OTAK
Perkembangan Otak
Dalam perkembangan kognitif anak, otak memegang peranan
penting dan menjadi mediator utama
dalam terlaksananya proses kerja pemikiran untuk sampai ke aksi atau perbuatan.
Perkembangan kognitif yang menuntut proses pembentukan krangka berpikir anak
mulai dari belajar, berpikir dan aplikasi pikiran dalam aksi, ini semua sangat
dipegang oleh otak. Maka dalam perkembangan kognitif, otak dapat dikatakan
sebagai jembatan utama dalam pengaplikasian semua hal yang dilihat, dengar dan
dipelajari, yang dalam proses kerja otak memprogram dalam tahapan-tahapan
perkembangan anak menunjukan tingkatan kemampuan aksi dalam kehidupan
hariannya.
Jumlah dan ukuran otak terus bertambah setidaknya sampai
usia remaja (maka dari itu, perubahan
perkembangan krangka berpikir anak
terjadi pada masa-masa ini). Perkembangan otak ini dipengaruhi oleh myelinasion,
yakni; proses dimana banyak sel otak dan system saraf
diselimuti oleh lapisan-lapisan sel lemak yang bersekat-sekat. Hal ini sangat mempengaruhi bertambahnya kecepatan input informasi yang
disampaikan (lewat melihat, mendengar,
atau pengetahuan-pengetahuan lainnya)ke dalam system saraf langsung diproses
oleh otak dan otak mengatur tubuh cepat pula mengatur tubuh untuk melakukan
aksinya.
Myelination dalam daerah otak yang berhubungan dengan
koordinasi mata-tangan belum lengkap sampai usia empat tahun.
Aspek yang penting dalam perkembangan otak di tingkat sel
adalah peningkatan dramatis dalam koneksi antar neuron(sel-sel saraf). Synapse adalah gap(jarak) tipis
antarneuron tempat terbentuknya koneksi antarneuron. Koneksi synaptic yang dibentuk itu, dua kali lebih akan
menguatuntuk perkembangan pemikiran dari pada yang dipakai ( yang hanya dalam
koridor memanfaatkan) itu akan
digantikan oleh koneksi lain atau bahkan sampai lenyap. Ini mengandaikan koneksi-koneksi yang tidak
dipakai itu akan dipangkas/ tidak
berfungsi. Pertumbuhan dramatis dan
pemangkasan synapse dalam area korteks
visual (penglihatan), auditory (pendengaran), prefrontal (penalaran-pengaturan
diri) akan sangat mempengaruh terlaksananya perkembangan kognitif anak.
Perkembangan otak anak secara substansial mengalami
perubahan anaomis sangat nampak pada usia 3 (tiga) sampai 15 (lima belas)
tahun. Dan pada usia 4 (empat) tahun lebih nampak jelas perkembangannya.
Dari usia 0-1 tahun sangat nampak bahwa fusional koneksi
visual (penglihatan) sangat berkembang dari pada fusional korteks auditory
(pendengaran) dan korteks prefrontal
(penalaran, pengaturan-diri). Pada masa inilah anak belajar aktif lewat apa yang ia dengar. Sedangkan pada usia
2-11 tahun fungsional korteks auditory dan prefrontal lebih aktif dibandingkan dengan korteks
visual. Maka pada masa ini anak akan banyak berkembang kognitifnya lewat
auditory dan prefrontal. Dan pada masa 11 tahun ke atas kembali lagi posisi
fungsional korteks visual meningkat dan korteks auditory dan prefrontal mengiringi. Pada masa inilah anak-anak dalam
masa pendidikan banyak belajar dari apa yang ia lihat, sedangkan apa yang ia
dengar dan penalaran mengiringi sampai pada masanya.
TEORI PIAGET
Melalui observasi yang dibuat oleh Pieget, ia meyakini bahwa
perkembangan kognitif pada anak terjadi dalam 4 (empat tahap, yakni: Sensorimotor, Pra-Oprasional, Oprasional
Kongkrit dan Oprasional Formal. Setiap tahap dari berhubungan dengan masa
usia anak dan tersusun dalam jalan pemikiran yang berbeda pula. Namun sebelum
masuk ke pembahasan tahap perkembangan kognitif, kita mau melihat proses utama yang
mempengarui terjadinya kerangka tahap perkembangan kognitif pada anak ini.
Dalam menangkap dan mengadaptasi skema (konsep dan kerangka
informasi) pemikiran, anak memakai proses Asimilasi
dan Akomodasi.
