masa ketika aku kecil yang
harusnya menemukan kebahagiannya dimasa
hidupnya “ . Dia bergegas pergi membawa jiwa – jiwa itu dengan airmata
yang sangat deras keluar dari kedua matanya. Setiap jiwa adalah gambaran hidup
dan kehidupan bagi dia. Bola jiwa keempat ia temukan di dalam sebuah kubur
seoarang pertapa di pinggir hutan. Dia sempat ragu bercampur heran karena Bola
jiwa ini begitu terang tapi sudah lama tertanam dalam kubur tak bernisan. Dia
tak kenal apakah ini mayat seorang pria atau wanita, yang ia tahu bahwa mayat
ini tak memiliki barang apapun di bawa keliang kuburnya. Saat ia membawa dan
hendak menyimpan Bola jiwa itu ia mendengarsebuah suara berkata “ Biarlah aku hidup dalam matiku dan aku mati
dalam hidupku. Aku kosong datang dan kosong juga pergi. Hanya satu doaku yakni
jiwaku menemukan pemiliknya. Karena dia belum sempurna ketika ia menemui
ajalnya. “ Dia sempat ragu untuk membawa karena dia tak mau ambil pusing karena
waktunya hampir habis. Saat menyusuri jalan yang gelap dia menemukan ada berkas
cahaya yang lebih terang dari semua jiwa yang ia temukan. Tapi karena jiwa ini
ada di pinggir jalan dan pada seorang lelaki yang tidak beres, kotor, dan bau
ini..? Dia sempat bertanya dalam hatinya , siapakah lelaki ini..? Aku rasa dia
bukan orang suci tapi dia punya jiwa yang murni. Tapi kenapa ada pada orang
seperti ini.? Tiba – tiba suara muncul saat dia mengangkat jiwa itu katanya “
kegilaanku adalag sebuah kegilaan yang sangat gila dari dunia yang gila ini.
Aku menjauh pergi dari tubuhku sebelum aku menemui ajal kerna aku tak mau
dinodai oleh dunia yang kotor ini. “ Dia berlari kencang untuk menemukan 2 jiwa
yang terbuang sebelum hari baru menjadi akhir baginya. Tiba – tiba dia
tersentak dan terhenti. Dia sempat terpaku pada sebuah jiwa sorang bapa yang
terpelihara oleh hidupnya. Tapi ia kembali dan melihat bahwa tak ada orang lain
selain dirinya. Jiwa itu menangis dihadapan si Remaja itu dan berkata dengan
tersedu – sedu. “ Kekayaanku adalah
kemiskinan jiwaku, aku dikurung dalam kemewahanku, kini aku tinggal tanpa siapa
saat ajalku. Dia tak banyak berpikir karena ia terburu – buruh. Dia berlari
kencang dan sangat kencang tapi dia tak temukan satu jiwapun. Matahari bersinar
dan jiwa – jiwa bangun dalam satiap tubuh menyambut hari yang baru. Semua
memulai kesibukan mereka sehingga mereka kadang lupa menyapa jiwa mereka.
Mereka tak menyapa jiwanya sehinnga tuli, mereka tak menyinari jiwanya sehingga
gelap, buta dan sering keliruh dan jatuh, mereka tak berbicara derngan
jiwanya sehingga bisu dan diam sampai
ajal bertemu pandang. Banyak jiwa
yang mati sebelum kematiannya . Dan tetap tertidur ketika menyambut hari baru.
Remaja itu hidang dari dunia ini
dan pergi ke singgasaria Raja Alam semesta. Dia tertunduk menghadap raja. Dia
merasa gagal atas tugasnya. Raja berkata, “ Manakah ketujuh jiwa yang
kuperintahkan kau cari di dunia..? “ “
Aku.... aku....... aku ............ hanya membawa ini........”
seraya berkata ia mengeluarkan keenam bola jiwa itu. Si Remaja masih tertunduk.
Dia tak berani memandang wajah sang Raja. Dengan anggun Raja, turun dari singga
sananya dan berkata “ Ambillah keenamnya bersatulah dengan jiwamu dan
merasuklah kedalam jiwa dunia maka aku adalah jiwa penyempurna kehidupan.”
Remaja adalah jiwa
saat ini, setiap jiwa lain membawa masanya dan membawa cerita dan tugasnya
sendiri. Ia lahir sebagai manusia baru dengan sembilan jiwa dan satu roh
kemanusiaan. Remaja berkata kepada raja
“ Hambamu rendah, berikan aku kebijaksanaann untuk berpikir dan hati
serta perasaan untuk merenungkan perintah baginda Raja. “
12 November 2008,
Wingpy
Tidak ada komentar:
Posting Komentar