Harian Hidup
Sebagai Eremit.
Biarlah hidup kita menjadi doa yang hidup. Hal ini harus benar-benar kita sadari dan amalkan sebaik mungkin. Panggilan utama dan sejati kita adalah menghadirkan Karya Allah di dunia ini. Lewat doa, tapa, matiraga, silih dan kesendirian hidup sebagai eremit, kita mau menghadirkan dan menunjukkan kepada dunia bahwa kerajaan Allah berkarya di dunia .
Dari padanyalah hendaknya semua kehidupan kita menjadi bukti nyata akan utamanya mengejar kerajaan Allah dan Allah berkarya di dunia ini dengan mengasingkan diri dari dunia dan masuk ke dalam keheningan dan kesendirian. Hendaknya kita menyadari bahwa kita membelakangi dan meninggalkan hal duniawi dan kemanusiawian kita dan mengejar kesempurnaan sejati akan kesatuan kepada Allah. Dunia kita tinggalkan namun dalam doa dan persembahan hidup kita, kita mengikutserahkan dunia dan jiwa-jiwa kepada Allah seraya kita persembahkan bakti hidup kita kepada Allah dengan penuh. Demikianlah hendaknya kita selalu berdoa bagi gereja, dunia, dan jiwa-jiwa yang membutuhkan doa. Namun jangan pernah terikat dan mau tergoda oleh kenikmatan dan kesemuan dunia dan manusiawi kita. Hendaknya kita melakukan ibadat harian penuh dalam 7[tujuh] waktu.mengikuti ibadat resmi gereja Katolik Roma yang sah dengan memakai tata ibadat bagi para rahip kontemplatif ketat. Kita memulai hari dengan ibadat mantinum pada tengah malam, dan melanjutkan dengan doa-doa kudus gereja dan semadi selama 1 jam. Pada pagi hari kita mulai dengan ibadat pagi dan dilanjuttkan dengan ketiga ibadat siang. Kita laksanakan ibadat sore setelah samadi 1 jam dan kita tutup dengan ibadat Completoriun. Bekerja sebagai karya tangan haruslah menjadi pendukung dalam hidup kita. Penyelenggaraan Ilahi Allah menjadi sandaran dan penyerahan diri dan hidup kita ke meja Tuhan. Baiklah kita bekerja kebun dan karya tangan sebagai bukti kita dalam memenuhi kebutuhan harian kita. Namun janganlah kita perna menyimpan harta sebagai sandaran dan keterjaminan hidup kita. Biarlah semua milik tanah dan bangunan serta keberadaannya menjadi milik gereja secara penuh. Kita adalah musafir dan perantau yang hanya sebentar di dunia ini. Dengan telanjang kita lahir dan masuk ke dunia ini dengan telanjang pula kita kembali kepangkuan Ibu pertiwi.
Biarlah dalam bekerja kita satukan bakti kita sebagai doa pula. Hendaknya dengan penuh cinta kasih dan memancarkan karya Allah ketika Orang-orang dating memohon bimbingan dan peneguhan hidup mereka. Bawalah Allah kepada orang-orang yang mencariNya. Namun pelayanan hidup kita kepada dunia dan gereja yang paling utama adalah doa. Dan demikianpun dalam menanggapi kehadiran orang lain ke dalam pertapaan untuk mohon bimbingan hendaknya hanyalah sebagai bentuk bahwa kita membawa mereka dalam doa-doa kita. Pelayanan kita bukanlah kerasulan dan karya pastoral, namun doa dan bimbingan rohani semata. Namun dalam hal ini harus disadari, seorang rahip eremit tidak keluar dari pertapaan untuk membuat karya dan melayani orang lain. Namun dalam sel pribadi kita tinggal berdoa dan di ruang tamulah kita menerima tamu. Jangan pernah menjadi kesombongan dalam membantu orang lain. Namun bawalah mereka yang membutuhkan kepada Allah dan sisanya terserah kepada Allah. Jangan terpaku dan terbebani dalam membantu orang lain karena bukan kita yang bekerja namun Karya Allah lah yang terjadi. Hendaknya kita tinngal dan hidup di sel yang disediakan.
Biarlah sel itu menjadi kemah kediaman sementara kita dan didalamnya kita mengejar dan menemukan persatuan mesra akan Allah. Tidak ada yang boleh masuk ke dalam sel selain Uskup dan orang yang diperkenankan olehnya masuk kedalam sel. Bbiarlah sel menjadi oase tempat kita berdiam dalam keterasingan hidup panggilan kita. Tidak ada boleh mengisi sel selain tikar sebagai alas tidur, bantal dan selimut seadanya, salip dan kitap suci serta penerang. Sel adalah ruang di mana padang gurun yang gersang dan dalamnya penjiarahan hidup kita terjadi. Ddiperkenankan buku jurnal hidup dan bacaan rohani di bawa kedalam sel. Namun tidak ada yang boleh memperkenankan dirinya memasukkan apapun kedalam sel karena itu akan mengundang godaan dan bujukan kenikmatan duniawi.
Hendaknyalah kita melakukan pantang dan puasa sebagai tambahan dan pomenuhan doa-doa kita. Para rahip sangat dipantangkan memakan daging selama hidup dalam kerahiban. Dan tambahkanlah pantang pribadi akan makanan sebagai tambahan untuk intensi Doa seumur hidup kita. Biarlah ini menjadi suka cita hidup kita sebagai persembahan bakti hidup doa kita. Setiap hari jumat dimulai dari kamis sebelum ibadat sore kita memulai puasa penuh sampai esok harinya setelah ibadat sore. Demikianlah kita hendak menyucikan diri , batin dan roh kita sebagai laku tapa. Pada kamis pertama dan jumat pertama awal bulan, hendaklah kita menghadiri Ekaristi sedapat mungkin sebagai wujud doa kita kepada sensara Kristus dan Hati Yesus yang Mahakudus. Hendaknya diadakan Rosario kepada Bunda Maria, Ibu kita dan kepada Kerahiman Ilahi pada jam-jam yang ditentukan. Haruslah kita doakan Doa 150 Bapa Kami sebagai warisan luhur para rahib awali. Yang dalamnya kita persembahkan Gereja, Dunia dan jiwa-jiwa yang membutuhkan doa. Ambillah waktu yang tepat untuk adorasi kepada Sakramen Mahakudus. Jika belum ada kapel dan Sakramen Mahakudus, hendaklah kita pergi ke gereja terdekat untuk melakukanny. Namun jika pertapaan telah ditaruhkan Sakramen Mahakudus secara resmi hendaknya diadakan penyembahan setiap hari dan samadi di hadapannya. Hendaknya kita mengenakan jubah kerahiban ke mana pun dan kapan pun ,di luar istirahat dan mandi. Jubah harian adalah 2 bagian. Jubah ibadat yakni satu jubah coklat bercup, satu skapulir coklat, ikat pinggang, rosario pinggang dan salib dada sedangkan jubah satunya lagi adalah jubah kerja yang terdiri dari jubah bercup abu-abu dan skapulir abu-abu, ikat pinggang dan salip dada. Pada ibadat Matutinum, Laudes, Vespere dan Copletorium dikenakan mantol besar kerahiban serta saat Ekaristi. Hendakyalah kita mencukur rambut dan mengenakan tonsura rahip penuh. Dan janganlah pernah mencukur jenggot bagi yang memilikinya biarlah kita tidak terlalu memperdulikan kecantikkan tubuh kita. Namun kecantikkan batin, hati dan Roh-lah yang paling utama. Dalam hal keluar dari pertapaan, hendaknya kita benar-benar sangat memperhatikan dan menjaga nilai luhur hidup eremit. Jika tidak sangat penting sekali, hendaknya tidak keluar dari prtapaan kecuali untuk menghadiri misa/ekaristi, pertemuan rutin bimbingan dan laporan rutin kekeuskupan. Jangan pernah menghadiri pertemuan atau acara pesta apapun kecuali atas seijin pembimbing atau Uskup.
Hendaklah kita memperhatikan tubuh dan diri ini.
Dia adalah teman
perjiarahan ini. Marilah menjaga kesehatannya, karena semakin kita
sehat semakin baiklah kita berdoa. Jagalah kesehatan tubuh, pikiran, hati dan batin, agar roh kita benar-benar
sehat. Kesehatan adalah ibadah karena kita memelihara karya Allah,karena dari
padanya kita dapat menjalankan penjiarahan hidup kita dan membawa banyak jiwa
kepada Allah,karena daripadanya kita dapat menjalankan
pejiarahan hidup kita dan membawa banyak jiwa kepada Allah. Namun jika kita sakit hendaknya sedapat mungkin
memakai obat-obattan alami namun jika memerlukan lebih kita bisa dirawat di rumah sakit. Dalam hal sakit, pantang di bebaskan
jika pihak medis menyarankan lain demi kesehatan, namun setelah sehat betul maka kita kembali ke
hidup kerahiban.Biarlah hidup kita menjadi doa yang hidup. Hal ini harus benar-benar kita sadari dan amalkan sebaik mungkin. Panggilan utama dan sejati kita adalah menghadirkan Karya Allah di dunia ini. Lewat doa, tapa, matiraga, silih dan kesendirian hidup sebagai eremit, kita mau menghadirkan dan menunjukkan kepada dunia bahwa kerajaan Allah berkarya di dunia .
Dari padanyalah hendaknya semua kehidupan kita menjadi bukti nyata akan utamanya mengejar kerajaan Allah dan Allah berkarya di dunia ini dengan mengasingkan diri dari dunia dan masuk ke dalam keheningan dan kesendirian. Hendaknya kita menyadari bahwa kita membelakangi dan meninggalkan hal duniawi dan kemanusiawian kita dan mengejar kesempurnaan sejati akan kesatuan kepada Allah. Dunia kita tinggalkan namun dalam doa dan persembahan hidup kita, kita mengikutserahkan dunia dan jiwa-jiwa kepada Allah seraya kita persembahkan bakti hidup kita kepada Allah dengan penuh. Demikianlah hendaknya kita selalu berdoa bagi gereja, dunia, dan jiwa-jiwa yang membutuhkan doa. Namun jangan pernah terikat dan mau tergoda oleh kenikmatan dan kesemuan dunia dan manusiawi kita. Hendaknya kita melakukan ibadat harian penuh dalam 7[tujuh] waktu.mengikuti ibadat resmi gereja Katolik Roma yang sah dengan memakai tata ibadat bagi para rahip kontemplatif ketat. Kita memulai hari dengan ibadat mantinum pada tengah malam, dan melanjutkan dengan doa-doa kudus gereja dan semadi selama 1 jam. Pada pagi hari kita mulai dengan ibadat pagi dan dilanjuttkan dengan ketiga ibadat siang. Kita laksanakan ibadat sore setelah samadi 1 jam dan kita tutup dengan ibadat Completoriun. Bekerja sebagai karya tangan haruslah menjadi pendukung dalam hidup kita. Penyelenggaraan Ilahi Allah menjadi sandaran dan penyerahan diri dan hidup kita ke meja Tuhan. Baiklah kita bekerja kebun dan karya tangan sebagai bukti kita dalam memenuhi kebutuhan harian kita. Namun janganlah kita perna menyimpan harta sebagai sandaran dan keterjaminan hidup kita. Biarlah semua milik tanah dan bangunan serta keberadaannya menjadi milik gereja secara penuh. Kita adalah musafir dan perantau yang hanya sebentar di dunia ini. Dengan telanjang kita lahir dan masuk ke dunia ini dengan telanjang pula kita kembali kepangkuan Ibu pertiwi.
Biarlah dalam bekerja kita satukan bakti kita sebagai doa pula. Hendaknya dengan penuh cinta kasih dan memancarkan karya Allah ketika Orang-orang dating memohon bimbingan dan peneguhan hidup mereka. Bawalah Allah kepada orang-orang yang mencariNya. Namun pelayanan hidup kita kepada dunia dan gereja yang paling utama adalah doa. Dan demikianpun dalam menanggapi kehadiran orang lain ke dalam pertapaan untuk mohon bimbingan hendaknya hanyalah sebagai bentuk bahwa kita membawa mereka dalam doa-doa kita. Pelayanan kita bukanlah kerasulan dan karya pastoral, namun doa dan bimbingan rohani semata. Namun dalam hal ini harus disadari, seorang rahip eremit tidak keluar dari pertapaan untuk membuat karya dan melayani orang lain. Namun dalam sel pribadi kita tinggal berdoa dan di ruang tamulah kita menerima tamu. Jangan pernah menjadi kesombongan dalam membantu orang lain. Namun bawalah mereka yang membutuhkan kepada Allah dan sisanya terserah kepada Allah. Jangan terpaku dan terbebani dalam membantu orang lain karena bukan kita yang bekerja namun Karya Allah lah yang terjadi. Hendaknya kita tinngal dan hidup di sel yang disediakan.
Biarlah sel itu menjadi kemah kediaman sementara kita dan didalamnya kita mengejar dan menemukan persatuan mesra akan Allah. Tidak ada yang boleh masuk ke dalam sel selain Uskup dan orang yang diperkenankan olehnya masuk kedalam sel. Bbiarlah sel menjadi oase tempat kita berdiam dalam keterasingan hidup panggilan kita. Tidak ada boleh mengisi sel selain tikar sebagai alas tidur, bantal dan selimut seadanya, salip dan kitap suci serta penerang. Sel adalah ruang di mana padang gurun yang gersang dan dalamnya penjiarahan hidup kita terjadi. Ddiperkenankan buku jurnal hidup dan bacaan rohani di bawa kedalam sel. Namun tidak ada yang boleh memperkenankan dirinya memasukkan apapun kedalam sel karena itu akan mengundang godaan dan bujukan kenikmatan duniawi.
Hendaknyalah kita melakukan pantang dan puasa sebagai tambahan dan pomenuhan doa-doa kita. Para rahip sangat dipantangkan memakan daging selama hidup dalam kerahiban. Dan tambahkanlah pantang pribadi akan makanan sebagai tambahan untuk intensi Doa seumur hidup kita. Biarlah ini menjadi suka cita hidup kita sebagai persembahan bakti hidup doa kita. Setiap hari jumat dimulai dari kamis sebelum ibadat sore kita memulai puasa penuh sampai esok harinya setelah ibadat sore. Demikianlah kita hendak menyucikan diri , batin dan roh kita sebagai laku tapa. Pada kamis pertama dan jumat pertama awal bulan, hendaklah kita menghadiri Ekaristi sedapat mungkin sebagai wujud doa kita kepada sensara Kristus dan Hati Yesus yang Mahakudus. Hendaknya diadakan Rosario kepada Bunda Maria, Ibu kita dan kepada Kerahiman Ilahi pada jam-jam yang ditentukan. Haruslah kita doakan Doa 150 Bapa Kami sebagai warisan luhur para rahib awali. Yang dalamnya kita persembahkan Gereja, Dunia dan jiwa-jiwa yang membutuhkan doa. Ambillah waktu yang tepat untuk adorasi kepada Sakramen Mahakudus. Jika belum ada kapel dan Sakramen Mahakudus, hendaklah kita pergi ke gereja terdekat untuk melakukanny. Namun jika pertapaan telah ditaruhkan Sakramen Mahakudus secara resmi hendaknya diadakan penyembahan setiap hari dan samadi di hadapannya. Hendaknya kita mengenakan jubah kerahiban ke mana pun dan kapan pun ,di luar istirahat dan mandi. Jubah harian adalah 2 bagian. Jubah ibadat yakni satu jubah coklat bercup, satu skapulir coklat, ikat pinggang, rosario pinggang dan salib dada sedangkan jubah satunya lagi adalah jubah kerja yang terdiri dari jubah bercup abu-abu dan skapulir abu-abu, ikat pinggang dan salip dada. Pada ibadat Matutinum, Laudes, Vespere dan Copletorium dikenakan mantol besar kerahiban serta saat Ekaristi. Hendakyalah kita mencukur rambut dan mengenakan tonsura rahip penuh. Dan janganlah pernah mencukur jenggot bagi yang memilikinya biarlah kita tidak terlalu memperdulikan kecantikkan tubuh kita. Namun kecantikkan batin, hati dan Roh-lah yang paling utama. Dalam hal keluar dari pertapaan, hendaknya kita benar-benar sangat memperhatikan dan menjaga nilai luhur hidup eremit. Jika tidak sangat penting sekali, hendaknya tidak keluar dari prtapaan kecuali untuk menghadiri misa/ekaristi, pertemuan rutin bimbingan dan laporan rutin kekeuskupan. Jangan pernah menghadiri pertemuan atau acara pesta apapun kecuali atas seijin pembimbing atau Uskup.
Hendaklah kita memperhatikan tubuh dan diri ini.
Hendaknyalah kita menulis banyak renungan dan riwayat hidup kita. Kita menulis mengalaman akan Allah dan pengalaman akan dao kita. Biarlah ini menjadi pertinggal bagi orang lain agar darinya mereka menemukan mutiara yang benar-benar indah dari sebuah buku kisah seorang yang mencari dan menemukan Allah dalam doa dan keterasingan. Pengalaman pribadi adalah warta nyata bagi setiap generasi. Ddari semuanya ituhendaklah kita Rendah Hati dan penuh Cinta Kasih dalam melakukan hari-hari perziarahan hidup kita. Marilah kita mengejar kesucian dan kekudusan sebab kita semua dipanggil untuk menjadi kudus seperti Allah adalah kudus. Marilah melangkah kepuncak gunung kesempurnaan dan masuk ke kedalaman doa tertinggi. Dalamnya kita mau berseroh dengan Allah dan bersehadap dalamNya dalam kemurnian persembahan Hidup Bakti kerahiban kita.
Rahib Christian Amore
Tidak ada komentar:
Posting Komentar