SURAT UNTUK-MU
Pagi ini terasa sangat dingin dan
matahari pun masih dituutupi kabut yang sangat tebal. Burung-burung enggan
keluar dari sarang dan jangkrik masih terlelap dari tidur. Dari balik jendela
aku menatap keluar. Tampak dari kejauhan gunung sisae-sae yang tertutup kabut. Sebenarnya
hari ini terasa segar dan sejuk,belum terlalu ribut dan bising karena kesibukan
orang-orang. Akan tetapi hatiku terasa sesak dan terbayang terus akan masa
laluku. Setiap peristiwa terkenang dalam ingatanku. Satu persatu menunjukan
peristiwa yang sangat segar teringat.
“Aku hanya mau menulis surat pada
kalian. Pada kalian yang aku cintai”
Parapat,29
januari 2007
Pace
e bene
Salam hangat dan damai Kristus
melimpah atas roh-Mu pak. Maaf mungkin kau tidak dapat memegang surat ini
karena kita sudah di alam yang
berbeda. Tapi aku yakin kau akan membacanya, sebenarnya aku sangat rindu kepadamu
pak. Telah tiga tahun kau meninggal dan pergi tanpa kesan untukku selain kesan
kehausanku mencari kasih sayang dari sosok seorang laki-laki/bapak. Banyak hal
yang mengingatkan aku. Aku tidak tahu belakangan ini merasa lain dalam diriku. Peristiwa-peristiwa
masa kecilku terulang kembali dan datang silih berganti di dalam benakku. Aku
ceritakan satu persatu
Suatu kali, hujan turun sangat
deras dan air sudah meluap sampai mendekati lututku. Tetapi karena keinginan
bermain, aku dan Deo pergi ke arah sekolah. Kami sangat senang bermain,
berenang sambil bermain hujan. Ya………..benar-benar sangat gembira. Tetapi
tiba-tiba kau datang dan membawa kami pulang sambil marah-marah. Sesampai di
rumah kau menyuruh kami tidur di lantai dank au melibasi kami dengan sebuah
rotan kecil. Aku begitu sedih, aku menangis dan sangat benci akan dirimu pak.
Kau tak mengerti perasaanku. Kau hanya marah tanpa menanyai kami sedikitpun
Suatu malam, tiba-tiba aku
terbangun. Aku sudah lupa sedikit entah kenapa kau marah. Tetapi, malam itu kau
melibasi aku sampai aku kencing di celana. Kau begitu marah sampai membuat aku
takut. Aku menangis, sangat sedih dan tak tahu mau buat apa. Aku hanya
menyimpan semua itu dalam hatiku.
Aku pernah minta ikut kepadamu
karena kau mau pergi membeli sesuatu ke panglong (took bahan bangunan). Kau tak
member ijin. Tapi aku diam-diam mengikutimu dari belakang. Aku terus mengikuti
sambil sembunyi-sembunyi agar kau tak melihatku. Tapi ternyata ketahuan juga.
Kau marah sekali sambil membawaku pulang. Di rumahpun kau marah-marah sampai
kau tak mengijinkan aku memakan kolak yang dibuat mama sore itu. Kau kejam pak.
Kau hanya marah. Kau tak lihat aku pingin dekat denganmu. Tapi ka uterus
menjauh.
Kau juga begitu ngeri dank eras
menhukum si deo. Kau pernah merantai dia di dekat tangga dan menaruh lelehan
lilin di atas punggungnya. Aku tak tahan melihat itu semua.
Suatu kali kau membawaku latihan
bersepeda. Aku sangat senang tetapi takut juga. Waktu aku berlatih memang kau
memegang sepedaku tetapi tiba-tiba kau menyorong sepedaku kencang dan
melepaskannya dan aku sangat takut. Aku terjatuh karena mencoba menhentikannya
agar tidak masuk ke parit. Kau berkata “O…o…adikmu saja bisa” padahal aku sudah
ketakutan dan sangat sedih. Kau benar-benar tak mengerti akan diriku.
Banyak hal yang terjadi di antara
kita berdua pak. Banyak hal yang selalu kukenang. “Aku rindu bapak. Aku rindu
duduk berdua denganmu. Aku rindu tidur dekatmu dank au memelukku. Aku rindu
untuk bercerita denganmu sambil minum the dan makan kue bersamamu. Aku rindu
bertukang dan membuat sesuatu denganmu”. “Pak, jika kau tahu, sebelum kau pergi
jauh dan untuk selamanya, aku ingin menyampaikan pilihan panggilan hidupku
kepadamu. Aku mau minta bantuanmu, kekuatan dan dukungan darimu untuk pilihan
hidupku.” “Pak, aku mau memilih masuk menjadi pertapa di OCSO Rawaseneng” itu
yang ingin kukatakan kepadamu. Aku merancang semuanya. Aku merancang agar kita
pergi ke sesuatu tempat dengan naik mobil dan hanya kita berdua saja. “Aku dan
kamu, hanya kita.” Tapi kesempatan itu hilang karena seminggu setelah
rancanganku ini, kau bergegas dan tiba-tiba pergi dan menghilang begitu saja
tanpa pesan. Untuk selamanyakah? Kadang jika dalam kesendirian aku teringat
semua ini. Ada rasa benci di dalam hati ini. Kenapa kau cepat-cepat pergi, kau
belum sempat mengatakan semuanya. Mungkin kau melihat dan jengkel padaku karena
aku tak menangis sedikitpun di depan jenajahmu. Aku tak tahu apakah aku mimpi?
Di depanku kau tidur dengan pulasnya. Kubisikkan sesuatu kau tak member
tanda-tanda jawaban. “Pak, aku rindu cintamu, aku rindu padamu, aku anak
laki-lakimu yang pertama, penggantimu.”
Setelah kau pergi aku banyak
diam. Sebenarnya aku menekan dan mengurung rasa sedih ini. Aku mencari dan
mencari sosok seorang laki-laki yang bisa memberikan kasih sayang yang kucari
dari padamu pak.kau tinggalkan aku sendiri di sini. Mama, kakak dan adikku juga
jauh dariku. Aku selalu menangis ketika aku ditolak, ketika semua perbuatanku
tak ditrima, ketika dunia terasa jauh dan benci padaku.
Pak, malam ini aku mau tidur dalam kesesakan yang tak terhapuskan. Doakan aku
bisa tidur dengan pulas dan berjumpa denganmu dalam mimpiku untuk sampaikan
“Maafkan aku karena benciku padamu pak. Aku cinta kamu. Aku rindu kamu.”
Selamat malam. Biar cahaya dan
kehangatan lilin ini menemaniku untuk menemukan jawabanku dalam panggilan yang
tak kumengerti ini. Salam hangat untuk adek Erika cicilia dan Finsensia Maria
Margaretha dan semua kerabat di sana.
“Doakan aku agar aku mampu
berdamai dengan diriku”
Salam hangatku. 2006
Tidak ada komentar:
Posting Komentar