Asimilasi adalah
suatu proses /jalan pemikiran ketika si anak mengambil/melihat/mengetahui suatu bentuk konsep pemikiran yang baru dan
memasukkannya ke dalam kerangka pemikirannya yang sudah ada. (hal yang
baru/diluar masuk kedalam yang mana sudah ada pemikiran terdahulu)
Sebagai contoh: ketika seorang anak umur 3(tiga) tahun diberikan sendok dan
garpu untuk menggunakannya saat makan, yang mana si anak sama sekali belumtahu
apa itu sendok dan garpu serta belum pernah melihat apalagi menggunakanna. Maka
ketika orang tua mengajarinya, ia melihat orang tua memakai sendok dan garpu
tersebut. Yakni, sendok dipegang oleh tangan kanan dan garpu oleh tangan kiri,
dan kemudian dengan genggaman yang cukup kuat sendok di ayunkan untuk mengambil
dan mengangkat makanan senta memasukannya kedalam mulut. Setelah ia melihat dan
mengetahui cara pemakaian sendok dan garpu yang ia lihat dari orang tuanya,
maka saat itulah ia memasukan pengetahuan yang baru kedalam pengertahuan ang
sudah ada.
Akomodasi adalah
suatu proses mental yang terjadi didalam
diri anak/kerangka pemikirannya yang menyesuaikan diri dengan informasi yang
baru dia ambil/lihat/ketahui.
Sebagai contoh: Nah, saat anak memakai sendok dan garpu, ia
harus menyesuaikan genggaman tangan,kekuatan memegang dan cara
memegang sendok dan garpu. Ditambah lagi, ia harus menyesuaikan keadaan
sendok dan dirinya/posisi mulut yang terbuka untuk menerima makanan yang akan
ia masukkan itu. Proses menyesuaikan diri itulah disebut akomodasi.
Demikianlah Asimilasi dan Akomodasi berfungsi dalam contoh
kasus ini, demikian pula Asimilasi dan Akomodasi dibutuhkan dalam pemikitran
anak.
Dalam kerangka berpikirnya, anak secara kognitif mulai mengorganisasikan
(mengatur/menata/menyususn/mengelompokkan) prilaku secara terpisah-pisah dan
teratur ke dalam system fungsi kognitifnya. Anak-anak yang belum mengetahui cara memakai
sendok dan garpu, juga belum mengetahui cara memakai alat-alat lainnya dan
tentang banyak hal lainnya yang di luar pengetahuan pemikirannya, maka ia
mencoba memulai mengait-ngaitkan pemikiran pengetahuannya dari apa yang ia
lihat dan pelajari sampai kepada
mengorganisasikan semua pengetahuannya itu.
Proses langkah
pemikiran kognitif anak yang mencoba bergerak
dari satu tahap pemikiran ke tahap pemikiran selanjutnya, inilah disebut Ekuilibrasi (equilibration).
Pergeseran tahap pemikiran anak dari satu pemikiran ke
pemikiran lainnya dalam kerangka berpikir anak terjadi konflik kognitif (muncul pertanyaan, keraguan, rasa ingintahu,
penerimaan, penolakan, dll) dalam
memahami apa yang dilihatnya di luar dirinya (dunia), inilah Disekuilibrium.
Tahap-Tahap Piagetian
1.
Tahap Sensorimotor
Tahap ini berlangsung sejak kelahiran sampai
sekitar 2 (dua) tahun. Sensor
(indra) dan motor (otot). Dengan
indra penglihatan, pendengaran dan indra lainnya bayi mencoba mengoordinasikan pengalaman akan hal yang baru dipelajari
dengan mencoba pelan-pelan memahami
dunia.
Kita membayangkan ketika kita dalam
lingkungan yang sama sekali baru. Kita tidak tahu situasi apapun dan kita
merasa asing akanl ingkungan ini. Demikianlah mental bayi yang masih baru dan
aneh. Ia merasa aneh akan lingkungan dan dirinya. Penglihatan sangat
mempengaruhinya. Apa yang dilihat, ini yang ia pelajari, walaupun dalam kontek
mental yang merasa baru dan aneh. Sistim sensor (indra) menjadi langkah awal.
Kemudian gerakan motoric (otot dalam
menggapai dan menyentuh) hal ini langkah belajar mengetahui.
2.
Tahap Pra-Operasional
Tahap ini berlangsung kurang lebih mulai
dari usia dua tahun sampai tujuh tahun.tahap
yang lebih simbolik ketimbang tahap sensorimotor.
Tahab ini
dibagi lagi menjadi atas dua subtahap yakni:
a.
Subtahap
fungsi simbolis, yakni: terjadi antara usia 2 tahun sampai 4 tahun.
Mereferentasikan objek yang tak hadir. Dalam hal ini anak-anak menunjukan
perkembangan bahasa dan rasa ingin
bermain.
