Parapat, 30 Januari2007
Pace e bene,
Salam hangat damai dan kasih-Nya melimpah atas dirimu ma. Semoga kau baik-baik saja. Aku
berharap kau bahagia dan kuat dalam menjalani hidup menjandamu ini. Apakah
jualanmu laris? Semoga kerjamu semakin baik dan menambah penghasilanmu.
Ma, tiba-tiba beberapa hari yang lalu aku sedih dan sangat
tertekan. Aku merasa kurang diterima oleh orang-orang di sekitarku. Apa yang
kubuat kurang diterima. Dalam kekalutan dan tangisku aku merenung sendiri di
kapel. Tak kusangka aku melihat di dalamnya suatu kisah yang memang sudah
pernah beberapa kali datang di waktu yang telah lewat.
Ketika kelas 2SD ada 2 orang temanku datang ke rumah. Kami
bermain-main di belakang rumah. Ternyata dia mengejek aku “bencong” dan kau mendengarnya. Kau datang dengan sangat
marah kepada temanku ini. Kau berkata “Apa kau katakana? Kau bilang di bencong?
Tak kau lihatkah dia ini laki-laki? Nah lihat” (sambil kau buka celanaku dan
menunjukkan kelaminku. Aku malu, sedih dan tak tahu mau mengatakan apa.
Kejadian ini sangat berbekas bagiku. Memang kau cinta dan tak suka jika aku
dijelekkan oleh orang. Tapi aku benar-benar sangat direndahkan dan diriku
terasa dibuang jauh, jauh sekali. Ma, aku sangat sedih.
Suatu malam aku pulang jam 12 malam karena aku baru selesai
mengerjakan tugas mesdinar. Ya……sesampai di pintu rumah, mama marah-marah dan
melemparkan sebuah alkohol kepadaku. Ya……betapa pedih dan sakitnya hatiku ini,
kenapa jadinya seperti ini? Aku tidak membuat suatu yang jelek sekali, tetapi
kok perlakuannya seperti itu. Saat itu aku merasa diasingkan, tak diterima,
perbuatan baikku sia-sia. Aku benci-benci dan sangat benci kepada kalian. Mama
tak mengerti aku, kenapa aku diperlakukan seperti ini. Padahal aku sangat
jarang keluar rumah jika bukan urusan gereja. Ya……….aku merasa sia-sia
semuanya. Tak ada yang menerti aku.
Aku sering mendengar perkataan yang mama katakana sendiri,
seperti ini “Ya…..kalau disuruh orang kalian mau tapi kalau mama, tidak. Kalau
membereskan urusan gereja kalian cepat sekali tapi membantu mama tidak” mama
hanya mengatakan itu jika marah padahal kami telah member. Aku coba sekuat
tenaga mengalah. Tapi semua tak ada artinya.
Ma………sebenarnya banyak kepedihan kualami. Sampai kini,
kejadian-kejadian itu datang kepadaku. Aku punya perasaan sedih, benci, kurang
diterima yang kupendam begitu mendalam dan sangat dalam.
Ma ……maafkan aku atas kebencian itu. Sebenarnya aku punya
perasaan benci yang tak terkatakan. Tapi aku tak mau dihantui perasaan itu
semua. Maafkan aku ma! Aku cinta kamu. Kau banyak membantu dan memperhatikanku.
Salam kasih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar