Sabtu, 17 November 2018

RENUNGAN: AKU MENCOBA BERDAMAI



AKU MENCOBA BERDAMAI
Ternyata putaran roda zaman begitu teratur dan semua sisi mendapatkan waktunya sebagai tumpuan beban dan di lain waktu berada di puncakserta di waktu yang lain entah di mana seturut perputaran zaman. Banyak medan yang dilalui dengan banyak hal yang selaluberganti yang membuat roda itu melewati dan mengerti akan suatu perputaran keadaan atau peristiwa.
Tidak semua jalan itu lurus ataupun berbelok-belok, tidak semua jalan berkerikil ataupun mulus, tidak semua jalan berbecek ataupun kering. Yang pasti adalah pergantian waktu yang merubah situasi yang mengikutinya. Dan satu hal lagi yang pasti bahwa roda ini akan tua, lapuk dan hilang seturut perputaran zaman.
Berputar…….berputar…….berputara…….berputar
Sudah dua dasawarsaaku diberi kesempatan olehNya. Kini akupun masih berada di dalamnya. Masih berputar dan waktupun masih berputar. Aku sekarang ini adalah hidup di dunia yang keberadaannya sedang hidup dan berjalan seiring waktu.
Dalam sekali waktu, aku mencoba masuk ke dalam diri dan mencari kebenaran diri dalam suatu keheningan. Ternyata semuanya tak dapat kusangkal dan kuterima. Peristiwa-peristiwa masa kecilku hadir dan terproyeksikan seperti sebuah film. Aku coba berdiam diri dan mengamati dengan penuh keseriusan
Berputar…….berputar…….berputar
Pelan-pelan aku semakin kecil, lemas dan hampir tak berjiwa lagi. Aku ingin menutup mata ini, aku ingin pergi jauh dan tak melihatnya kembali. Air mataku pelan-pelan jatuh dan membasahi pipiku. Aku tak tahu mau berbuat apa.
Aku ingin menolak tapi semua itu adalah kenyataan yang telah tersimpan dan sekarang mencuat kembali. Aku ingin kembali ke masa itu dan memperbaikinya tetapi semua itu takkan mungkin terjadi. Sebentar aku beristirahat sembari menyandarkan tubuh ini pada zaman dan waktu. Ku pejamkan mata sebentar. Ya…….zaman juga sudah berubah dan berganti.
Aku coba ingat-ingat kembali setiap peristiwa, setiap orang, setiap waktu dan setiap keberadaanku di dalamnya. Aku kembali menangis dan sekarang lebih hebat lagi dengan teriakan yang sangat histeris “kenapa ini trjadi padaku?” Semua tidak menjadi berubah, smua tidak menjadi baik tetapi semua tetap pada waktu dan zamannya. Tak ada artinya aku bertanya “kenapa?” pada zaman. Tak ada artinya aku berteriak dan berontak kepada masa laluku.
Semua telah terjadi dengan sedemikian rupa dan sekarang pun sedang berjalan dan dibentuk sedemikian rupa
Saat ini aku mencoba merangkak kembali, kucoba berdiri dan berjalan, kucoba untuk melatih diri untuk menjadi Christian kembali. Aku jatuh lagi dan kadang lebih dan semakin jatuh karena baying-bayang yang menghantui diriku. Sekarang aku tinggal sendiri dan benar-benar sendiri. Terasa sepi dan tak berarti. Aku mencoba bangkit kembali dengan berpegang dan selalu pasrah padaNya.
“Tuhan, Engkau lebih tahu apa yang terbaik bagi diriku. Tuhan, aku tak minta apa-apa, aku hanya berpaasrah pada Penyelenggaraan IlahiMu. Kau yang empunya hidup\
Kau yang empunya waktu dan masa ini
Kau yang kuasa
Kau mulia
Kau tak dapat kuselami
Kau sungguh sangat agung
Kau yang adalah tiga dalam keesaan
Kau sungguh…….sungguh sangat mulia
Kau yang empunya diriku
Kau yang mengatur langkahku
Siapakah  aku sehingga sku Kau beri karuniaMu?
Siapakah aku sehingga Kau beri aku hidup?
Tanganku terbuka, aku tak punya apa-apa
Sebagai balas atas semuanya. Aku hanya punya
Masa yang kulewati dengan segala peristiwa yang
Terjadi, tapi itupun milikMu. Aku kembalikan
Semuanya padaMu. Amin.
Setiap saat hatiku terus mencari dan mencari, mencoba dan terus mencoba untuk menerima semua ini dan menjadikannya bunga hidup bagiku. Aku kembali bangkit dan mencoba melangkah dan berbicara.
Berputar…….berputa
Terkadang aku bingung untuk memulai dari mana. Aku hidup pada zaman yang sama dengan orang-orang yang berpengaruh pada masa lampuku.
Saat ini aku tak mau lagi mencari dan membuat seorang bapak atau adik atau abang atau sosok untuk memperoleh kasih yang tak kutemukan. Aku mau melangkah dan menata hidupku yang tinggal tersisa beberapa waktu lagi saja.
Berputar…….
Biarkan aku berjalan dan melangkah. Tapi aku sebenarnya tak dapat berbohong pada diriku. Aku rindu kasih sayang yang tak pernah kualami.
Aku sudah lelah menangis dan menyiksa diri ini. Hatikupun terus tersayat. Sekarang aku mau melangkahkan langkah pertamaku.
“Tuhan, datanglah dan hadirlah bersamaku di sini.
sirami jiwaku yang layu dengan kasihMu yang
abadi. Terangi jalanku dengan cahaya IlahiMu yang
takkan pernah padam dan menyesatkan. Hadirlah
di depanku, di belakang di sampingku dan di mana
aku sedih dan gembira. Amin.”

Rahib Christian Amore , 7 Februari 2007

Tidak ada komentar:

Posting Komentar