Pada tahapan usia ini anak akan membuat symbol seturut apa yang ia
pikirkan. Symbol-simbol ini sulit dimengerti atau pahami, karena mereka
membuatnya belum terbentuk secara rapi dan baik. Pemikiran yang baru bagi
mereka masih bersifat pribadi, yakni apa yang mereka pikirkan itu yang mereka
lakukan, tudak ada pengertian pemikiran umum. Dalam hal ini egosentrisme
(pemikiran seturut perspektif sendiri) sangat nampak dari pada perspektif umum.
b.
Subtahap tahap pemikiran intuitif, yakni:
terjadi antara usia 4 tahun sampai 7 tahun.
Anak-anak mulaidengan pemakaian penalaran primitif dan muncul rasa ingin
tahu jawaban dari semua pertanyaan yang muncul di dalam pikirannya.
Pada masa ini anak sangat menggunakan pemikiran primitive. Maksudnya pemikiran yang terbentuk dalam pikirannya
sendiri karena apa yang ia lihat dan pikiran sesuai pemikirannya semata tanpa
mengindahkan maksud sebenarnya (rasional). Ia merasa yakin dengan apa yang ia
pikiran. Mereka menyatakan tahu, namun seturut pemikirannya sendiri bukan
kebenaran umum (rational). Pada masa ini pula anak sangat aktif bertanya karena
rasa ingin tahu banyak hal yang ia lihat dan alami.
Keterbatasan kemampuan mereka untuk penalaran belum tersusun rapi. Mereka
hanya menyatakan apa yang dilihat tanpa mempertimbangkan atau penambahan
penalaran pada apa yang dilihat.
3.
Tahap Oprasional
Kongkrit
Tahap ini berlangsung kurang lebih sekitar tujuh tahun sampai sekitar sebelas tahun.
Dalam
tahap ini anak mulai dengan pemikiran yang kongkrit dan mulai menalar menggantikan penalaran
intuitif dalam hal kongkrit. Juga anak-anak mampu untuk menggolong-golongkan
permasalahan yang di hadapi, walaupun ia belum sampai pada tahap penyelesaian
masalah abstrak tersebut.
Pada masa ini anak sudah mulai perpikir
lebih kongkrit. Apa yang ia lihat mulai ia pertimbangkan dan ia mulai mampu
melihat dan mengerti bukan hanya dari
apa yang ia lihat namun dari apa yang sebenarnya.
Pada masa ini penalaran intuitif berubah
menjadi penalaran kongkrit. Balam hal ini anak mulai masuk pada pemikiran yang
logis. Mereka sudah semakin spesifik dalam menilai dan berpikir dalam melihat
suatu pokok permasalahan.
4.
Tahap operasional Formal
Tahap ini berlangsung kurang lebih sekitar
usia tujuh tahun sampai limabeas tahun.
Dalam tahap ini anak sudah mulai memikirkan
pengalaman di luar pengalaman kongkritnya, dan memikirkannya secara lebih
abstrak, idealis, dan logis.
Anak-anak pada masa ini mulai
mengoptimalkan pemikirannya sampai kepada
TEORI VYGOTSKY
Ada tiga klaimdalam pandangan Vygotsky:
1.
Keahlian kognitif anak dapat dipahami apabila dianalisis dan diinterpretasikan secara developmental.
2.
Kemampuan kognitif dimediasi dengan kata,
bahasa, dan bentuk diskursus, yang berfungsi sebagai alat psikologis untuk
membantu dan mentransformasikan aktivitas mental.
3.
Kemampuan kognitif
Vygotsky beranggapan bahwa fungsi kognitif berasal dari
situasi social. Ia berpikir bahwa anak yang sedang dalam tumbuh kembang
kemampuan berpikir dan bertindaknya akan sangat maksimal dibantu oleh
orang-orang yang ada di sekitarnya. Maka Vygotsky mencoba menggambarkan suatu
konsep hibungan antara anak dan sosialnya dengan istilah Zone of Proximal Deelopment.
Dalam teorinya Vygotsky membagi pemahaman(dalam ZPD) batas kemampuan anak dalam penyelesaian
masalah dalam dua bagian yakni: batas bawah, yakni; kemampuan anak dalam
memecahkan /mengerti/menyelesaikan problem pemikiran dan masalah baik atas
bantuan orang dewasa maupun oleh anak
itu sendiri. Yang kedua adalah batas atas, yakni; tingkat tanggungjawab atau
tugas tambahan yang dapat di terima anak
dengan bantuan dari luar instruktur yang
mampu.
Teori Vygotsky
dipandang menarik karena teorinya
mengandung pandangan bahwa pengetahuan itu dipengaruhi situasi dan bersifat
kolaborasi.
Vygotsky juga beranggapan bahwa peningkatan level dukungan
social (Scaffolding) pada anak sangat banyak membantu perkembangan pemikiran
anak. Anak mulai sistematis, logis dan rational dala berpikir, bertindak dan
berdialok (mengungkapkan pemikirannya) secara baik dan runtut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar