Sabtu, 17 November 2018

PSIKOLOGI: OTAK



OTAK
Perkembangan Otak
Dalam perkembangan kognitif anak, otak memegang peranan penting dan menjadi mediator utama dalam terlaksananya proses kerja pemikiran untuk sampai ke aksi atau perbuatan. Perkembangan kognitif yang menuntut proses pembentukan krangka berpikir anak mulai dari belajar, berpikir dan aplikasi pikiran dalam aksi, ini semua sangat dipegang oleh otak. Maka dalam perkembangan kognitif, otak dapat dikatakan sebagai jembatan utama dalam pengaplikasian semua hal yang dilihat, dengar dan dipelajari, yang dalam proses kerja otak memprogram dalam tahapan-tahapan perkembangan anak menunjukan tingkatan kemampuan aksi dalam kehidupan hariannya.
Jumlah dan ukuran otak terus bertambah setidaknya sampai usia remaja (maka dari itu, perubahan  perkembangan krangka berpikir anak  terjadi pada masa-masa ini). Perkembangan otak ini dipengaruhi oleh myelinasion, yakni;  proses  dimana banyak sel otak dan system saraf diselimuti oleh lapisan-lapisan sel lemak yang bersekat-sekat.  Hal ini sangat mempengaruhi  bertambahnya kecepatan input informasi yang disampaikan  (lewat melihat, mendengar, atau pengetahuan-pengetahuan lainnya)ke dalam system saraf langsung diproses oleh otak dan otak mengatur tubuh cepat pula mengatur tubuh untuk melakukan aksinya.
Myelination dalam daerah otak yang berhubungan dengan koordinasi mata-tangan belum lengkap sampai usia empat tahun.
Aspek yang penting dalam perkembangan otak di tingkat sel adalah peningkatan dramatis dalam koneksi antar neuron(sel-sel saraf). Synapse adalah gap(jarak) tipis antarneuron tempat terbentuknya koneksi antarneuron. Koneksi synaptic  yang dibentuk itu, dua kali lebih akan menguatuntuk perkembangan pemikiran dari pada yang dipakai ( yang hanya dalam koridor memanfaatkan)  itu akan digantikan oleh koneksi lain atau bahkan sampai lenyap.  Ini mengandaikan koneksi-koneksi yang tidak dipakai itu akan dipangkas/ tidak berfungsi. Pertumbuhan dramatis  dan pemangkasan synapse dalam area  korteks visual (penglihatan), auditory (pendengaran), prefrontal (penalaran-pengaturan diri) akan sangat mempengaruh terlaksananya perkembangan kognitif anak.
Perkembangan otak anak secara substansial mengalami perubahan anaomis sangat nampak pada usia 3 (tiga) sampai 15 (lima belas) tahun. Dan pada usia 4 (empat) tahun lebih nampak jelas perkembangannya.
Dari usia 0-1 tahun sangat nampak bahwa fusional koneksi visual (penglihatan) sangat berkembang dari pada fusional korteks auditory (pendengaran) dan korteks prefrontal  (penalaran, pengaturan-diri). Pada masa inilah anak belajar aktif  lewat apa yang ia dengar. Sedangkan pada usia 2-11 tahun fungsional korteks auditory dan prefrontal  lebih aktif dibandingkan dengan korteks visual. Maka pada masa ini anak akan banyak berkembang kognitifnya lewat auditory dan prefrontal. Dan pada masa 11 tahun ke atas kembali lagi posisi fungsional korteks visual meningkat dan korteks auditory dan prefrontal  mengiringi. Pada masa inilah anak-anak dalam masa pendidikan banyak belajar dari apa yang ia lihat, sedangkan apa yang ia dengar dan penalaran mengiringi sampai pada masanya.
TEORI  PIAGET
Melalui observasi yang dibuat oleh Pieget, ia meyakini bahwa perkembangan kognitif pada anak terjadi dalam 4 (empat tahap, yakni: Sensorimotor, Pra-Oprasional, Oprasional Kongkrit dan Oprasional Formal. Setiap tahap dari berhubungan dengan masa usia anak dan tersusun dalam jalan pemikiran yang berbeda pula. Namun sebelum masuk ke pembahasan tahap perkembangan kognitif, kita mau melihat proses  utama  yang mempengarui terjadinya kerangka tahap perkembangan kognitif pada anak ini.
Dalam menangkap dan mengadaptasi skema (konsep dan kerangka informasi) pemikiran, anak memakai proses Asimilasi dan Akomodasi.
