Sabtu, 17 November 2018

AKU & LANGKAHKU: SURAT UNTUKMU



SURAT UNTUK-MU
Pagi ini terasa sangat dingin dan matahari pun masih dituutupi kabut yang sangat tebal. Burung-burung enggan keluar dari sarang dan jangkrik masih terlelap dari tidur. Dari balik jendela aku menatap keluar. Tampak dari kejauhan gunung sisae-sae yang tertutup kabut. Sebenarnya hari ini terasa segar dan sejuk,belum terlalu ribut dan bising karena kesibukan orang-orang. Akan tetapi hatiku terasa sesak dan terbayang terus akan masa laluku. Setiap peristiwa terkenang dalam ingatanku. Satu persatu menunjukan peristiwa yang sangat segar teringat.
“Aku hanya mau menulis surat pada kalian. Pada kalian yang aku cintai”
                                                                                                                                Parapat,29 januari 2007

                Pace e bene
Salam hangat dan damai Kristus melimpah atas roh-Mu pak. Maaf mungkin kau tidak dapat memegang surat ini karena kita sudah di alam yang berbeda. Tapi aku yakin kau akan membacanya, sebenarnya aku sangat rindu kepadamu pak. Telah tiga tahun kau meninggal dan pergi tanpa kesan untukku selain kesan kehausanku mencari kasih sayang dari sosok seorang laki-laki/bapak. Banyak hal yang mengingatkan aku. Aku tidak tahu belakangan ini merasa lain dalam diriku. Peristiwa-peristiwa masa kecilku terulang kembali dan datang silih berganti di dalam benakku. Aku ceritakan satu persatu
Suatu kali, hujan turun sangat deras dan air sudah meluap sampai mendekati lututku. Tetapi karena keinginan bermain, aku dan Deo pergi ke arah sekolah. Kami sangat senang bermain, berenang sambil bermain hujan. Ya………..benar-benar sangat gembira. Tetapi tiba-tiba kau datang dan membawa kami pulang sambil marah-marah. Sesampai di rumah kau menyuruh kami tidur di lantai dank au melibasi kami dengan sebuah rotan kecil. Aku begitu sedih, aku menangis dan sangat benci akan dirimu pak. Kau tak mengerti perasaanku. Kau hanya marah tanpa menanyai kami sedikitpun

Suatu malam, tiba-tiba aku terbangun. Aku sudah lupa sedikit entah kenapa kau marah. Tetapi, malam itu kau melibasi aku sampai aku kencing di celana. Kau begitu marah sampai membuat aku takut. Aku menangis, sangat sedih dan tak tahu mau buat apa. Aku hanya menyimpan semua itu dalam hatiku.

Aku pernah minta ikut kepadamu karena kau mau pergi membeli sesuatu ke panglong (took bahan bangunan). Kau tak member ijin. Tapi aku diam-diam mengikutimu dari belakang. Aku terus mengikuti sambil sembunyi-sembunyi agar kau tak melihatku. Tapi ternyata ketahuan juga. Kau marah sekali sambil membawaku pulang. Di rumahpun kau marah-marah sampai kau tak mengijinkan aku memakan kolak yang dibuat mama sore itu. Kau kejam pak. Kau hanya marah. Kau tak lihat aku pingin dekat denganmu. Tapi ka uterus menjauh.
Kau juga begitu ngeri dank eras menhukum si deo. Kau pernah merantai dia di dekat tangga dan menaruh lelehan lilin di atas punggungnya. Aku tak tahan melihat itu semua.

Suatu kali kau membawaku latihan bersepeda. Aku sangat senang tetapi takut juga. Waktu aku berlatih memang kau memegang sepedaku tetapi tiba-tiba kau menyorong sepedaku kencang dan melepaskannya dan aku sangat takut. Aku terjatuh karena mencoba menhentikannya agar tidak masuk ke parit. Kau berkata “O…o…adikmu saja bisa” padahal aku sudah ketakutan dan sangat sedih. Kau benar-benar tak mengerti akan diriku.

Banyak hal yang terjadi di antara kita berdua pak. Banyak hal yang selalu kukenang. “Aku rindu bapak. Aku rindu duduk berdua denganmu. Aku rindu tidur dekatmu dank au memelukku. Aku rindu untuk bercerita denganmu sambil minum the dan makan kue bersamamu. Aku rindu bertukang dan membuat sesuatu denganmu”. “Pak, jika kau tahu, sebelum kau pergi jauh dan untuk selamanya, aku ingin menyampaikan pilihan panggilan hidupku kepadamu. Aku mau minta bantuanmu, kekuatan dan dukungan darimu untuk pilihan hidupku.” “Pak, aku mau memilih masuk menjadi pertapa di OCSO Rawaseneng” itu yang ingin kukatakan kepadamu. Aku merancang semuanya. Aku merancang agar kita pergi ke sesuatu tempat dengan naik mobil dan hanya kita berdua saja. “Aku dan kamu, hanya kita.” Tapi kesempatan itu hilang karena seminggu setelah rancanganku ini, kau bergegas dan tiba-tiba pergi dan menghilang begitu saja tanpa pesan. Untuk selamanyakah? Kadang jika dalam kesendirian aku teringat semua ini. Ada rasa benci di dalam hati ini. Kenapa kau cepat-cepat pergi, kau belum sempat mengatakan semuanya. Mungkin kau melihat dan jengkel padaku karena aku tak menangis sedikitpun di depan jenajahmu. Aku tak tahu apakah aku mimpi? Di depanku kau tidur dengan pulasnya. Kubisikkan sesuatu kau tak member tanda-tanda jawaban. “Pak, aku rindu cintamu, aku rindu padamu, aku anak laki-lakimu yang pertama, penggantimu.”

Setelah kau pergi aku banyak diam. Sebenarnya aku menekan dan mengurung rasa sedih ini. Aku mencari dan mencari sosok seorang laki-laki yang bisa memberikan kasih sayang yang kucari dari padamu pak.kau tinggalkan aku sendiri di sini. Mama, kakak dan adikku juga jauh dariku. Aku selalu menangis ketika aku ditolak, ketika semua perbuatanku tak ditrima, ketika dunia terasa jauh dan benci padaku.

Pak, malam ini aku mau tidur dalam kesesakan yang tak terhapuskan. Doakan aku bisa tidur dengan pulas dan berjumpa denganmu dalam mimpiku untuk sampaikan “Maafkan aku karena benciku padamu pak. Aku cinta kamu. Aku rindu kamu.”

Selamat malam. Biar cahaya dan kehangatan lilin ini menemaniku untuk menemukan jawabanku dalam panggilan yang tak kumengerti ini. Salam hangat untuk adek Erika cicilia dan Finsensia Maria Margaretha dan semua kerabat di sana.

“Doakan aku agar aku mampu berdamai dengan diriku”
Salam hangatku. 2006

Tidak ada komentar:

Posting Komentar