Sabtu, 17 November 2018

RENUNGAN: PENTAKOSTA (Kis 2:1-13)



PENTAKOSTA (KIS 2:1-13)
1.    Pengantar
Tulisan Lukas pada kitab Kisah Rasul sering diartikan bahwa kitab tersebut sebagai “Injil Roh Kudus”[1], dikarenakan di dalam Kisah Rasul dimulailah kisah tentang Roh Kudus dan bukan hanya itu, hampir keseluruhan dari kitab ini berbicara banyak hal tentang Roh Kudus. Pada bab 2 digenapilah dan dipunuhilah pesan dan janji Yesus agar para murid tinggal di Yerusalem menantikan “kekuatan dari tempat tinggi yang dijanjikan Bapa-Ku” (Luk 24:49). Hal ini merujuk kepada pencurahan Roh Kudus untuk memulai perutusan dan pewartaan kabar gembira Kerajaan Allah. Injil Lukas sebagai buku pertama Lukas yang berbicara banyak hal tentang karya dan ajaran Yesus sungguh benar (Kis 1:1, Luk 1:1-4). Kemudian dilanjutkan kisah tersebut dalam buku keduanya yakni Kisah Rasul yang bercerita tentang pelayanan dan kesaksian para rasul dengan terang Roh Kudus dan penyertaanNya lewat Roh Kudus pula. Kisah Pentakosta menjadi pintu dan kekuatan bagi para rasul dalam pewartaan mereka dengan menerima kepenuhan baptisan ilahi yang diberikan Yesus yakni Roh Kudus itu (Kis 1:5, Luk 3:16).
Demikianlah dalam Kisah Rasul 2:1-13 di jabarkan dan diterangkan mengenai peristiwa Pentakosta yang menjadi awal karya para rasul dalam pewartaan kerajaan Allah.