Asimilasi adalah suatu proses /jalan pemikiran ketika si anak mengambil/melihat/mengetahui  suatu bentuk konsep pemikiran yang baru dan memasukkannya ke dalam kerangka pemikirannya yang sudah ada. (hal yang baru/diluar masuk kedalam yang mana sudah ada pemikiran terdahulu)
Sebagai contoh: ketika seorang  anak umur 3(tiga) tahun diberikan sendok dan garpu untuk menggunakannya saat makan, yang mana si anak sama sekali belumtahu apa itu sendok dan garpu serta belum pernah melihat apalagi menggunakanna. Maka ketika orang tua mengajarinya, ia melihat orang tua memakai sendok dan garpu tersebut. Yakni, sendok dipegang oleh tangan kanan dan garpu oleh tangan kiri, dan kemudian dengan genggaman yang cukup kuat sendok di ayunkan untuk mengambil dan mengangkat makanan senta memasukannya kedalam mulut. Setelah ia melihat dan mengetahui cara pemakaian sendok dan garpu yang ia lihat dari orang tuanya, maka saat itulah ia memasukan pengetahuan yang baru kedalam pengertahuan ang sudah ada.
Akomodasi adalah suatu proses mental  yang terjadi didalam diri anak/kerangka pemikirannya yang menyesuaikan diri dengan informasi yang baru dia ambil/lihat/ketahui.
Sebagai contoh: Nah, saat anak memakai sendok dan garpu, ia harus menyesuaikan genggaman tangan,kekuatan memegang dan cara memegang sendok dan garpu. Ditambah lagi, ia harus menyesuaikan keadaan sendok dan dirinya/posisi mulut yang terbuka untuk menerima makanan yang akan ia masukkan itu. Proses menyesuaikan diri itulah disebut akomodasi.
Demikianlah Asimilasi dan Akomodasi berfungsi dalam contoh kasus ini, demikian pula Asimilasi dan Akomodasi dibutuhkan dalam pemikitran anak.
Dalam kerangka berpikirnya, anak secara kognitif mulai mengorganisasikan (mengatur/menata/menyususn/mengelompokkan) prilaku secara terpisah-pisah dan teratur ke dalam system fungsi kognitifnya.  Anak-anak yang belum mengetahui cara memakai sendok dan garpu, juga belum mengetahui cara memakai alat-alat lainnya dan tentang banyak hal lainnya yang di luar pengetahuan pemikirannya, maka ia mencoba memulai mengait-ngaitkan pemikiran pengetahuannya dari apa yang ia lihat dan pelajari  sampai kepada mengorganisasikan semua pengetahuannya itu.
Proses  langkah pemikiran kognitif anak yang mencoba bergerak dari satu tahap pemikiran ke tahap pemikiran selanjutnya, inilah disebut Ekuilibrasi (equilibration).
Pergeseran tahap pemikiran anak dari satu pemikiran ke pemikiran lainnya dalam kerangka berpikir anak terjadi konflik kognitif (muncul pertanyaan, keraguan, rasa ingintahu, penerimaan, penolakan,  dll) dalam memahami apa yang dilihatnya di luar dirinya (dunia), inilah Disekuilibrium.
Tahap-Tahap Piagetian
1.       Tahap Sensorimotor
Tahap ini berlangsung sejak kelahiran  sampai  sekitar 2 (dua) tahun. Sensor  (indra) dan motor (otot).  Dengan indra penglihatan, pendengaran dan indra lainnya bayi  mencoba mengoordinasikan  pengalaman akan hal yang baru dipelajari dengan mencoba pelan-pelan memahami  dunia.
Kita membayangkan ketika kita dalam lingkungan yang sama sekali baru. Kita tidak tahu situasi apapun dan kita merasa asing akanl ingkungan ini. Demikianlah mental bayi yang masih baru dan aneh. Ia merasa aneh akan lingkungan dan dirinya. Penglihatan sangat mempengaruhinya. Apa yang dilihat, ini yang ia pelajari, walaupun dalam kontek mental yang merasa baru dan aneh. Sistim sensor (indra) menjadi langkah awal. Kemudian gerakan  motoric (otot dalam menggapai dan menyentuh) hal ini langkah belajar mengetahui.
2.       Tahap Pra-Operasional
Tahap ini berlangsung kurang lebih mulai dari usia  dua tahun sampai tujuh tahun.tahap yang lebih simbolik ketimbang tahap sensorimotor.
 Tahab ini  dibagi  lagi menjadi atas  dua subtahap yakni:
a.        Subtahap fungsi  simbolis, yakni:  terjadi antara usia 2 tahun sampai 4 tahun. Mereferentasikan objek yang tak hadir. Dalam hal ini anak-anak menunjukan perkembangan bahasa  dan rasa ingin bermain.
Pada tahapan usia ini anak akan membuat symbol seturut apa yang ia pikirkan. Symbol-simbol ini sulit dimengerti atau pahami, karena mereka membuatnya belum terbentuk secara rapi dan baik. Pemikiran yang baru bagi mereka masih bersifat pribadi, yakni apa yang mereka pikirkan itu yang mereka lakukan, tudak ada pengertian pemikiran umum. Dalam hal ini egosentrisme (pemikiran seturut perspektif sendiri) sangat nampak dari pada perspektif umum.
b.      Subtahap tahap pemikiran intuitif, yakni: terjadi antara usia 4 tahun sampai 7 tahun.  Anak-anak mulaidengan pemakaian penalaran primitif dan muncul rasa ingin tahu jawaban dari semua pertanyaan yang muncul di dalam pikirannya.
Pada masa ini anak sangat menggunakan pemikiran primitive. Maksudnya  pemikiran yang terbentuk dalam pikirannya sendiri karena apa yang ia lihat dan pikiran sesuai pemikirannya semata tanpa mengindahkan maksud sebenarnya (rasional). Ia merasa yakin dengan apa yang ia pikiran. Mereka menyatakan tahu, namun seturut pemikirannya sendiri bukan kebenaran umum (rational). Pada masa ini pula anak sangat aktif bertanya karena rasa ingin tahu banyak hal yang ia lihat dan alami.
Keterbatasan kemampuan mereka untuk penalaran belum tersusun rapi. Mereka hanya menyatakan apa yang dilihat tanpa mempertimbangkan atau penambahan penalaran pada apa yang dilihat.
3.       Tahap  Oprasional Kongkrit
Tahap ini berlangsung kurang  lebih sekitar tujuh  tahun sampai sekitar sebelas tahun.
Dalam  tahap ini anak mulai dengan pemikiran yang kongkrit  dan mulai menalar menggantikan penalaran intuitif dalam hal kongkrit. Juga anak-anak mampu untuk menggolong-golongkan permasalahan yang di hadapi, walaupun ia belum sampai pada tahap penyelesaian masalah abstrak tersebut.
Pada masa ini anak sudah mulai perpikir lebih kongkrit. Apa yang ia lihat mulai ia pertimbangkan dan ia mulai mampu melihat dan mengerti  bukan hanya dari apa yang ia lihat namun dari apa yang sebenarnya.
Pada masa ini penalaran intuitif berubah menjadi penalaran kongkrit. Balam hal ini anak mulai masuk pada pemikiran yang logis. Mereka sudah semakin spesifik dalam menilai dan berpikir dalam melihat suatu pokok permasalahan.
4.       Tahap operasional  Formal
Tahap ini berlangsung kurang lebih sekitar usia tujuh tahun sampai limabeas tahun.
Dalam tahap ini anak sudah mulai memikirkan pengalaman di luar pengalaman kongkritnya, dan memikirkannya secara lebih abstrak, idealis, dan logis.
Anak-anak pada masa ini mulai mengoptimalkan pemikirannya sampai kepada

TEORI  VYGOTSKY
Ada tiga klaimdalam pandangan Vygotsky:
1.       Keahlian kognitif anak  dapat dipahami apabila dianalisis dan  diinterpretasikan secara developmental.
2.       Kemampuan kognitif dimediasi dengan kata, bahasa, dan bentuk diskursus, yang berfungsi sebagai alat psikologis untuk membantu dan mentransformasikan aktivitas mental.
3.       Kemampuan kognitif
Vygotsky beranggapan bahwa fungsi kognitif berasal dari situasi social. Ia berpikir bahwa anak yang sedang dalam tumbuh kembang kemampuan berpikir dan bertindaknya akan sangat maksimal dibantu oleh orang-orang yang ada di sekitarnya. Maka Vygotsky mencoba menggambarkan suatu konsep hibungan antara anak dan sosialnya dengan istilah Zone of Proximal Deelopment.  Dalam teorinya Vygotsky membagi pemahaman(dalam  ZPD) batas kemampuan anak dalam penyelesaian masalah dalam dua bagian yakni: batas bawah, yakni; kemampuan anak dalam memecahkan /mengerti/menyelesaikan problem pemikiran dan masalah baik atas bantuan orang dewasa  maupun oleh anak itu sendiri. Yang kedua adalah batas atas, yakni; tingkat tanggungjawab atau tugas tambahan  yang dapat di terima anak dengan bantuan  dari luar instruktur yang mampu.
Teori  Vygotsky dipandang menarik karena  teorinya mengandung pandangan bahwa pengetahuan itu dipengaruhi situasi dan bersifat kolaborasi.
Vygotsky juga beranggapan bahwa peningkatan level dukungan social (Scaffolding) pada anak sangat banyak membantu perkembangan pemikiran anak. Anak mulai sistematis, logis dan rational dala berpikir, bertindak dan berdialok (mengungkapkan pemikirannya) secara baik dan runtut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar