PENTAKOSTA (KIS 2:1-13)
1.
Pengantar
Tulisan Lukas pada kitab Kisah Rasul
sering diartikan bahwa kitab tersebut sebagai “Injil Roh Kudus”[1],
dikarenakan di dalam Kisah Rasul dimulailah kisah tentang Roh Kudus dan bukan
hanya itu, hampir keseluruhan dari kitab ini berbicara banyak hal tentang Roh
Kudus. Pada bab 2 digenapilah dan dipunuhilah pesan dan janji Yesus agar para
murid tinggal di Yerusalem menantikan “kekuatan dari tempat tinggi yang
dijanjikan Bapa-Ku” (Luk 24:49). Hal ini merujuk kepada pencurahan Roh Kudus
untuk memulai perutusan dan pewartaan kabar gembira Kerajaan Allah. Injil Lukas
sebagai buku pertama Lukas yang berbicara banyak hal tentang karya dan ajaran
Yesus sungguh benar (Kis 1:1, Luk 1:1-4). Kemudian dilanjutkan kisah tersebut
dalam buku keduanya yakni Kisah Rasul yang bercerita tentang pelayanan dan
kesaksian para rasul dengan terang Roh Kudus dan penyertaanNya lewat Roh Kudus
pula. Kisah Pentakosta menjadi pintu dan kekuatan bagi para rasul dalam
pewartaan mereka dengan menerima kepenuhan baptisan ilahi yang diberikan Yesus
yakni Roh Kudus itu (Kis 1:5, Luk 3:16).
Demikianlah dalam Kisah Rasul 2:1-13 di
jabarkan dan diterangkan mengenai peristiwa Pentakosta yang menjadi awal karya
para rasul dalam pewartaan kerajaan Allah.
2.
Eksegese
kis. 2:1-13
(Ayat
1) Pentakosta, dikisahkan dalam Perjanjian Lama dalam budaya dan kebiasaan
agama Yahudi hari Pentakosta (dalam bahasa Yunani artinya: lima puluh)
dinamakan “hari raya Tujuh Minggu”, sebab dirayakan tujuh minggu sesudah Paskah
Yahudi (Ul 16:9-10). Pada kedua hari raya itu yakni Paskah dan Pentakosta
diadakan pengumpulan panen. Pada hari raya Paskah dipersembahkan hasil jelai
yang pertama kepada Allah. Pada Pentakosta dipersembahkan roti yang dibuat dari
gandum yang baru dituai kepada Allah. Maka dari itulah Pentakosta disebut “hari
raya pengumpulan hasil panen”. Di kemudian hari, hari raya Pentakosta
mengingatkan orang Yahudi kepada pemberian hukum Taurat di gunung Sinai. Kedua
makna ini menjadi ladasan makna yang disempurnakan oleh kisah turunnya Roh
Kudus bagi para rasul.[2] Para
rasul berkumpul di Yerusalem menunggu kedatangan Roh Kudus.[3]
Mereka berkumpul kiranya dalam suasana doa. Karena doa menjadi tema penting
dalam hubungannya dengan kehadiran Roh Kudus. Dan Roh Kudus hadir dalam situasi
doa. Kiranya situasi yang sama terjadi waktu
pentakosta. Demikian pula para peziarah-peziarah Yahudi datang dari berbagai
daerah ke Yerusalem untuk turut merayakan pesta itu.[4]
(Ayat 2-3) Tiba-tiba terdengarlah
bunyi seperti tiupan angin keras. Tampaklah api, nyalanya bertebaran dan hinggap
pada mereka masing-masing. Nyala api mengingakan kepada kita akan berbagai
tanda kehadiran Allah dalam Perjanjian Lama; sebagai contoh misalnya, semak
duri yang bernyala, tiang api, dan dalam Perjanjian Baru Yohanes Pembaptis
dalam Luk. 3:16 mengatakan bahwa yang berkuasa dari dia akan membaptis kamu
dengan Roh Kudus dan api.[5]
(Ayat 4) ketika semua dipenuhi oleh
Roh Kudus, mereka berbicara dalam bahasa-bahasa yang diberikan Roh kepada
mereka. Seperti dalam Kis. 10:46 dan 19:6. Ungkapan seperti yang dianugerahkan
oleh Roh itu kepada mereka, hendak mengungkapkan karunia kenabian dengan segi
misioner. Jika demikian, sungguh sangat membantu apa bila para pewarta mendapat
kemampuan untuk mewartakan sabda Allah dalam banyak bahasa. Lukas sepertinya
tidak terlalu berpikir mengenai bentuk karunia bahasa Roh, seperti yang
disebutkan dalam 1Kor.12-14 dan dalam kelompok karismatik zaman sekarang.[6]
(Ayat
5) di Yerusalem terdapat orang-orang Yahudi dari berbagai penjuru dunia yang
berziarah ke kota untuk merayakan pesta. Mereka yang berasal dari jauh agaknya
berbicara dalam bahasa Aram dan Ibrani, yang diperlukan sebagai alat pembantu
dalam percakapan mereka selama di Palestina dan yang kedua berguna untuk ibadat
dalam Sinagoga.[7]
Kalimat ‘Waktu itu di Yerusalem diam
orang-orang Yahudi yang saleh dari segala bangsa’ menunjukan bagaimana Lukas
menarasikan tentang tujuan buku keduanya ini bagi semua orang, yakni ‘segala
bangsa’. Pengalaman para rasul akan karya dan ajara Yesus yang dialami dan
dilihat dalam perutusan pewartaan Injil dan Kerajaan Allah bukan hanya bagi
orang Yahudi namun langsung ditunjukan dihadapan orang banyak dari berbagai
daerah ‘segala bangsa’.
(Ayat 6-7) mereka berkumpul untuk
menyelidiki asal mula bunyi yang hebat itu dan menjadi bingung ketika mendengar
bahasa mereka sendiri dipakai oleh kelompok orang Galilea.[8]
Sebagai latar belakang dari kebingungan ini adalah kisah Menara Babel (Kej.
11:1-9). Roh Kudus mengatasi perpecahan umat; Roh Kudus mempersatukan umat.
Perpecahan dihapuskan dan kesatuan dikembangkan. Kata-kata “tercengang-cengang
dan heran” merupakan ungkapan pengalaman ekstase. Ini mau mengungkapkan bahwa
kata-kata tidak lagi penting sebab kehadiran Roh Kuduslah yang menjamin ajaran
yang benar dan Roh itu mengatasi batas bangsa dan bahasa.[9]
(Ayat 8-11) daerah-daerah geografis
yang didaftar di sini oleh Kisah Para Rasul, umumnya berurutan dari timur ke
barat, dengan orang Kreta dan orang Arab sebagai tambahan pada daftar tersebut.
Partia, Midia, Elam adalah negeri-negeri yang di sebelah Timur Mesopotamia dan
disebelah utara Teluk Persia; Yudea merupakan wilayah Selatan Palestin;
Kapadosia, Pontus, Frigia dan Pamfilia adalah daerah-daerah yang terdapat di
Asia kecil (Turki); Libia termasuk bagian Utara Afrika, dan kreta adalah sebuah
pulau di bagian Selatan Yunani. Semua yang hadir adalah orang-orang Yahudi atau
proselit (mereka yang masuk agama Yahudi).[10]
(Ayat
12-13) sementara sebagian besar hadirin yang ada merasa heran dan gemetar
karena peristiwa itu, yang lain nampaknya tidak terkesan. Secara sinis mereka
menyindir “bukan karena Roh dari atas mereka berkata-kata tetapi kerena mabuk
anggur”. Orang-orang luar munkin berpendapat bahwa para murid tidak waras bila
mereka ikut mendengarnya (1kor.14:23), barangkali waktu mereka berkata-kata, di
Korintus kedengaran seperti ocehan-ocehan yang tidak teratur. Bahkan dalam
Kis.2:12-15, para rasul dikatakan mabuk anggur. Hal ini mungkin karena apa yang
dikatakan terdengar seperti ocehan-ocehan. Barangkali gambaran asli mengenai
pentakosta yang didengar Lukas menganggap pembicaraan mereka seperti ocehan.
Namun demikian, versi Lukas dalam Kis 2 ini, mengungkapkan pembalikan dari
hukum di Menara Babel dalam Kej.11:1-9 orang-orang di Babel yang dulunya
berbicara satu bahasa menjadi tidak mampu memahami satu sama lain, justru pada
pentakosta orang banyak dengan masing-nasing bahasa memahami perkataan Para
Rasul.[11]
3. Refleksi
Pentakosta merupakan peristiwa yang
sangat menentukan bagi keberlangsungan Gereja di dunia. Sebelum Yesus naik
kesurga, Ia menjanjikan Roh Kudus kepada para murid-Nya untuk menyertai mereka.
Dengan pencurahan Roh Kudus, para murid memiliki kekuatan untuk mewartakan injil keseluruh dunia.
Roh kudus yang sama pula tercurah
atas kaum beriman, tatkala menerima Sakramen Baptis. Melalui baptisan, kita
menerima kurnia Roh kudus. Makna ini terdapat dalam (kis 2:28) “maka kamu akan
menerima kurnia Roh Kudus”. Dalam konteks Kisah Rasul bab dua itu, kurnia Roh
Kudus memungkinkan Para Rasul mengalami
Tuhan yang bangkit (kis 2:32), dan membuat mereka dapat berbicara dalam
bermacam-macam bahasa, sehingga semua orang dapat mengerti pewartaan injil itu.[12]
Dengan kurnia Roh Kudus yang sama, kaum beriman akan mengalami pengalaman
paskah, yakni pengalaman akan Yesus yang bangkit dan menyelamatkan kita.
Dengan kurnia Roh Kudus yang sama
dalam sakramen baptis, kita dipersatukan dengan Kristus. Baptisan terjadi dalam
nama Kristus (kis 2:38). Dengan Baptisan orang dimasukkan kedalam hubungan
dengan Yesus. Bukan hanya pribadi Yesus tetapi seluruh pristiwa Yesus Kristus. Dengan
demikian mengingat dasar pembaptisan atau pencurahan kurnia Roh Kudus umat kristiani menghayati hidup barunya dalam
Kristus.[13] Dengan menerima kurnia Roh Kudus, yang dahulu
diterima oleh para murid, mereka mengemban tanggungjawab mewartakan injil. Hal
yang sama juga terjadi pada kaum beriman saat ini, dengan baptisan kita
menerima kurnia Roh Kudus, kita juga
mengemban tugas yang sama yaitu, mewartakan injil kepada seluruh bangsa.
Daftar Pustaka
Bavinck, J.H. Sejarah Kerajaan Allah. Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1990.
Lembaga
Biblika Indonesia.
Tafsir Perjanjian Baru 5
Kisah Para Rasul. Yogyakarta: Kanisius, 1992.
Lembaga Biblika Indonesia. Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. Yogyakarta: Kanisius,
2002.
Mahulae, Kristinus.
Kisah Rasul [Diktat]. Pematangsiantar
[tanpa penerbit], 2005.
Martasudjita, E.
Sakramen-Sakramen Gereja. Yogyakarta:
Kanisius, 2005.
[1] Lembaga Biblika Indonesia,
Kitab Suci Katolik, Kitab Suci Perjanjian
Baru, (Ende: Arnoldus, 2007), hlm. 264.
[2] J.H. Bavinck, Sejarah Kerajaan Allah (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1990), hlm. 677.
[3] Lembaga Biblika
Indonesia, Tafsir Perjanjian Baru 5 Kisah
Para Rasul (Yogyakarta: Kanisius, 1992), hlm. 36.
[4] Lembaga Biblika
Indonesia, Tafsir Alkitab Perjanjian Baru
(Yogyakarta: Kanisius, 2002), hlm. 215.
[5] Lembaga Biblika
Indonesia, Tafsir..., hlm. 36.
[6] Lembaga Biblika
Indonesia, Tafsir..., hlm. 36.
[7] Lembaga Biblika
Indonesia, Tafsir..., hlm. 36.
[10] Lembaga Biblika
Indonesia, Tafsir..., hlm. 37.
[11] Lembaga Biblika
Indonesia, Tafsir..., hlm. 37.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar