Sabtu, 17 November 2018

RENUNGAN:JIWA KITA



JIWA KITA
                Malam ini seorang remaja baya berjalan pulang menyusuri sebuah jalan kehidupan yang sepi dan sunyi. Hanya suara gesekan udara dan dedaunan di malam hari yang terdengar. Ternyata sudah seharian dia menyusuri jalan yang sangat panjang. Ini malam yang ketujuh dari semua malam dimana ia memulai perjalanan pencarian jiwa yang dicarinya. Setelah begitu panjang berjalan dia menemukan hanya empat buah bola jiwa, yang ia temukan ketika ia menyusuri jalan. Dia sudah merasa cemas karena ketika Matahari terbit dan memecahkan hari lewat cahayanya, hari baru itu memjadi hari terkhir dan titik penghabisan baginya. Dia tidak mau berhenti entah dalam waktu yang singkat pun. Dia hanya diam dan menyatukan seluruh kesatuan dirinya hanya pada jiwa yang dicarinya, ia sempat melihat jiwa pertama yang ia temukan dari tangan seorang bayi yang masih berdarah dan sepertinya benar apa yang ada di dalam benaknya bahwa bayi itu berumur 2 bulan. Bola Jiwa itu sempat redup karena hampir habis waktunya. Tapi untung aku tidak terlambat katanya dalam hati. Sebelum dia memasukkan bola jiwa itu kedalam kotaknya ia sempat membersihkannya dan mendekapnya dalam hati. “ Biarkan aku pergi dengan tenang karena aku tidakmau kembali ke dunia ini. Aku  belum mengerti apa itu hidup dan kehidupan, tapi aku telah menjadi permainan baginya. Aku punya permintaan untukmu yakni apakah kau mau berdoa untukku dan untuk ibuku yang melahirkan aku serta untuk dosaku dan dosa yang melahirkan aku..? “ Remaja tersebut menangis. Dia membawanya dan dalam tanpa jawab dalam hatinya. Kemudian bola kedua dan ketiga ia temukan dalam sebuah rumah  kumuh dibawah kolong sebuah jembatan dekat sebuah kali dipinngir kota. Satu ia temukan di bawah tumpukan sampah dan yang satu tergeletak diatas tempat tidur. Ternyata bola jiwa kedua ini adalah milik seorang kakek yang mati kelaparan. Sikakek sempat menyapa anak remaja itu dan berkata. “ Jangan ambil jiwaku ini, inilah hartaku satu – satunya. Biarkan jiwaku ini menemaniku untuk terakhir kalinya dan kami bisa menghadap sang Khalik untuk bertanggung jawab untuk semua dari hidupku. Tapi jika kau benar – benar mengambil dan membawanya aku mohon berilah dia makan makan kebenaran dan kesucian karena aku hanya bisa memberi itu padanya. “ Si Remaja juga melihat bola jiwa ketiga itu ada dekat dengan yang kedua . Ternyata itu adalah Bola jiwa dari cucu si kakek  tersebut. Dengan nada yang halus dibawah lirih si gadis kecil menyapa si Remaja. “ Biarkan jiwaku ini bermain sebentar saja, karena aku belum perna sebebas dan segembira ini. Jiwaku direbut zaman dan masa ketika aku kecil yang harusnya menemukan kebahagiannya dimasa  hidupnya “ . Dia bergegas pergi membawa jiwa – jiwa itu dengan airmata yang sangat deras keluar dari kedua matanya. Setiap jiwa adalah gambaran hidup dan kehidupan bagi dia. Bola jiwa keempat ia temukan di dalam sebuah kubur seoarang pertapa di pinggir hutan. Dia sempat ragu bercampur heran karena Bola jiwa ini begitu terang tapi sudah lama tertanam dalam kubur tak bernisan. Dia tak kenal apakah ini mayat seorang pria atau wanita, yang ia tahu bahwa mayat ini tak memiliki barang apapun di bawa keliang kuburnya. Saat ia membawa dan hendak menyimpan Bola jiwa itu ia mendengarsebuah suara berkata  “ Biarlah aku hidup dalam matiku dan aku mati dalam hidupku. Aku kosong datang dan kosong juga pergi. Hanya satu doaku yakni jiwaku menemukan pemiliknya. Karena dia belum sempurna ketika ia menemui ajalnya. “ Dia sempat ragu untuk membawa karena dia tak mau ambil pusing karena waktunya hampir habis. Saat menyusuri jalan yang gelap dia menemukan ada berkas cahaya yang lebih terang dari semua jiwa yang ia temukan. Tapi karena jiwa ini ada di pinggir jalan dan pada seorang lelaki yang tidak beres, kotor, dan bau ini..? Dia sempat bertanya dalam hatinya , siapakah lelaki ini..? Aku rasa dia bukan orang suci tapi dia punya jiwa yang murni. Tapi kenapa ada pada orang seperti ini.? Tiba – tiba suara muncul saat dia mengangkat jiwa itu katanya “ kegilaanku adalag sebuah kegilaan yang sangat gila dari dunia yang gila ini. Aku menjauh pergi dari tubuhku sebelum aku menemui ajal kerna aku tak mau dinodai oleh dunia yang kotor ini. “ Dia berlari kencang untuk menemukan 2 jiwa yang terbuang sebelum hari baru menjadi akhir baginya. Tiba – tiba dia tersentak dan terhenti. Dia sempat terpaku pada sebuah jiwa sorang bapa yang terpelihara oleh hidupnya. Tapi ia kembali dan melihat bahwa tak ada orang lain selain dirinya. Jiwa itu menangis dihadapan si Remaja itu dan berkata dengan tersedu – sedu. “  Kekayaanku adalah kemiskinan jiwaku, aku dikurung dalam kemewahanku, kini aku tinggal tanpa siapa saat ajalku. Dia tak banyak berpikir karena ia terburu – buruh. Dia berlari kencang dan sangat kencang tapi dia tak temukan satu jiwapun. Matahari bersinar dan jiwa – jiwa bangun dalam satiap tubuh menyambut hari yang baru. Semua memulai kesibukan mereka sehingga mereka kadang lupa menyapa jiwa mereka. Mereka tak menyapa jiwanya sehinnga tuli, mereka tak menyinari jiwanya sehingga gelap, buta dan sering keliruh dan jatuh, mereka tak berbicara derngan jiwanya  sehingga bisu dan diam sampai ajal bertemu pandang.  Banyak jiwa yang mati sebelum kematiannya . Dan tetap tertidur ketika menyambut hari baru. Remaja itu hidang  dari dunia ini dan pergi ke singgasaria Raja Alam semesta. Dia tertunduk menghadap raja. Dia merasa gagal atas tugasnya. Raja berkata, “ Manakah ketujuh jiwa yang kuperintahkan kau cari di dunia..? “   “ Aku....  aku.......   aku ............ hanya membawa ini........” seraya berkata ia mengeluarkan keenam bola jiwa itu. Si Remaja masih tertunduk. Dia tak berani memandang wajah sang Raja. Dengan anggun Raja, turun dari singga sananya dan berkata “ Ambillah keenamnya bersatulah dengan jiwamu dan merasuklah kedalam jiwa dunia maka aku adalah jiwa  penyempurna kehidupan.”



Remaja adalah jiwa saat ini, setiap jiwa lain membawa masanya dan membawa cerita dan tugasnya sendiri. Ia lahir sebagai manusia baru dengan sembilan jiwa dan satu roh kemanusiaan. Remaja berkata kepada raja  “ Hambamu rendah, berikan aku kebijaksanaann untuk berpikir dan hati serta perasaan untuk merenungkan perintah baginda Raja. “


12 November 2008, Wingpy

Tidak ada komentar:

Posting Komentar