Sabtu, 17 November 2018

SENI: KAPITA SELEKTA MANIFESTASI BUDAYA INDONESIA



KAPITA SELEKTA MANIFESTASI BUDAYA INDONESIA
Ringkasan dari buku:
Judul          : Kapita Selekta Manifestasi Budaya Indonesia
Pengarang  :
Penerbit      : Jakarta: Alumni Bandung, 1984

BAB IV
KESENIAN

PENDAHULUAN
Berdasarkan bentuknya kesenian dapat dibagi atas tiga kategori, yaitu seni rupa (visual arts), seni pertunjukan (performing arts), dan seni arsitektur. Sebagai pernyaratan ekspresi estetik yang secara sosial dipantulkan, maupun sebagai hasil renungan dan kreasi, pribadi, kesenian juga bersifat dinamis. Seni tradisional yaitu bentuk dan perwujudan seni yang dianggap sebagai persambungan dari lama ketika masyarakat penikmat relative masih “homogeny” dan “otonom” dan seni modern, yaitu bentuk dan perwujudan seni yang terjadi sebagai akibat pergaulan dengan dunia luar. Kesenian dalam perwujudan kultur dengan jelas memperlihatkan keanekaragaman tradisi di tanah air kita. Seni sebagai bentuk ekspresi keindahan baik yang bersifat komunal maupun pribadi, juga terlibat dalam perjalanan sejarah. Dengan kata lain bentuk-bentuk kesenian itu mengalami perubahan. Kesenian juga sering ditentukan oleh lapisan sosial pendukungnya. Kesenian dalam pendekatannya bersifat deskriptif tanpa mengaitkan bentuk dan corak kesenian itu.
                           
SENI RUPA
1.      Seni lukis
·         Sebelum Kemerdekaan
Mulai pada tahun 1511, ketika Portugis menduduki Malaka, datang delegasi Majapahit dengan membawa kain panjang di dalamnya terdapat lukisan peperangan, arak-arakan raja dengan iringan kuda dan gajah, serta raja sendiri dikelilingi empat buah bendera. Kemudian dalam kidung Sunda dikisahkan bahwa kerajaan Majapahit mengirimkan pelukisnya ke Jawa Barat untuk melukiskan puteri Sunda. Setelah VOC menguasai Indonesia pengaruh Barat dalam lukisan dibawanya serta masuk. Sejak abad ke-19 mulai muncullah pelukis-pelukis dengan pendidikan barat, misalnya Raden Saleh. Setelah Raden Saleh meninggal muncul beberapa pelukis alam, antara lain Abdullah Surio Suroto (1878-1941). Pada tahun 1922 berdirilah Taman Siswa. Di situ diberikan pelajaran melukis. Para pelukis terkenal pada masa itu, Mochamad Syafei, Sudjojono, Basuki Resobowo, Rusli dan Alibasjah. Pada tahun 1937 didirikan Sudjojono dan Agus Djajasuminta mendirikan persegi (Persatuan Ahli Gambar Indonesia)

·         Zaman Jepang
Pada amn ini ada Pusat Kebudayaan Keimin Bunka Sidhosjo. Banyak pelukis terkenal menjadi anggotadalam perkumpulan ini seperti Kusnad, Nashar, Trubus, Zaini, dan Sjahrir. Awalnya tujuan perkumpulan ini untuk propaganda Jepang, namun akhirnya anggotanya tidak setuju. Pada tahun 1943 berdiri Putera (Pusat Tenaga Rakyat) yang mempunyai seksi-seksi, antara lain seksi seni lukis yang diketuai oleh Sudjojono. Kemudian timbul kelompok pelukis-pelukis modern termasuk di sini Affandi, Hendra, dan Sudjojono sendiri, serta juga pelukis-pelukis muda seperti Kartono Yudokusumo, Mochtar Apin dan Henk Ngantung.

·         Setelah Kemerdekaan
Pada masa ini banyak seniman terorganisasi di dalam perkumpulan. Antara lain di Yogya: Pusat Tenaga Pelukis Indonesia, Seni Rupa Masyarakat, dan Pelukis Rakyat. Di Madiun: Seniman Indonesia Muda.

2.      Kain
Kain tidaklah sekedar penutup tubuh saja, tetapi juga mempunyai fungsi sosial, sebagai mas kawin, keperluan ritual, menunjukan status sosial, dan banyak kegunaan dalam acara kematian, kelahiran,  dan lain sebagainya yang menunjukan fungsi simbolik dari kain tersebut. 
·         Batik
Ada dua pendapat  mengatakan bahwa batik datang bersamaan dengan pengaruh Hindu dari India. Pendapat yang lain mengatakan bahwa batik adalah asli Indonesia. Kata “batik” sudah dikenal dalam Babad Sengkala (1633), dan dalam Pandji Djaja Lengkara (1770).
Proses pembuatan batik melalui beberapa tahap yakni:
§  Ngetel atau ngloyor, kain dicuci dengan kanji.
§  Ngrengreng, menggambar pola dengan lilin cair.
§  Nembok, memulai mewarnai pola.
§  Medel, mencelup untuk pewarnaan diluar pola.
§  Ngesik/nglorod, pemberian warna sawo matang.
§  Mbironi, menutup keseluruhan dengan cairan lilin.
§  Menyoga, mencelup dengan warna coklat.
§  Tahap akhir siap untuk melukis/pewarnaan batik sesuai disain.
Ada dua macam motif membatik, yaitu bentuk geometrid an non geometri. Yang termasuk geometri ialah:
§  Banji/balok bosok. Swastika yang mendapat tambahan hiasan daun atau rantingan bunga-bungaan.
§  Cemlok, garis-garis yang membentuk persedi-persegi, lingkaran-lingkaran jajaran genjang, bintang-bintang atau segi-segi banyak.
§  Ganggong, binatang-binatang atau silang-silang yang ujung jari-jarinya melingkar-lingkar seperti sari bunga.
§  Nitik, motif yang meniru tenunan atau anyaman yang dibuat dari titik-titik. Termasuk pola ayam dan tirtatea.
§  Grinsing, lingkaran-lingkaran kecil dengan titik di dalamnya, tersusun seperti sisik ikan atau ular.
§  Kawung, perkembangan dari motif grinsing. Hanya boleh dikenakan oleh Sri Sultan beserta keluarga terdekatnya.
§  Lereng, jenis parang, pedang atau pisau. Motifnya membentuk garis pisau.
Termasuk dalam pola bergaris miring adalah megamendung dari Cirebon. Motif lain adalah udan liris.
Motif yang tidak geometris banyak menggunakan objek alam, termasuk dalam motif yakni:
§  Semen, motif kuncup-kuncup daun-daun bunga yang tersilir.
§  Semen, motif kuncup-kuncup , daun serta bunga yang dikombinasikan dengan motif binatang.
§  Lar, pelengkap pola semen seperti bentuk sayap.
§  Naga, ular yang terselir.
§  Siddha, lotus yang masih tertutup. Symbol kebesaran.
§  Gambar binatang-binatang, seperti Merak, Peksi, Wadas yaitu karang, Mahameru, Segaran yaitu gambaran tentang kehidupan laut termasuk bunga-bunga lautnya.

·         Tehnik Ikat
Tehnik ikat menurut sejarahnya lebih tua daripada batik, dikenal di Sumatera, Bali, kepulauan Nusa Tenggara, Kalimantan dan Sulawesi. Ikat ini mempunyaisimbol-simbol yang berhubungan dengan kelahiran, yang erat berhubungan dengan dinamika penerusan keturunan, suku atau desa.
Tahap membuat kain Ikat, yakni:
§  Memintal benang,
§  Member warna, dan
§  Menenunnya sendiri.

SENI PERTUNJUKAN
1.      Seni Tari
Belum banyak diketahui sejarah seni tari di tanah air. Namun relif-relif candi dan kesusastraan Jawa Kuno abad 11 yang mendeskripsikan pertunjukan tari Jawa serta sedikit banyaknya musafir Arab dan Eropa juga menyinggung tari dalam buku perjalanannya. Tahap perkembangan tari di Indonesia dibagi menjadi lima tahap, yakni:
·         Tahap kehidupan tepencil dalam wilayah-wilayah etnik,
·         Tahap masuknya pengaruh-pengaruh luar sebagai unsure asing,
·         Tahap penembusan secara sengaja batas-batas kesekuan, sehubungan dengan tampilnya nasionalisme Indonesia,
·         Tahap gagasan mengenai perkembangna tari untuk taraf nasional,
·         Tahap kedewasaan baru yang ditandai oleh pencaharian nilai-nilai di dalam tari itu sendiri.
Secara keseluruhan tari dapat dibagi atas tiga kelompok besar:
·         Tari sepenuhnya,
§  Yang tak mengandung cerita
Ø  Tari yang sepenuhnya tanpa cerita yang berciri kekeratonan.
ü  Beksan Lawung Ageng
ü  Beksaan Lawung Alit
ü  Beksan Mekar Madura
ü  Beksan Bedoyo
ü  Bedoyo 9
ü  Serimpi-Ranggawati
Ø  Tari yang tak mengandung cerita dan bukan keraton.
ü  Tandak
ü  Ibing
ü  Gandrung
ü  Tirik Lalan
ü  Tayub
ü   
§  Yang mengandung cerita
Ø  Tari Elang, tarian untuk memanggil merapu arwah nenek moyang yang dipersonifikasi dengan burung-burung elang.
Ø  Tari Moleka, tarian trimaksih kepada arwah leluhur dalam upacara kelahiran.
Ø  Tari Kako, tari pengiring pengantin.
Ø  Tari Bandara, tarian trimakasih kepada merapu, arwah leluhur yang telah memberikan berkat.
Ø  Tari Zere, tarian memandikan barang-barang pusaka.
Ø  Tari Rati Nggaba, tarian untuk menentukan musim tanam.

·         Tari yang terpadu dengan unsure seni lain,
§  Tari Didong, tari yang dipadu dengan nyanyian.
Ø  Didong Panggung
Ø  Didong Mengerje
·         Tari yang terpadu dengan permainan,
§  Tari pencak
Ø  Minang, tari Adok, tari Alang Suntiang Panghulu.
Ø  Batak, tor-tor dhar, tari huda-huda (Simalungun)
§  Tari perang
Ø  Sumba, tari Harama dan Kataga Putra
Ø  Kalimantan, tari Usal Djalong

2.      Musik
Music tradisional Indonesia, sebagian besar boleh dimasukkan sebagai musik perkusi, karena sebagian besar alatnya dimainkan dengan cara memukul alat-alat musik.
·         Musik Kraton
Music ini berpusat pada gamelan, yaitu seperangkat alat music yang dimainkan bersama. Kunst mengatakan bahwa instrument gamelan dikenal sejak abad 8-9. Namun gamelan yang dikenal seperti sekarang ini , muncul baru pada masa akhir zaman Hindu-Jawa (abad-15). Menurut mitos Jawa, gamelan seperti itu juga halnya denan tari diciptakan oleh Batara Guru.
Menurut Jaap Kunst dan Mantle Hood menganggab saron-lah yang merupakan Bulunganning gending. Sebaliknya Sumarsam bahwa rebab kendang, gender dan bonang adalah Bulunganning gending.
1.      Gamelan Jawa
§  Rebab: sebagai pemuka lagu, yang berarti mempunyai otoritas melodi.
§  Kendang: mengontrol tempo: tanda untuk memulai, berhenti atau berpisah.
Ø  Kendang Ageng
Ø  Kendang Ketipung
Ø  Kendang Batangan
§  Gender: pensugesti instrument lainnya.
Ø  Gender Panembung
Ø  Gender Barung
Ø  Gender Penerus
§  Bonang: terdiri dari dua gong kecil yang diletakkan horizontal.
Ø  Slendro Bonang mempunyai satu octave dan empat note.
Ø  Pelog Bonang mempunyai satu octave dan enam note.
§  Gong:
Ø  Gong Ageng (gong yang terbesar)
Ø  Gong  Suwukan (bentuknya lebih kecil  yang digantung)
Ø  Gong Kenong (digunakan untuk memukul kempul)
ü  Kenong Ketruk
ü  Kenong Kempyang
ü  Engkung Kenong
Dalam gamelan mengenal dua system laras untuk menentukan tinggi rendahnya suara yaitu:
§   slendro (lima nada)  
Ø  Slendro patet nem
Ø  Slendro patet sanga
Ø  Slendro patet manyura
§  pelog (tujuh nada)
Ø  Pelog patet lima
Ø  Pelog patet nem
Ø  Pelog patet barong

2.       Gamelan Bali, terdiri dari:
§  Jegongan
§  Jublang
§  Calung
§  Ging Gending

3.      Gamelan Sunda, terdiri dari:
§  Angklung
§  Taleot
§  Suling
§  Bangsing
§  Goong
§  Cipiit
§  Goong Citorek
§  Goong Leuwi Buleud

·         Musik Pesisir
a.       Musik Pesisir Langgam Melayu
Music jenis ini dikembangkan di daerah Melayu. Ada empat tipe musik ini yakni:
§  Gamat: dikitaran pantai barat Sumatera. Lagunya dengan langgam Melayu dengan syair yang menggunakan bahasa Minang.
§  Melayu-Deli: dapat dianggap musik klasik Melayu. Bukan hanya di Deli dan istana Sultan di Sumatera namun ia menemukan genre pasangannya di Tanah Semenanjung.
§  Melayu-Betawi: berkembang dikalangan masyarakat Betawi yang tinggal di kota. Musik ini digunakan untuk tari samrah dan sandiwara bangsawan atau “stambul”.
§  Dangdut: mula-mula music ini adalah salinan yang tak begitu kreatif dari music India,, mendapatkan warna baru dengan munculnya penyanyi/pencipta Rhoma Irama dan Elvis Sukaesih.

b.      Musik Tradisi Islam
Gambus dan Qasidah tentu saja lebih tua dari dangdut. Orkes gambus sangat popular di alangan santri yang mempelajari agama Islam, umumnya nyanyian Arab. Qasidah adalah lagu-lagu pujaan terhadap Nabi Muhammad SAW, dan memdapat popuparitas kreasi baru oleh Bimbo dan Linga Binangkit.

c.       Musik Bazaar
-          Musik Keroncong
Genre ini berkembang di abad ke-16, ketika para pedagang dan avounturir Portugis mulai memberikan pengaruhnya kepada kelompok-kelompok mardijkers. Keroncong mendapat bentuknya dalam suasana kebudayaan “mestizo” atau “indisch”, yang memperlihatkan bentuknya di kota-kota pantai, khususnya Batavia., di akhir abad 19.

-          Tanjidor
Musik Tanjidor dikenal di daerah Jakarta dan sekitarnya. Tnjidor pada mulanya (di zaman VOC) disebut juga Slaven Orkest, yaitu musik digunakan untuk menghibur sang majikan Belanda oleh para budaknya.

·         Musik Rakyat
1.      Gambang Kromong, yaitu musik tradisional  Betawi yang hidup di pinggiran kota Jakarta. Biasanya music ini dipakai untuk mengiringi pertunjukan Lenong.
2.      Musik kulintang dari daerah Sulawesi Utara.
3.      Alat tiup dari tanduk di daerah Tana Toraja.
4.      Suling dari daerah Bugis dan Toraja.
5.      Keso-keso.
6.      Sinrilli.

3.      Seni Teater
·         Wayang
Tradisi wayang tersebar luas di Asia Tenggara, Cina dan Timur Tengah. Wayang menampilkan kisah-kisah perjuangan raja dan satria, Pandawa dan Kurawa, Rama dan Rahwana, maka sesungguhnya persoalannya adalah kemanusiaan perjuangan abadi antara yang baik dan yang buruk, antara keadilan dan ketidakadilan.
-          Wayang Kulit, dari irama music yang mengiringinya dibagi menjadi tiga bagian:
Ø  Patet nem, dari jam Sembilan malam sampai tengah malam (persoalan dari seluruh cerita dipertunjukkan).
Ø  Patet sanga, berlangsung dari tengah malam sampai lebih kurang pukul tiga pagi (pemecahan masalah).
Ø  Poatet Manyura, dari jam 3 pagi sampai pertunjukan selesai (persoalan diselesaikan dengan kalahnya yang salah).

-          Wayang  Golek
Wayang Golek diambil dari epos Mahabarata dan Tamayana. Boneka wayang golek berdimensi tiga, dan juga dimainkan dalang dalam pertunjukannya.

-          Wayang Wong
Cerita wayang wong (wong=orang) sama dengan cerit wayang kulit dan golek. Pertunjukan biasanya dilakukan di atas panggung yang menggunakan dekor yang membantu member gambaran keadaan cerita.

-          Wayang Topeng
Sama seperti wayang wong yang dimainkan manusia hanya saja pemainnya mengunakan topeng. 

-          Teater Rakyat (Ketoprak)
Menurut sejarahnya, ketoprak lahir di daerah Klaten (Surakarta), tetapi dikembangkan di Yogyakarta. Permainnan ini diilhami oleh permainan gejogan dan kotekan, yaitu permainan oleh gadis-gadis desa di waktu bulan purnama dengan membunyikan lesung yang mempunyai ritme dan diiringi dengan  nyanyian-nyanyian. Ada tuju adegan dalam Ketoprak, yakni:
a.       Adegan Keraton
b.      Adegan Kadipaten
c.       Adegan taman
d.      Adegan kesatriaan
e.       Adegan pertapan atau padepokan
f.       Adegan pedesaan
g.      Adegan alun-alun
Beberapa bentuk ketoprak
Ø  Ludruk
Ø  Lenong dan Topeng Betawi
Ø  Teater Melayu



ARSITEKTUR TRADISIONAL
Selain bentuknya yang menjadi ciri dari rumah tradisional Indonesia ialah bahan-bahan yang digunakan, seperti balok kayu, bamboo, lembaran-lembaran daun, jenis rumput atau alang-alang dan serat. Bentuk rumah, atap, dinding, dan bahan yang digunakan  secara keseluruhan sesuai dengan iklim tropis yang panas, sedangkan aturan bentuk serta letak rumah ditentukan oleh keyakinan supranatural yang dianut. Rumah di Madura misalnya tidak dibenarkan menghadap kearah matahari terbenam maupun kearah  matahari terbit. Atau pada orang Mandailing, hiasan rumah merupakan gambaran tentang bagaimana masyarakat memikirkan kosmos. Kerbau sendiri merupakan binatang yang dianggap penting dalam upacara:  kendaraan nenek moyang untuk pergi ke “alam atas”.
Secara garis besar, di Indonesia terdapat lebih dari 30 arsitektur rumah tradisional, dengan ratusan variasinya. Masyarakat batak, misalnya mempunyai rumah tradisional juga rumah upacaranya-yang menggunakan hiasan kerbau di atapnya. Rumah ini berbentuk paying. Di Minang tidak jarang ditemui rumah tradisional dengan atap berbentuk lengkung yang kadang-kadang hingga tiga pasang untuk satu rumah.

1.      Rumah Tradisional Madura
·         Rumah Madura Barat
a.       Roma Bangsal, atapnya berbentuk segi empat, bubungannya runcing, dihiasi dengan janggar yang dari jauh mirip tanduk.
b.      Roma Pegun, beratap segi empat, tapi tidak runcing dan berakhir dengan bubungan melebar.
c.       Roma Pacenan, beratp telatip rendah dan sedi dua.
·         Rumah Madura Timur
Rumah yang baik  menghadap ke selatan (Mojur are), kalau menghadap ke Utara rumah menjadi tidak baik, karena matahari tenggelam bisa menghisap kesehatan dan kekuatan. Menghadap ke Timur itu juga tidak baik, karena akan timbul bermacam-macam gangguan yang bisa membawa penyakit, yang disebabkan karena panasnya matahari.

2.      Rumah Tradisional Jawa
·         Rumah Joglo
a.       Joglo Jompongan
b.      Joglo Kepuhan Lawakan
c.       Joglo Geblokan
d.      Joglo Kepuhan Limolasa
e.       Joglo Sinom Apitan
f.       Joglo Pengwawit
g.      Joglo Kepuhan Apitan
h.      Joglo Semar Tinandu
i.        Joglo Lambang Sari
j.        Joglo Wantah Apitan
k.      Joglo Hageng
l.        Joglo Mangkurat
·         Rumah Limas
·         Rumah Kampung
·         Rumah Tajug
·         Rumah Panggang Pe

3.      Rumah Toraja
Perkembangan rumah Toraja, dari Benua Pandoko Dena, ke Benua Lentong Apa, ke Benua Tamben dan sampai ke Tongkonan. Rumah Tongkonan harus menghadap ke Utara, sedangkan pintu hanya ada di bagian depan saja. Bagian Utara dianggap sebagai bagian yang paling mulia. Tongkonan disebut Tingo Banua yaitu tempat orang mengadakan upacara. Bagian Timur, Matah Banua, dianggap sebagai sumber dari kehidupan, yang juga dipergunakan sebagai tempat melahirkan. Bagian Barat disebut Matampu, yakni tempat menyelenggarakan upacara kematian. Bagian belakang rumah disebut Pollo Banua sebagai tempat melepas sehala najis dan kesusahan.

PERAHU
Indonesia sebagai kepulauan, maka tidak mengherankan kalau perahu menjadi bagian penting dalam hidup masyarakat, baik sebagai alat komunikasi yang menghubungkan satu pulau dengan pulau lainnya, ataupun sebagai alat untuk memperoleh sumber mata pencaharian hidup. Nama jenis perahu dalam setiap daerah, Makasar (Patorani), (Lambo), Bugis (Pinisi), Madura (Sandeq, Jukung, Janggolan, Jaring, Golekan, Leti-leti).

PAHATAN
Pahatan bisa dikerjakan pada batu, kayu, atau bahkan dinding bukit. Dahulu pahatan dibuat orang tidak sekedar sebagai curahan rasa seni saja, tetapi juga erat berhubungan dengan suatu simbol dan religi. Misalnya tempayan penguburan dari zaman megalitik yang ditemukan di Sulawesi Tengah, penuh dengan pahatan kadal yang merupakan symbol dari fertilitas.
Gambar pahatan kadal dikenal banyak di daerah Indonesia. Daerah Batak Toba menyebut pahatan binatang ini dengan Boraspati yang dianggap merupakan kekuatan bumi. Di Nias, Kalimantan, Irian pahatan kadal dianggap penting.
Pahatan burung enggang, garuda, singa bersayap, bunga-bunga yang distilir merupakan banyak menjadi motif ukir yang dipandang penting atau khas.
Arca banyak ditemukan di candi-candi. Patung-patung kayu yang dipahat dengan bentuk nenek moyang menjadi medium penyembahan roh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar