KAPITA
SELEKTA MANIFESTASI BUDAYA INDONESIA
Ringkasan
dari buku:
Judul : Kapita Selekta Manifestasi Budaya
Indonesia
Pengarang :
Penerbit : Jakarta: Alumni Bandung, 1984
BAB
IV
KESENIAN
PENDAHULUAN
Berdasarkan bentuknya kesenian dapat
dibagi atas tiga kategori, yaitu seni rupa (visual arts), seni pertunjukan
(performing arts), dan seni arsitektur. Sebagai pernyaratan ekspresi estetik
yang secara sosial dipantulkan, maupun sebagai hasil renungan dan kreasi,
pribadi, kesenian juga bersifat dinamis. Seni tradisional yaitu bentuk dan
perwujudan seni yang dianggap sebagai persambungan dari lama ketika masyarakat
penikmat relative masih “homogeny” dan “otonom” dan seni modern, yaitu bentuk
dan perwujudan seni yang terjadi sebagai akibat pergaulan dengan dunia luar.
Kesenian dalam perwujudan kultur dengan jelas memperlihatkan keanekaragaman
tradisi di tanah air kita. Seni sebagai bentuk ekspresi keindahan baik yang
bersifat komunal maupun pribadi, juga terlibat dalam perjalanan sejarah. Dengan
kata lain bentuk-bentuk kesenian itu mengalami perubahan. Kesenian juga sering
ditentukan oleh lapisan sosial pendukungnya. Kesenian dalam pendekatannya
bersifat deskriptif tanpa mengaitkan bentuk dan corak kesenian itu.
SENI
RUPA
1.
Seni lukis
·
Sebelum
Kemerdekaan
Mulai pada tahun 1511, ketika
Portugis menduduki Malaka, datang delegasi Majapahit dengan membawa kain
panjang di dalamnya terdapat lukisan peperangan, arak-arakan raja dengan
iringan kuda dan gajah, serta raja sendiri dikelilingi empat buah bendera.
Kemudian dalam kidung Sunda dikisahkan bahwa kerajaan Majapahit mengirimkan
pelukisnya ke Jawa Barat untuk melukiskan puteri Sunda. Setelah VOC menguasai
Indonesia pengaruh Barat dalam lukisan dibawanya serta masuk. Sejak abad ke-19
mulai muncullah pelukis-pelukis dengan pendidikan barat, misalnya Raden Saleh.
Setelah Raden Saleh meninggal muncul beberapa pelukis alam, antara lain
Abdullah Surio Suroto (1878-1941). Pada tahun 1922 berdirilah Taman Siswa. Di
situ diberikan pelajaran melukis. Para pelukis terkenal pada masa itu, Mochamad
Syafei, Sudjojono, Basuki Resobowo, Rusli dan Alibasjah. Pada tahun 1937
didirikan Sudjojono dan Agus Djajasuminta mendirikan persegi (Persatuan Ahli
Gambar Indonesia)
·
Zaman Jepang
Pada amn ini ada Pusat Kebudayaan
Keimin Bunka Sidhosjo. Banyak pelukis terkenal menjadi anggotadalam perkumpulan
ini seperti Kusnad, Nashar, Trubus, Zaini, dan Sjahrir. Awalnya tujuan
perkumpulan ini untuk propaganda Jepang, namun akhirnya anggotanya tidak
setuju. Pada tahun 1943 berdiri Putera (Pusat
Tenaga Rakyat) yang mempunyai seksi-seksi, antara lain seksi seni lukis yang
diketuai oleh Sudjojono. Kemudian timbul kelompok pelukis-pelukis modern
termasuk di sini Affandi, Hendra, dan Sudjojono sendiri, serta juga
pelukis-pelukis muda seperti Kartono Yudokusumo, Mochtar Apin dan Henk
Ngantung.
·
Setelah
Kemerdekaan
Pada masa ini banyak seniman
terorganisasi di dalam perkumpulan. Antara lain di Yogya: Pusat Tenaga Pelukis
Indonesia, Seni Rupa Masyarakat, dan Pelukis Rakyat. Di Madiun: Seniman
Indonesia Muda.
2.
Kain
Kain
tidaklah sekedar penutup tubuh saja, tetapi juga mempunyai fungsi sosial,
sebagai mas kawin, keperluan ritual, menunjukan status sosial, dan banyak
kegunaan dalam acara kematian, kelahiran,
dan lain sebagainya yang menunjukan fungsi simbolik dari kain
tersebut.
·
Batik
Ada dua pendapat mengatakan bahwa batik datang bersamaan
dengan pengaruh Hindu dari India. Pendapat yang lain mengatakan bahwa batik
adalah asli Indonesia. Kata “batik”
sudah dikenal dalam Babad Sengkala
(1633), dan dalam Pandji Djaja Lengkara
(1770).
Proses pembuatan batik melalui
beberapa tahap yakni:
§ Ngetel atau ngloyor, kain dicuci dengan kanji.
§ Ngrengreng, menggambar pola dengan lilin cair.
§ Nembok, memulai mewarnai pola.
§ Medel, mencelup untuk pewarnaan diluar pola.
§ Ngesik/nglorod, pemberian warna sawo matang.
§ Mbironi, menutup keseluruhan dengan cairan
lilin.
§ Menyoga, mencelup dengan warna coklat.
§ Tahap akhir siap
untuk melukis/pewarnaan batik sesuai disain.
Ada dua macam motif membatik,
yaitu bentuk geometrid an non geometri. Yang termasuk geometri ialah:
§ Banji/balok bosok. Swastika yang mendapat tambahan
hiasan daun atau rantingan bunga-bungaan.
§ Cemlok, garis-garis yang membentuk
persedi-persegi, lingkaran-lingkaran jajaran genjang, bintang-bintang atau
segi-segi banyak.
§ Ganggong, binatang-binatang atau silang-silang
yang ujung jari-jarinya melingkar-lingkar seperti sari bunga.
§ Nitik, motif yang meniru tenunan atau anyaman
yang dibuat dari titik-titik. Termasuk pola ayam dan tirtatea.
§ Grinsing, lingkaran-lingkaran kecil dengan titik
di dalamnya, tersusun seperti sisik ikan atau ular.
§ Kawung, perkembangan dari motif grinsing.
Hanya boleh dikenakan oleh Sri Sultan beserta keluarga terdekatnya.
§ Lereng, jenis parang, pedang atau pisau.
Motifnya membentuk garis pisau.
Termasuk dalam pola bergaris
miring adalah megamendung dari Cirebon. Motif lain adalah udan liris.
Motif yang tidak geometris banyak
menggunakan objek alam, termasuk dalam motif yakni:
§ Semen, motif kuncup-kuncup daun-daun bunga
yang tersilir.
§ Semen, motif kuncup-kuncup , daun serta bunga
yang dikombinasikan dengan motif binatang.
§ Lar, pelengkap pola semen seperti bentuk
sayap.
§ Naga, ular yang terselir.
§ Siddha, lotus yang masih tertutup. Symbol
kebesaran.
§ Gambar
binatang-binatang, seperti Merak, Peksi, Wadas yaitu karang, Mahameru, Segaran
yaitu gambaran tentang kehidupan laut termasuk bunga-bunga lautnya.
·
Tehnik Ikat
Tehnik ikat menurut sejarahnya
lebih tua daripada batik, dikenal di Sumatera, Bali, kepulauan Nusa Tenggara,
Kalimantan dan Sulawesi. Ikat ini mempunyaisimbol-simbol yang berhubungan
dengan kelahiran, yang erat berhubungan dengan dinamika penerusan keturunan,
suku atau desa.
Tahap membuat kain Ikat, yakni:
§ Memintal benang,
§ Member warna,
dan
§ Menenunnya
sendiri.
SENI
PERTUNJUKAN
1.
Seni Tari
Belum
banyak diketahui sejarah seni tari di tanah air. Namun relif-relif candi dan
kesusastraan Jawa Kuno abad 11 yang mendeskripsikan pertunjukan tari Jawa serta
sedikit banyaknya musafir Arab dan Eropa juga menyinggung tari dalam buku
perjalanannya. Tahap perkembangan tari di Indonesia dibagi menjadi lima tahap,
yakni:
·
Tahap
kehidupan tepencil dalam wilayah-wilayah etnik,
·
Tahap
masuknya pengaruh-pengaruh luar sebagai unsure asing,
·
Tahap
penembusan secara sengaja batas-batas kesekuan, sehubungan dengan tampilnya
nasionalisme Indonesia,
·
Tahap
gagasan mengenai perkembangna tari untuk taraf nasional,
·
Tahap
kedewasaan baru yang ditandai oleh pencaharian nilai-nilai di dalam tari itu
sendiri.
Secara
keseluruhan tari dapat dibagi atas tiga kelompok besar:
·
Tari sepenuhnya,
§ Yang tak mengandung cerita
Ø Tari yang
sepenuhnya tanpa cerita yang berciri kekeratonan.
ü Beksan Lawung
Ageng
ü Beksaan Lawung
Alit
ü Beksan Mekar
Madura
ü Beksan Bedoyo
ü Bedoyo 9
ü Serimpi-Ranggawati
Ø Tari yang tak
mengandung cerita dan bukan keraton.
ü Tandak
ü Ibing
ü Gandrung
ü Tirik Lalan
ü Tayub
ü
§ Yang mengandung cerita
Ø Tari Elang,
tarian untuk memanggil merapu arwah nenek moyang yang dipersonifikasi dengan
burung-burung elang.
Ø Tari Moleka,
tarian trimaksih kepada arwah leluhur dalam upacara kelahiran.
Ø Tari Kako, tari pengiring
pengantin.
Ø Tari Bandara,
tarian trimakasih kepada merapu, arwah leluhur yang telah memberikan berkat.
Ø Tari Zere,
tarian memandikan barang-barang pusaka.
Ø Tari Rati
Nggaba, tarian untuk menentukan musim tanam.
·
Tari yang
terpadu dengan unsure seni lain,
§ Tari Didong,
tari yang dipadu dengan nyanyian.
Ø Didong Panggung
Ø Didong Mengerje
·
Tari yang
terpadu dengan permainan,
§ Tari pencak
Ø Minang, tari
Adok, tari Alang Suntiang Panghulu.
Ø Batak, tor-tor
dhar, tari huda-huda (Simalungun)
§ Tari perang
Ø Sumba, tari Harama
dan Kataga Putra
Ø Kalimantan, tari
Usal Djalong
2.
Musik
Music
tradisional Indonesia, sebagian besar boleh dimasukkan sebagai musik perkusi,
karena sebagian besar alatnya dimainkan dengan cara memukul alat-alat musik.
·
Musik
Kraton
Music ini berpusat pada gamelan,
yaitu seperangkat alat music yang dimainkan bersama. Kunst mengatakan bahwa
instrument gamelan dikenal sejak abad 8-9. Namun gamelan yang dikenal seperti
sekarang ini , muncul baru pada masa akhir zaman Hindu-Jawa (abad-15). Menurut
mitos Jawa, gamelan seperti itu juga halnya denan tari diciptakan oleh Batara
Guru.
Menurut Jaap Kunst dan Mantle
Hood menganggab saron-lah yang
merupakan Bulunganning gending.
Sebaliknya Sumarsam bahwa rebab kendang, gender dan bonang adalah Bulunganning gending.
1.
Gamelan
Jawa
§ Rebab: sebagai
pemuka lagu, yang berarti mempunyai otoritas melodi.
§ Kendang:
mengontrol tempo: tanda untuk memulai, berhenti atau berpisah.
Ø Kendang Ageng
Ø Kendang Ketipung
Ø Kendang Batangan
§ Gender:
pensugesti instrument lainnya.
Ø Gender Panembung
Ø Gender Barung
Ø Gender Penerus
§ Bonang: terdiri
dari dua gong kecil yang diletakkan horizontal.
Ø Slendro Bonang
mempunyai satu octave dan empat note.
Ø Pelog Bonang
mempunyai satu octave dan enam note.
§ Gong:
Ø Gong Ageng (gong
yang terbesar)
Ø Gong Suwukan (bentuknya lebih kecil yang digantung)
Ø Gong Kenong
(digunakan untuk memukul kempul)
ü Kenong Ketruk
ü Kenong Kempyang
ü Engkung Kenong
Dalam gamelan mengenal dua system
laras untuk menentukan tinggi rendahnya suara yaitu:
§ slendro
(lima nada)
Ø Slendro patet
nem
Ø Slendro patet
sanga
Ø Slendro patet
manyura
§ pelog (tujuh nada)
Ø Pelog patet lima
Ø Pelog patet nem
Ø Pelog patet
barong
2.
Gamelan Bali, terdiri dari:
§ Jegongan
§ Jublang
§ Calung
§ Ging Gending
3.
Gamelan
Sunda, terdiri dari:
§ Angklung
§ Taleot
§ Suling
§ Bangsing
§ Goong
§ Cipiit
§ Goong Citorek
§ Goong Leuwi
Buleud
·
Musik
Pesisir
a.
Musik
Pesisir Langgam Melayu
Music jenis ini dikembangkan di
daerah Melayu. Ada empat tipe musik ini yakni:
§ Gamat: dikitaran
pantai barat Sumatera. Lagunya dengan langgam Melayu dengan syair yang
menggunakan bahasa Minang.
§ Melayu-Deli:
dapat dianggap musik klasik Melayu. Bukan hanya di Deli dan istana Sultan di
Sumatera namun ia menemukan genre pasangannya di Tanah Semenanjung.
§ Melayu-Betawi:
berkembang dikalangan masyarakat Betawi yang tinggal di kota. Musik ini
digunakan untuk tari samrah dan sandiwara bangsawan atau “stambul”.
§ Dangdut:
mula-mula music ini adalah salinan yang tak begitu kreatif dari music India,,
mendapatkan warna baru dengan munculnya penyanyi/pencipta Rhoma Irama dan Elvis
Sukaesih.
b.
Musik
Tradisi Islam
Gambus dan Qasidah tentu saja lebih tua dari dangdut. Orkes gambus sangat
popular di alangan santri yang mempelajari agama Islam, umumnya nyanyian Arab. Qasidah adalah lagu-lagu pujaan terhadap
Nabi Muhammad SAW, dan memdapat popuparitas kreasi baru oleh Bimbo dan Linga
Binangkit.
c.
Musik
Bazaar
-
Musik
Keroncong
Genre ini berkembang di abad
ke-16, ketika para pedagang dan avounturir Portugis mulai memberikan
pengaruhnya kepada kelompok-kelompok mardijkers. Keroncong mendapat bentuknya
dalam suasana kebudayaan “mestizo”
atau “indisch”, yang memperlihatkan
bentuknya di kota-kota pantai, khususnya Batavia., di akhir abad 19.
-
Tanjidor
Musik Tanjidor dikenal di daerah
Jakarta dan sekitarnya. Tnjidor pada mulanya (di zaman VOC) disebut juga Slaven
Orkest, yaitu musik digunakan untuk menghibur sang majikan Belanda oleh para
budaknya.
·
Musik
Rakyat
1.
Gambang
Kromong, yaitu musik tradisional Betawi
yang hidup di pinggiran kota Jakarta. Biasanya music ini dipakai untuk
mengiringi pertunjukan Lenong.
2.
Musik
kulintang dari daerah Sulawesi Utara.
3.
Alat
tiup dari tanduk di daerah Tana Toraja.
4.
Suling
dari daerah Bugis dan Toraja.
5.
Keso-keso.
6.
Sinrilli.
3.
Seni
Teater
·
Wayang
Tradisi wayang tersebar luas di
Asia Tenggara, Cina dan Timur Tengah. Wayang menampilkan kisah-kisah perjuangan
raja dan satria, Pandawa dan Kurawa, Rama dan Rahwana, maka sesungguhnya persoalannya
adalah kemanusiaan perjuangan abadi antara yang baik dan yang buruk, antara
keadilan dan ketidakadilan.
-
Wayang
Kulit, dari irama music yang mengiringinya dibagi menjadi tiga bagian:
Ø Patet nem, dari
jam Sembilan malam sampai tengah malam (persoalan dari seluruh cerita
dipertunjukkan).
Ø Patet sanga,
berlangsung dari tengah malam sampai lebih kurang pukul tiga pagi (pemecahan
masalah).
Ø Poatet Manyura,
dari jam 3 pagi sampai pertunjukan selesai (persoalan diselesaikan dengan
kalahnya yang salah).
-
Wayang Golek
Wayang Golek diambil dari epos
Mahabarata dan Tamayana. Boneka wayang golek berdimensi tiga, dan juga
dimainkan dalang dalam pertunjukannya.
-
Wayang
Wong
Cerita wayang wong (wong=orang)
sama dengan cerit wayang kulit dan golek. Pertunjukan biasanya dilakukan di
atas panggung yang menggunakan dekor yang membantu member gambaran keadaan
cerita.
-
Wayang
Topeng
Sama seperti wayang wong yang
dimainkan manusia hanya saja pemainnya mengunakan topeng.
-
Teater
Rakyat (Ketoprak)
Menurut sejarahnya, ketoprak
lahir di daerah Klaten (Surakarta), tetapi dikembangkan di Yogyakarta.
Permainnan ini diilhami oleh permainan gejogan dan kotekan, yaitu permainan
oleh gadis-gadis desa di waktu bulan purnama dengan membunyikan lesung yang
mempunyai ritme dan diiringi dengan
nyanyian-nyanyian. Ada tuju adegan dalam Ketoprak, yakni:
a.
Adegan
Keraton
b.
Adegan
Kadipaten
c.
Adegan
taman
d.
Adegan
kesatriaan
e.
Adegan
pertapan atau padepokan
f.
Adegan
pedesaan
g.
Adegan
alun-alun
Beberapa bentuk ketoprak
Ø Ludruk
Ø Lenong dan
Topeng Betawi
Ø Teater Melayu
ARSITEKTUR TRADISIONAL
Selain bentuknya
yang menjadi ciri dari rumah tradisional Indonesia ialah bahan-bahan yang
digunakan, seperti balok kayu, bamboo, lembaran-lembaran daun, jenis rumput
atau alang-alang dan serat. Bentuk rumah, atap, dinding, dan bahan yang
digunakan secara keseluruhan sesuai
dengan iklim tropis yang panas, sedangkan aturan bentuk serta letak rumah
ditentukan oleh keyakinan supranatural yang dianut. Rumah di Madura misalnya
tidak dibenarkan menghadap kearah matahari terbenam maupun kearah matahari terbit. Atau pada orang Mandailing,
hiasan rumah merupakan gambaran tentang bagaimana masyarakat memikirkan kosmos.
Kerbau sendiri merupakan binatang yang dianggap penting dalam upacara: kendaraan nenek moyang untuk pergi ke “alam
atas”.
Secara garis
besar, di Indonesia terdapat lebih dari 30 arsitektur rumah tradisional, dengan
ratusan variasinya. Masyarakat batak, misalnya mempunyai rumah tradisional juga
rumah upacaranya-yang menggunakan hiasan kerbau di atapnya. Rumah ini berbentuk
paying. Di Minang tidak jarang ditemui rumah tradisional dengan atap berbentuk
lengkung yang kadang-kadang hingga tiga pasang untuk satu rumah.
1.
Rumah
Tradisional Madura
·
Rumah
Madura Barat
a.
Roma
Bangsal, atapnya berbentuk segi empat, bubungannya runcing, dihiasi dengan
janggar yang dari jauh mirip tanduk.
b.
Roma
Pegun, beratap segi empat, tapi tidak runcing dan berakhir dengan bubungan
melebar.
c.
Roma
Pacenan, beratp telatip rendah dan sedi dua.
·
Rumah
Madura Timur
Rumah
yang baik menghadap ke selatan (Mojur are), kalau menghadap ke Utara
rumah menjadi tidak baik, karena matahari tenggelam bisa menghisap kesehatan
dan kekuatan. Menghadap ke Timur itu juga tidak baik, karena akan timbul
bermacam-macam gangguan yang bisa membawa penyakit, yang disebabkan karena
panasnya matahari.
2.
Rumah
Tradisional Jawa
·
Rumah
Joglo
a.
Joglo
Jompongan
b.
Joglo
Kepuhan Lawakan
c.
Joglo
Geblokan
d.
Joglo
Kepuhan Limolasa
e.
Joglo
Sinom Apitan
f.
Joglo
Pengwawit
g.
Joglo
Kepuhan Apitan
h.
Joglo
Semar Tinandu
i.
Joglo
Lambang Sari
j.
Joglo
Wantah Apitan
k.
Joglo
Hageng
l.
Joglo
Mangkurat
·
Rumah
Limas
·
Rumah
Kampung
·
Rumah
Tajug
·
Rumah
Panggang Pe
3.
Rumah
Toraja
Perkembangan
rumah Toraja, dari Benua Pandoko Dena, ke Benua Lentong Apa, ke Benua Tamben
dan sampai ke Tongkonan. Rumah Tongkonan harus menghadap ke Utara, sedangkan
pintu hanya ada di bagian depan saja. Bagian Utara dianggap sebagai bagian yang
paling mulia. Tongkonan disebut Tingo Banua yaitu tempat orang mengadakan
upacara. Bagian Timur, Matah Banua, dianggap sebagai sumber dari kehidupan, yang
juga dipergunakan sebagai tempat melahirkan. Bagian Barat disebut Matampu,
yakni tempat menyelenggarakan upacara kematian. Bagian belakang rumah disebut
Pollo Banua sebagai tempat melepas sehala najis dan kesusahan.
PERAHU
Indonesia
sebagai kepulauan, maka tidak mengherankan kalau perahu menjadi bagian penting
dalam hidup masyarakat, baik sebagai alat komunikasi yang menghubungkan satu
pulau dengan pulau lainnya, ataupun sebagai alat untuk memperoleh sumber mata
pencaharian hidup. Nama jenis perahu dalam setiap daerah, Makasar (Patorani),
(Lambo), Bugis (Pinisi), Madura (Sandeq, Jukung, Janggolan, Jaring, Golekan,
Leti-leti).
PAHATAN
Pahatan bisa
dikerjakan pada batu, kayu, atau bahkan dinding bukit. Dahulu pahatan dibuat orang
tidak sekedar sebagai curahan rasa seni saja, tetapi juga erat berhubungan
dengan suatu simbol dan religi. Misalnya tempayan penguburan dari zaman
megalitik yang ditemukan di Sulawesi Tengah, penuh dengan pahatan kadal yang
merupakan symbol dari fertilitas.
Gambar pahatan
kadal dikenal banyak di daerah Indonesia. Daerah Batak Toba menyebut pahatan
binatang ini dengan Boraspati yang
dianggap merupakan kekuatan bumi. Di Nias, Kalimantan, Irian pahatan kadal
dianggap penting.
Pahatan burung enggang,
garuda, singa bersayap, bunga-bunga yang distilir merupakan banyak menjadi
motif ukir yang dipandang penting atau khas.
Arca banyak
ditemukan di candi-candi. Patung-patung kayu yang dipahat dengan bentuk nenek
moyang menjadi medium penyembahan roh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar