Sabtu, 17 November 2018

AKU & LANGKAHKU: PANGGILAN



Dalam Nama-Mu Yang Teramat kudus dan bimbingan-Mu ya Allah ku mulai menulis aturan hidup suci pertapa eremit ini.

Sejak aku mengenal panggilan suci sebagai abdi suci-nya,  aku mencoba tetap mengarahkan rohku kepada-Nya. Banyak perbuatan Ilahi, sabda dan kehendak-Nya aku alami semasa aku masih kanak dan mudaku. Ia meminta aku untuk mengarahkan sepenuhnya hidupku hanya kepada Dia.
Aku tidak tahu kapan ini di mulai dan kapan semua ini terjadi. Aku hanya belajar mencintai dari segala kelemahan dan kemanusiawianku. Aku tak tahu apa yang Allah mau dan apa yang Allah akan kerjakan. Aku hanya melangkah dan belajar untuk mencintai Dia dalam kelemahanku. Mencintai itu sulit sekali dan lebih sulit lagi mengasihi Allah yang penuh misteri ini. Sendiri dan hening dalam keterasingan aku mencoba mengenal diri ini untuk sampai kepada mengenal akan Allah yang menciptakan aku. Kapan  semua ini terjadi, aku tidak tau. Cinta dan niat untuk lebih mengasihi Allah lewat pengasingan diri dalam keheningan ini dengan terus menerus belajar menjadi seorang pertapa eremit yang dalam kesendiriannya mempersembahkan hidupnya dalam doa sebagai persembahan yang hidup dan murni. Demikianlah aku melangkah dan mencoba menapaki semua ini selain Allah sebagai guru utama. Dengan mencoba menghidupi cara hidup para pertapa awal, aku meletakkan diriku di bawah kaki Allah. Dalam permenungan panjang aku merenung. Jiwa- jiwa di dunia ini dan yang berada di api penyucian membutuhkan doa dan matiraga suci, untuk menolong mereka untuk sampai kepada Allah. Manusia dapat berdoa untuk dirinya sendiri dan sesama serta untuk jiwa-jiwa yang telah meninggal dunia/yang berada di api penyucian namun jiwa-jiwa yang berada di api penyucian tidak dapat berdoa bagi jiwanya namun dapat berdoa bagi kita yang masih di dunni fana ini. Inilah yang menjadi dasar hidup dan persembahan total hidup bakti bagi mereka yang dengan tulus  iklas menjalankan panggilan suci sebagai pertapa. Allah berkata :”setiap orang yang mau mengikuti Aku , ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikuti Aku”. Penyangkalan total dan pengosongan jiwa dan roh serta batin sangat diperlukan untuk sampai kepada kesatuan mesra dengan Allah dan melakukan aturan Injil Suci yang adalah Sabda Allah kapada kita. Aku merasa rendah dan penuh peletakan sepenuhnya pada karya Penyelenggaraan Ilahi Allah dalam segala hal. Bagi siapa pun yang menjalankan aturan  suci hidup sebagai pertapa ini tanpa mengurangi dan merubah demi kesenangan dan keinginan manusiawi dan duniawinya, lebih melimpah-limpah rahmat tercurah dalam dirinya dan memperoleh hidup kekal serta membawa banyak jiwa kehadapan Allah pada akhirnya dari hidupnya dan semasa hidupnya. Amin....ya......Amin
 





Rahib Christian Amore                                                              

Tidak ada komentar:

Posting Komentar