2.    Eksegese  kis. 2:1-13
            (Ayat 1) Pentakosta, dikisahkan dalam Perjanjian Lama dalam budaya dan kebiasaan agama Yahudi hari Pentakosta (dalam bahasa Yunani artinya: lima puluh) dinamakan “hari raya Tujuh Minggu”, sebab dirayakan tujuh minggu sesudah Paskah Yahudi (Ul 16:9-10). Pada kedua hari raya itu yakni Paskah dan Pentakosta diadakan pengumpulan panen. Pada hari raya Paskah dipersembahkan hasil jelai yang pertama kepada Allah. Pada Pentakosta dipersembahkan roti yang dibuat dari gandum yang baru dituai kepada Allah. Maka dari itulah Pentakosta disebut “hari raya pengumpulan hasil panen”. Di kemudian hari, hari raya Pentakosta mengingatkan orang Yahudi kepada pemberian hukum Taurat di gunung Sinai. Kedua makna ini menjadi ladasan makna yang disempurnakan oleh kisah turunnya Roh Kudus bagi para rasul.[2] Para rasul berkumpul di Yerusalem menunggu kedatangan Roh Kudus.[3] Mereka berkumpul kiranya dalam suasana doa. Karena doa menjadi tema penting dalam hubungannya dengan kehadiran Roh Kudus. Dan Roh Kudus hadir dalam situasi doa.  Kiranya situasi yang sama terjadi waktu pentakosta. Demikian pula para peziarah-peziarah Yahudi datang dari berbagai daerah ke Yerusalem untuk turut merayakan pesta itu.[4]
            (Ayat 2-3) Tiba-tiba terdengarlah bunyi seperti tiupan angin keras. Tampaklah api, nyalanya bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. Nyala api mengingakan kepada kita akan berbagai tanda kehadiran Allah dalam Perjanjian Lama; sebagai contoh misalnya, semak duri yang bernyala, tiang api, dan dalam Perjanjian Baru Yohanes Pembaptis dalam Luk. 3:16 mengatakan bahwa yang berkuasa dari dia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus dan api.[5]
            (Ayat 4) ketika semua dipenuhi oleh Roh Kudus, mereka berbicara dalam bahasa-bahasa yang diberikan Roh kepada mereka. Seperti dalam Kis. 10:46 dan 19:6. Ungkapan seperti yang dianugerahkan oleh Roh itu kepada mereka, hendak mengungkapkan karunia kenabian dengan segi misioner. Jika demikian, sungguh sangat membantu apa bila para pewarta mendapat kemampuan untuk mewartakan sabda Allah dalam banyak bahasa. Lukas sepertinya tidak terlalu berpikir mengenai bentuk karunia bahasa Roh, seperti yang disebutkan dalam 1Kor.12-14 dan dalam kelompok karismatik zaman sekarang.[6]
(Ayat 5) di Yerusalem terdapat orang-orang Yahudi dari berbagai penjuru dunia yang berziarah ke kota untuk merayakan pesta. Mereka yang berasal dari jauh agaknya berbicara dalam bahasa Aram dan Ibrani, yang diperlukan sebagai alat pembantu dalam percakapan mereka selama di Palestina dan yang kedua berguna untuk ibadat dalam Sinagoga.[7]
 Kalimat ‘Waktu itu di Yerusalem diam orang-orang Yahudi yang saleh dari segala bangsa’ menunjukan bagaimana Lukas menarasikan tentang tujuan buku keduanya ini bagi semua orang, yakni ‘segala bangsa’. Pengalaman para rasul akan karya dan ajara Yesus yang dialami dan dilihat dalam perutusan pewartaan Injil dan Kerajaan Allah bukan hanya bagi orang Yahudi namun langsung ditunjukan dihadapan orang banyak dari berbagai daerah ‘segala bangsa’.
            (Ayat 6-7) mereka berkumpul untuk menyelidiki asal mula bunyi yang hebat itu dan menjadi bingung ketika mendengar bahasa mereka sendiri dipakai oleh kelompok orang Galilea.[8] Sebagai latar belakang dari kebingungan ini adalah kisah Menara Babel (Kej. 11:1-9). Roh Kudus mengatasi perpecahan umat; Roh Kudus mempersatukan umat. Perpecahan dihapuskan dan kesatuan dikembangkan. Kata-kata “tercengang-cengang dan heran” merupakan ungkapan pengalaman ekstase. Ini mau mengungkapkan bahwa kata-kata tidak lagi penting sebab kehadiran Roh Kuduslah yang menjamin ajaran yang benar dan Roh itu mengatasi batas bangsa dan bahasa.[9]
            (Ayat 8-11) daerah-daerah geografis yang didaftar di sini oleh Kisah Para Rasul, umumnya berurutan dari timur ke barat, dengan orang Kreta dan orang Arab sebagai tambahan pada daftar tersebut. Partia, Midia, Elam adalah negeri-negeri yang di sebelah Timur Mesopotamia dan disebelah utara Teluk Persia; Yudea merupakan wilayah Selatan Palestin; Kapadosia, Pontus, Frigia dan Pamfilia adalah daerah-daerah yang terdapat di Asia kecil (Turki); Libia termasuk bagian Utara Afrika, dan kreta adalah sebuah pulau di bagian Selatan Yunani. Semua yang hadir adalah orang-orang Yahudi atau proselit (mereka yang masuk agama Yahudi).[10]
            (Ayat 12-13) sementara sebagian besar hadirin yang ada merasa heran dan gemetar karena peristiwa itu, yang lain nampaknya tidak terkesan. Secara sinis mereka menyindir “bukan karena Roh dari atas mereka berkata-kata tetapi kerena mabuk anggur”. Orang-orang luar munkin berpendapat bahwa para murid tidak waras bila mereka ikut mendengarnya (1kor.14:23), barangkali waktu mereka berkata-kata, di Korintus kedengaran seperti ocehan-ocehan yang tidak teratur. Bahkan dalam Kis.2:12-15, para rasul dikatakan mabuk anggur. Hal ini mungkin karena apa yang dikatakan terdengar seperti ocehan-ocehan. Barangkali gambaran asli mengenai pentakosta yang didengar Lukas menganggap pembicaraan mereka seperti ocehan. Namun demikian, versi Lukas dalam Kis 2 ini, mengungkapkan pembalikan dari hukum di Menara Babel dalam Kej.11:1-9 orang-orang di Babel yang dulunya berbicara satu bahasa menjadi tidak mampu memahami satu sama lain, justru pada pentakosta orang banyak dengan masing-nasing bahasa memahami perkataan Para Rasul.[11]
3.    Refleksi
Pentakosta merupakan peristiwa yang sangat menentukan bagi keberlangsungan Gereja di dunia. Sebelum Yesus naik kesurga, Ia menjanjikan Roh Kudus kepada para murid-Nya untuk menyertai mereka. Dengan pencurahan Roh Kudus, para murid memiliki kekuatan untuk  mewartakan injil keseluruh dunia.
Roh kudus yang sama pula tercurah atas kaum beriman, tatkala menerima Sakramen Baptis. Melalui baptisan, kita menerima kurnia Roh kudus. Makna ini terdapat dalam (kis 2:28) “maka kamu akan menerima kurnia Roh Kudus”. Dalam konteks Kisah Rasul bab dua itu, kurnia Roh Kudus memungkinkan Para Rasul mengalami Tuhan yang bangkit (kis 2:32), dan membuat mereka dapat berbicara dalam bermacam-macam bahasa, sehingga semua orang dapat mengerti pewartaan injil itu.[12] Dengan kurnia Roh Kudus yang sama, kaum beriman akan mengalami pengalaman paskah, yakni pengalaman akan Yesus yang bangkit dan menyelamatkan kita.
Dengan kurnia Roh Kudus yang sama dalam sakramen baptis, kita dipersatukan dengan Kristus. Baptisan terjadi dalam nama Kristus (kis 2:38). Dengan Baptisan orang dimasukkan kedalam hubungan dengan Yesus. Bukan hanya pribadi Yesus tetapi seluruh pristiwa Yesus Kristus. Dengan demikian mengingat dasar pembaptisan atau pencurahan kurnia Roh Kudus  umat kristiani menghayati hidup barunya dalam Kristus.[13]  Dengan menerima kurnia Roh Kudus, yang dahulu diterima oleh para murid, mereka mengemban tanggungjawab mewartakan injil. Hal yang sama juga terjadi pada kaum beriman saat ini, dengan baptisan kita menerima kurnia Roh Kudus, kita juga  mengemban tugas yang sama yaitu, mewartakan injil kepada seluruh bangsa.


Daftar Pustaka
Bavinck,  J.H. Sejarah Kerajaan Allah. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1990.
Lembaga Biblika Indonesia. Tafsir Perjanjian Baru 5 Kisah Para Rasul. Yogyakarta: Kanisius, 1992.
Lembaga Biblika Indonesia. Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. Yogyakarta: Kanisius, 2002.
Mahulae, Kristinus. Kisah Rasul [Diktat]. Pematangsiantar [tanpa penerbit], 2005.
Martasudjita, E. Sakramen-Sakramen Gereja. Yogyakarta: Kanisius, 2005.


[1] Lembaga Biblika Indonesia, Kitab Suci Katolik, Kitab Suci Perjanjian Baru, (Ende: Arnoldus, 2007), hlm. 264.
[2] J.H. Bavinck, Sejarah Kerajaan Allah (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1990), hlm. 677.
[3] Lembaga Biblika Indonesia, Tafsir Perjanjian Baru 5 Kisah Para Rasul (Yogyakarta: Kanisius, 1992), hlm. 36.
[4] Lembaga Biblika Indonesia, Tafsir Alkitab Perjanjian Baru (Yogyakarta: Kanisius, 2002), hlm. 215.
[5] Lembaga Biblika Indonesia, Tafsir..., hlm. 36.
[6] Lembaga Biblika Indonesia, Tafsir..., hlm. 36.
[7] Lembaga Biblika Indonesia, Tafsir..., hlm. 36.
[8] Lembaga Biblika Indonesia, Tafsir..., hlm. 37.
[9] Kristinus Mahulae, Kisah Rasul [Diktat], (Pematangsiantar [tanpa penerbit], 2005), hlm. 13.
[10] Lembaga Biblika Indonesia, Tafsir..., hlm. 37.
[11] Lembaga Biblika Indonesia, Tafsir..., hlm. 37.
[12] E. Martasudjita, Sakramen-Sakramen Gereja (Yogyakarta: Kanisius, 2005), hlm. 222.
[13] E. Martasudjita, Sakramen-Sakramen..., hlm. 228.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar