Peperangan Kebaikan
dan Kejahatan antara
Boru Deak
Parujar dan Naga Padoha
Setelah
Boru Deak Parujar mencipta bumi di Banua
Tonga dari tanah yang diberikan oleh Debata Mulajadi Nabolon dengan perantaraan
Leangleang Mandi, maka Si Deak Parujar dapat berdiam dengan aman di Banua
Tonga.
Namun
Raja Padoha, (Naga besar yang menjadi manifestasi kejahatan dan kehancuran yang
selalu merusak) datang ke Banua Tonga, menggerutu oleh beban timbunan tanah di
atas kepalanya. Tatkala ia berkisar, tanah pun hancur, dan Si Deak Parujar
terpaksa berlindung di bawah sebatang pohon, sebab tanahnya berubah menjadi
air. Tanah yang telah ditempah Si Deak Parujar kemudian dihancurkan oleh Naga
Padoha. Munculah kemarahan yang teramat besar pada Deak Parujar. Ia pun
menangis sejadi-jadinya. Hamba setia Si Leangleang Mandi terbang mengabarkan
berita buruk ini kepada Mulajadi. Kata Mulajadi “ya, Leangleang, apa kabar
dengan tanah yang saya kirim apakah berhasil dengan baik?” “Tanah itu telah
ditempah dengan baik dan luas, tetapi kemudian dihancurkan oleh Naga Padoha”
jawab Leangleang. Jawab Mulajadi “Baiklah, kembalilah ke sana, bawalah kain
untuk Si Deak Parujar, untuk dikenakan sebagai tudung, agar ia jangan mati
sebab delapan matahari akan dicipta, untuk mengeringkan laut.” Lantas Debata
Mulajadi menciptakan delapan matahari. Mulailah badan Raja Padoha merekah
karena panasnya sinar matahari yang tak tertahankannya, dan ia berpaling kepada
Si Deak Parujar, “Rasanya engkaulah yang membuat semuanya ini kepadaku” kata
Naga Padoha. “Ya, aku membuatnya sebab engkau menghancurkan tanah yang sudah
kucipta dengan baik tampat aku berdiam di Banua Tonga ini” jawab Deak Parujar.
Langsung Si Deak Parujar menikam Naga Padoha dengan pedang sampai ke gagang,
sehingga Naga Padohamengerang. “Jangan membunuh aku, masukkanlah aku ke dalam
kerangkeng besi” pinta Naga Padoha. Akhirnmya Naga Padoha dikurung dalam
kerangkeng besi. Tatkala ekornya bergerak-gerak maka timbullah gempa, maka
orang akan berseru suhul (gagang
pedang) mengingatkan akan ditikamnya Naga Padoha dengan pedang Deak Parujar
sampai ke gagangnya. Saat gempa terjadi, diyakini akan merambatlah cacar,
kelaparan dan pelbagai penyakit (pengaruh roh-roh jahat).
Kemudian
setelah kejadian itu Debata Mulajadi Nabolon memberikan tanah tujuh genggam
tanah untuk digunakan Deak Parujar untuk memulihkan bumi.
Nilai
Teologisnya: segala kebaikan yang diciptakan selalu saja dihadiri oleh
kejahatan, kehancuran, perusakan, kesengsaraan, penyakit dan kematian.
Demikianlah dalam mitologi Batak Toba juga memiliki cerita yang mengkisahkan
sedari awak kejahatan hadir untuk merusak kebaikan yang diciptkan dengan baik
adanya. Namun selalu dalam kisah diceritakan bahwa segala kejahatan dan
kehancuran itu kalah dan kebaikan itu menang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar