Sabtu, 17 November 2018

PERTAPAAN & EREMITA: ATURAN HIDUP PERTAPA



ATURAN HIDUP PERTAPA
PERTAPAAN HEREMITES SANTO YOHANES PEMBAPTIS
DOLOK PARMONANGAN
Disusun oleh: Rahib Christian Amore
DOLOK PARMONANGAN-DOLOK PANRIBUAN
SUMATERA UTARA
INDONESIA
Pujian Kepada Allah

Datanglah ya Roh Maha Kudus , Roh Allah Bapa , Allah Putra, Allah Roh Kudus, terangi kegelapan batin ku agar aku dipenuhi oleh Roh-Mu, dalam menemukan kebenaran sejati dan kehendak murni Ilahi yang berasal sepenuhnya dari-Mu saja. Semoga Engkau membisikkan sabda-Mu atas aturan hidup Suci sebaga Pertapa ini. Biarlah kehendak-Mu yang tertulis dan terjadi agar semuanya benar dan baik. Semoga Kaulah yang berkuasa atas tubuh, batin, budi, jiwa dan terlebih atas roh-ku agar semuanya menjadi baik dan sempurna karna asalnya  adalah dari-Mu.
Terpujilah Engkau Allah Bapa
yang menjadikan asal dari semuanya yang ada dan menciptakan semuanya lewat Citra Ilahi-Mu.
Dalam diri Putra-Mu Yesus Kristus,                                                                                                                     Kau tunjukkan karya keselamatan-Mu walaupun kami berdosa.
Dan Roh Kudus penghibur
yang Kau utus menemani dan mendampingi kami agar tetap berjalan dalam terang Kasih-Mu menuju kehidupan Abadi.

Terpujilah dan
dimuliakanlah Engkau, ya Tritunggal Mahasuci pemberi segalanya yang baik lagi benar. Pangilan suci Kau tanam kan bagi kami putra –Mu, agar kami berkenan mengarahkan hati sepenuhnya  hanya kepada Wajah-Mu dan melakukan sembah, doa, tapa, matiraga dan silih kami untuk banyak jiwa yang sangat Kau cintai dan Kau tak ingin mereka satu pun binasa dari antaranya.
Terpujilah Kerubin dan Serafim, para Malaikat Agung dan malaikat surgawi, serta bala tentara kudus Allah.

Kehormatan Agung untukmu Bunda Maria Ratu Surgawi, Santo Yohannes Pembaptis, para Rasul dan bilangan para Kudus, para Martir, serta Perawan Suci dan Pertapa Suci dan seluruh penghuni Surga, yang lewat cara hidup-Mu dan dengannya kami mengikuti sembahan bakti hidup dan cara hidup suci Pertapa yang selalu tertuju pada Allah untuk menyembah dan melantunkan pujian, doa dan silih di hadapanNya
Amin…………………
...…Amin…….................……….Amin









Pembukaan

Dalam Nama-Mu Yang Teramat kudus dan bimbingan-Mu ya Allah ku mulai menulis aturan hidup suci pertapa eremit ini.

Sejak aku mengenal panggilan suci sebagai abdi suci-nya,  aku mencoba tetap mengarahkan rohku kepada-Nya. Banyak perbuatan Ilahi, sabda dan kehendak-Nya aku alami semasa aku masih kanak dan mudaku. Ia meminta aku untuk mengarahkan sepenuhnya hidupku hanya kepada Dia.
Aku tidak tahu kapan ini di mulai dan kapan semua ini terjadi. Aku hanya belajar mencintai dari segala kelemahan dan kemanusiawianku. Aku tak tahu apa yang Allah mau dan apa yang Allah akan kerjakan. Aku hanya melangkah dan belajar untuk mencintai Dia dalam kelemahanku. Mencintai itu sulit sekali dan lebih sulit lagi mengasihi Allah yang penuh misteri ini. Sendiri dan hening dalam keterasingan aku mencoba mengenal diri ini untuk sampai kepada mengenal akan Allah yang menciptakan aku. Kapan  semua ini terjadi, aku tidak tau. Cinta dan niat untuk lebih mengasihi Allah lewat pengasingan diri dalam keheningan ini dengan terus menerus belajar menjadi seorang pertapa eremit yang dalam kesendiriannya mempersembahkan hidupnya dalam doa sebagai persembahan yang hidup dan murni. Demikianlah aku melangkah dan mencoba menapaki semua ini selain Allah sebagai guru utama. Dengan mencoba menghidupi cara hidup para pertapa awal, aku meletakkan diriku di bawah kaki Allah. Dalam permenungan panjang aku merenung. Jiwa- jiwa di dunia ini dan yang berada di api penyucian membutuhkan doa dan matiraga suci, untuk menolong mereka untuk sampai kepada Allah. Manusia dapat berdoa untuk dirinya sendiri dan sesama serta untuk jiwa-jiwa yang telah meninggal dunia/yang berada di api penyucian namun jiwa-jiwa yang berada di api penyucian tidak dapat berdoa bagi jiwanya namun dapat berdoa bagi kita yang masih di dunni fana ini. Inilah yang menjadi dasar hidup dan persembahan total hidup bakti bagi mereka yang dengan tulus  iklas menjalankan panggilan suci sebagai pertapa. Allah berkata :”setiap orang yang mau mengikuti Aku , ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikuti Aku”. Penyangkalan total dan pengosongan jiwa dan roh serta batin sangat diperlukan untuk sampai kepada kesatuan mesra dengan Allah dan melakukan aturan Injil Suci yang adalah Sabda Allah kapada kita. Aku merasa rendah dan penuh peletakan sepenuhnya pada karya Penyelenggaraan Ilahi Allah dalam segala hal. Bagi siapa pun yang menjalankan aturan  suci hidup sebagai pertapa ini tanpa mengurangi dan merubah demi kesenangan dan keinginan manusiawi dan duniawinya, lebih melimpah-limpah rahmat tercurah dalam dirinya dan memperoleh hidup kekal serta membawa banyak jiwa kehadapan Allah pada akhirnya dari hidupnya dan semasa hidupnya. Amin....ya......Amin
 





Rahib Christian Amore                                                              

Riwayat Panggilan Awali

                                                                     

Kumulailah
kisah perjalanan hidupku :

Tepat tanggal 04 oktober 1985 pada
hari Jumat malam pukul 19.00WIB.
Lahirlah saya dari Ibu Ester Artauli br Hutapea dan Bapak Daram Sitohang yang menjadi anak laki-laki pertama setelah dua orang kaka saya.
Demikianlah perjalanan masa kecil yang penuh saya lalui dengan banyak hal. Saya dikenal sangat pendiam
dan pemalu. Sejak kecil hal rohani telah tumbuh dan sangat berkembang dalam diri saya dan keluarga. Bapak dulu mantan seminaris dan dari itu mungkin kami sangat didukung berkembang dalam hal menggereja. Banyak saya alami dan ikuti mulai dari asmika, natal bersama, rekoleksi dan retret ke Sinaksat, areka dan mesdinar. Sejak kecil hal devosi sudah ada dalam perjalanan rohani saya. Doa pribadi di ruang doa kecil (kamar yang saya buat tempat doa kecil), berosario dijalan kalau mau les. Dan banyak hal terjadi. Saya benar-benar hidup didalamnya sampai-sampai sejak saya SD, dalam hati saya tumbuh niat untuk tidak menikah dan mau menjadi persembahan murni kepada Allah. Demikianlah keinginan itu sangat kuat. Saat remaja menjadi masa keinginan itu semakin pesat berkembang. Saya menjadi mesdinar sekalian koster di gereja paroki. Saya masih ingat dalam diri saya ada rasa ingin selalu di gereja untuk mengabdi. Semua yang menjadi urusan gereja pasti saya utamakan. Semuanya berjalan dan berkembang sampai kepada saya masuk ke Seminari. Banyak hal yang terjadi dan banyak hal semakin menguatkan dan mematangkan hidup rohani saya. Rutinitas dan kegiatan di seminari semakin mematangkan hidup rohani saya. Devosi, meditasi pribadi, mempersembahkan bunga ke arca Bunda Maria setiap hari, doa silih di hadapan salip ( dikanan kapel), mendaraskan doa – doa mohon pengampunan untuk jiwa-jiwa di api penyucian (sampai – sampai saya mengalami pengalaman rohani yang mendalam),  memandang salib utama di kapel (saat – saat itu menjadi pengalaman rohani yang sangat mendalam, sampai mengalami kekedalaman doa saya) . Dan banyak hal lainnya terjadi. Semua terjadi dengan amat misteri. Panggilan dan hidup rohani yang dalamnya saya di bentuk menimbulkan keinginan untuk menjadi rahib / pendoa di salah satu biara kontemplatif. Sejak probatorium sampai poesis semester 1 saya memiliki keinginan masuk ke biara OCSO Rawaseneng.  Namun karena bapak meninggal dan ibu meminta agar saya tidak terlalu jauh, saya memilih menjadi seorang kapusin medan. Dalam perjalan waktu semuanya berjalan dan banyak hal yang terjadi. Saya sering diam – diam doa malam sendiri di kapel Postulat. Puasa, pantang  dan matirag  saya jalani terus sejak gramatika. Doa silih dan doa untuk jiwa – jiwa di api penyucian dan anak- anak yang di aborsi menjadi persembahan utama dalam doa dan hidupku. Semua sangat baik bagi hidup rohaniku namun mungkin tidak baik dalam hidup persaudaraan. Sering dan banyak sekali saya di anggap aneh dan terlalu rohani. Namun saya tidak pernah mau menghiraukannya karena hubunganku dengan Allah haruslah kujalani karena aku berjanji bahwa aku mau menjadi persembahan dan korban untuk jiwa – jiwa yang aku doakan. Selama di novisiat semuanya kujalani. Namun masa itu adalah masa paling berat dan tangtangan yang membutuhkan pengorbanan. Masa dimana doa, samadi dan matiragaku semakin teramat dalam. Banyak hal yang terjadi di luar jangkauan pemikiran dan daya manusiawiku. Namun aku tetap kembalikan semua saat ekaristi dan adorasi Sakramen Mahakudus. Dalam misteri panggilan hidup rohaniku aku harus di hadapkan pada pencurigaan dan pertanyaan –pertannyaan yang menyudutkan dan tidak yakin akan doa dan hidup rohaniku. Namun aku tetap teguh dan serahkan kepada belas kasih Bunda Maria dan pertolongan Malaikat Mikael. Sering aku menangis dan terharu di hadapan Sakaramen Mahakudus. ” Tuhan jika memang ini bukan bagianku dan membuat orang salah menilaiku, ambillah semua ini dan biarlah aku menjadi seorang manua biasa”. Dalam pergulatan batin dan permenungan rohani hanya ada satu kekuatanku yakni “ Dari salib-Mu, Kau panggil aku untuk menjadi persembahan dan korban untuk jiwa – jiwa malang ini, kepada salibMu, kusandarkan hidupku ya Tuhanku dan Allahku”. Inilah yang menguatkan diriku dalam menapaki hidupku. Sebelum mengundur diri dari novisiat, kecurigaan dan pertanyaan – pertanyaan yang tidak beralasan menjadi cambuk pembelajaranku. Namun darinya aku di teguhkan karena aku semakin sadar akan hidup yang kumasuki bukan banyak orang mengerti. Hidup dalam Allah dan menjalani kesatuan dengan Aallah adalah keanehan untuk manusia yang tidak pernah mengecap dan menyentuh hidup dalamnya. Namun saya tidak tinggal dalamnya. Saya mencoba setia walaupun penuh tangtangan sampai pada keputusan yang paling berat dan paling menguras air mata dalam doaku. “ Tuhan aku tidak berkehendak meninggalkanMu. Namun hidup ini bukan bagianku. Tunjukkanlah jalanMu kepadaku. Malam saat adorasi setelah berbicara dengan pimpinan, di  hadapan Sakramen Mahakudus, dibangku kedua dari belakang di sebelah kanan gereja tempat aku biasa duduk, dalam berlutut dan mataku terarah penuh pada Sakramen Mahakudus, aku menangis dan benar – benar   bergulat dalam batinku.”  Tuhan inikah jalanmu yang harus kulalui? “ dalam doa aku meneguhkan batin ku akan pilihan mengundur diri dari persaudaraan. Setahun kujalani di dunia luar untuk merenung akan panggilan hidup rohaniku. Aku mencoba mencari biara kontemplatif dan hendak mencoba kembali ke persaudaraan namun telah tertutup pintu atas diriku. Biara OCSO Rawaseneng sempat menjadi tujuanku. Namun saat merenung selama  3 bulan lebih di salah satu rumah di Marelan Medan aku memutuskan untuk menhadap bapak uskup untuk meminta ijin menjadi seorang rahip eremit. Dengan kenyakinan yang teguh namun tetap ada keraguan dari beberapa pihak saya memulai cara hidup rahip eremit di Parapat. Pilihan hidup ini berat dan penuh pergulatan roh. Namun atas bimbingan Roh Kudus  saya berani melangkah dan penuh kenyakinan menyatakan inilah cara hidup yang dikehendaki Allah atas diriku untuk menjadi persembahan dan korban yang murni kepada Allah untuk jiwa – jiwa di api penyucian dan anak – anak yang di aborsi. Ku memulai dari nol. Kujalani hidupku dalam kesendirian mulai dari Gua ke pondok kecil 3x3m dengan melakukan ibadat harian gereja dan melakukan semadi dan mati raga untuk doa – doa ku. Kujalani pantang daging sebagai seorang rahib dan kutambahkan dengan tidak memakan ikan dan telur sebagai pantangku untuk itensi doaku bagi jiwa – jiwa di api penyucian dan anak – anak yang diaborsi.
Demikianlah semua berjalan dan terus berjalan tampa menentukan sampai kapan semua ini
. Yang ada dalam hati ku hanyalah ”Aku ingin menjadi persembahan dan korban secara total kepada Allah“ dan tak ada yang lain.Demikianlah panggilan hidup rohani ini hadir dan tumbuh sampai saat ini .Biarlah dia tumbuh seperti pohon yang tidak harus dipaksa atau dibonsai, ia akan menjadi besar dan lebih besar dan kemudian ia menjadi Rahmat untuk semua.



                                                                 


Rahib  Christian Amore








Aturan Hidup Eremites



1.Panggilan Hidup Sebagai Eremit.

Dalam perjalanan panggilan hidup rohani,
setiap orang beriman harus menyadari akan cara hidup yang ia jalani. Banyak cara dan bentuk hidup dalam menanggapi panggilan Allah kepada kita untuk mengabdi kepadaNya. Allah memberi kebebasan penuh kepada kita dalam memilih cara dan bentuk hidup yang mau kita baktikan kepada Allah. Semuanya  berpusat kepada Allah dan di arahkan kepada Allah.
Gereja member ruang atas cara dan bentuk hidup bakti ini,
salah satunya adalah sebagai rahib/pertapa.Dalam gereja diakui ada 2 cara hidup rahip yakni senobit  yang adalah kumpulan dari beberapa rahip yang mengapdikan diri dalam satu komunitas dan aturan. Kemudian rahip eremit yakni rahip yang hidup sendiri di padang gurun atau hutan dalam  kesendiriannya ia mengabdikan hidupnya untuk Allah dalam doa ,tapa,dan matiraganya.Demikianlah, ketika kita menyadari panggilan itu tumbuh dalam diri kita, kita hendaknya menguji dan memurnikannya sampai benar-benar dengan penuh keyakinan kita memutuskan untuk beralih darei duniawi dan manusiawi kita dan meninggalkannya  untuk masuk dalam kesendirian dan keheningan.
Menjadi seorang
rahip eremit bukanlah sebuah panggilan yang gampang, Inilah cara hidup yang teramat sulit karena didalamnya kita bersandar hanya atas bimbingan Roh Kudus dalam mempersembahkan hidup kita ini sebagai persembahan dan korban kepada Allah, lewat doa, hidup samadi dan matiraga kita. Demikianlahketika seorang menyadari dan mau mencoba menjalani cara hidup ini hendaknya ia benar-benar diuji dan dimurnikan, dalam pendampingan dan bimbingan rohani, ia dibantu untuk memurnikan dan meneguhkan pilihan panggilan hidupnya. Jangan pernah melanmgkah satu langkah pun menjadi eremit jika ia bukan dengan akal sehat dan iman yang teguh memilih cara hidup in. Dan jangan jadikan cara hidup ini sebagai pelarian, karena kamu akan menjadi kerdil dan sengsara dalam menapaki hari-hari hidupmu.
Panggilan sebagai
eremit haruslah kita baktikan atas 5 [lima]  pondasi utama yakni doa, tapa, matiraga, silih dan yang terahir kesendirian dalam keheningan. Dan dalam semuanya itu terkandung ketiga keutamaan sejati yakni iman, harapan dan kasih. Jika didalam dirimu tidak ada satupun dari antara kelimanya maka cobalah murnikan panggilan itu kembali. Haruslah kita hidup dalam suka cita Ilahi dalam menjalani panggilan ini, karena dalamnya kita mau mempersembahkan yang terbaik dan terindah kepada Allah.
Biarlah
Penyelenggaraan Ilahi Allah menjadi sandaran hidup kita. Allah bersabda ”Carilah dahulu kerajaan Allah dan yang lain akan ditambahkan. Biarlah sepenuh-penuhnya hidup kita, kita arahkan kepada Allah. Sedekah dan derma dari umat adalah jalan kita memenuhi kebutuhan hidup. Biarlah kita melakukan karya tangan dan berkebun untuk memenuhi kebutuhan harian kita. Dan janganlah pernah membuat bahkan berniat membuat timbunan harta yang menjadi sokongan hidup. Biarlah kita sederhana dan ugahari tanpa harus memikirkan harta duniawi yang dapat hancur. Namun biarlah hati dan batin kita selalu mencari harta surgawi yang abadi. Demikianlah kita benar-benar hidup dalam kemiskinan yang teramat luhur agar kita tidak membuat hati kita pada harta namun mengarahkannya kepada Allah.

 2. Keutamaan Hidup Sebagai Eremit.

Dalam ke
taataanNya yang penuh Yesus Kristus mengajarkan kepada kita akan penyerahan diri secara total kepada Allah. Demikian jugalah kita meneladani ketaatan Yesus yang sempurna sampai ahir kepada Allah. Demikianpun saya dan kamu semua yang terpanggil dan memilih cara hidup rahip eremit ini hendaknyalah kita taat kepada Gereja Kudus sebagai kesatuan Tubuh Mistik Kristus dengan menundukkan ketaatan kita secara penuh kepada pemimpin tertinggi Gereja Kudus yakni Paus sebagai wakil Allah dan gembala umat serta kepada para wakilnya di mana kita berdiam yakni Uskup setempat. Kepada Gerja Kuduslah kita sandarkan hidup kita dan kedalam pangkuan mereka kita letakkan hidup kita yang penuh ketaatan sempurna seperti kita taat dan takut kepada Allah saja. Dan dari pada itu kita sepenuhnya melakukan tata ibadat dan liturgy Katolik Roma yang sah. Serta melakukan pola hidup para pertapa awal kristiani yang mempersembahkan hidupnya lewat panggilan ingin dipersatukan dan dipersunting kepada Mempelai Yesus Kristus lewat pemenuhan cara hidup seturut injil dalam doa dan keheningan serta hidup dalam keterasingan dan kesendirian .
Ketaaatan sempurna kepada wakil Allah di dunia dalam Kemurnian dan Tarak yang sempurna sebagai mempelai menantikan kekasihnya yakni kesatuan dalam kesempurnaan Yesus Krtistus dengan cara hidup yang Sederhana dan Ugahari menjalani hidup sebagai seorang rahip. Semoga hati dan batin kita terjaga dalam kemurnian agar hidup dan cara hidup kita benar-benar murni. Marilah kita menjaga agar dari mulut kita hanya keluar kata-kata yang baik dan jangan pernah keluar kata-kata kotor dan kebohongan dari padanya. Hendaklah mata kita terjaga dan mencari kehendak baik lagi benar akan Allah saja. Janganlah jiwa kita rusak dan cacat oleh karena pandangan yang salah. Dan semoga kita tidak terlalu ingin thau urusan orang lain dan mencampurinya agar pandangan kita jangan salah dalam menilai orang lain. Hati adalah tempat kita menimbang-nimbang segala yang akan kita putuskan
Biarlah hati selalu tinggal dalam kedamaian dan terus dilatih untuk menjadi semakin murni dalam kerendahan hati dan keugaharian rohani,
agar darinya kita menjadi seorang rahip yang murni di hadapan Allah. Janganlah kita merasa telah menjadi kudus dan suci dalam kesombongan dan rasa tinggi hati karena kita akan menjadi makanan dan tempat yang empuk tunggangan si setan. Jangan ada kepura-puraan dan jangan menyembunyikan kebohongan kepada bapa pengakuan ,agar kita hidup bebas dan ringan serta ceria dalam menjalani hidup panggilan sebagai seorang eremit.
Cinta kasih adalah dasar dan pondasi yang paling utama dalam hidup panggilan ini,
Bagaimna kita benar-benar mengasihi Allah jika kita tidak mengasihi diri kita dan sesama. Hendaklah kita mengejar cinta kasih Ilahi yang sempurna dan membagikannya kepada sesama dan jiwa-jiwa yang haus dan ragu akan kehadiran Allah. Biarlah cinta kasih kita tidak  terpusat pada diri dan barang duniawi namun kita arahkan sepenuh-penuhnya kepada Allah saja.  

3.
Harian Hidup Sebagai Eremit.

Biarlah hidup kita menjadi
doa yang hidup. Hal ini harus benar-benar kita sadari dan amalkan sebaik mungkin. Panggilan utama dan sejati kita adalah menghadirkan Karya Allah di dunia ini. Lewat doa, tapa, matiraga, silih dan kesendirian hidup sebagai eremit, kita mau menghadirkan dan menunjukkan kepada dunia bahwa kerajaan Allah berkarya di dunia .
Dari pada
nyalah hendaknya semua kehidupan kita menjadi bukti nyata akan utamanya mengejar kerajaan Allah dan Allah berkarya di dunia ini dengan mengasingkan diri dari dunia dan masuk ke dalam keheningan dan kesendirian. Hendaknya kita menyadari bahwa kita membelakangi dan meninggalkan hal duniawi dan kemanusiawian kita dan mengejar kesempurnaan sejati akan kesatuan kepada Allah. Dunia kita tinggalkan namun dalam doa dan persembahan hidup kita, kita mengikutserahkan dunia dan jiwa-jiwa kepada Allah seraya kita persembahkan bakti hidup kita kepada Allah dengan penuh. Demikianlah hendaknya kita selalu berdoa bagi gereja, dunia, dan jiwa-jiwa yang membutuhkan doa. Namun jangan pernah terikat dan mau tergoda oleh kenikmatan dan kesemuan dunia dan manusiawi kita. Hendaknya kita melakukan ibadat harian penuh dalam 7[tujuh] waktu.mengikuti ibadat resmi gereja Katolik Roma yang sah dengan memakai tata ibadat bagi para rahip kontemplatif ketat. Kita memulai hari dengan ibadat mantinum pada tengah malam, dan melanjutkan dengan doa-doa kudus gereja dan semadi selama 1 jam. Pada pagi hari kita mulai dengan ibadat pagi dan dilanjuttkan dengan ketiga ibadat siang. Kita laksanakan ibadat sore setelah samadi 1 jam dan kita tutup dengan ibadat Completoriun. Bekerja sebagai karya tangan haruslah menjadi pendukung dalam hidup kita. Penyelenggaraan Ilahi Allah menjadi sandaran dan penyerahan diri dan hidup kita ke meja Tuhan. Baiklah kita bekerja kebun dan karya tangan sebagai bukti kita dalam memenuhi kebutuhan harian kita. Namun janganlah kita perna menyimpan harta sebagai sandaran dan keterjaminan hidup kita. Biarlah semua milik tanah dan bangunan serta keberadaannya menjadi milik gereja secara penuh. Kita adalah musafir dan perantau yang hanya sebentar di dunia ini. Dengan telanjang kita lahir dan masuk ke dunia ini dengan telanjang pula kita kembali kepangkuan Ibu pertiwi.
Biarlah dalam bekerja kita satukan bakti kita sebagai
doa pula. Hendaknya dengan penuh cinta kasih dan memancarkan karya Allah ketika Orang-orang dating memohon bimbingan dan peneguhan hidup mereka. Bawalah Allah kepada orang-orang yang mencariNya. Namun pelayanan hidup kita kepada dunia dan gereja yang paling utama adalah doa. Dan demikianpun dalam menanggapi kehadiran orang lain ke dalam pertapaan untuk mohon bimbingan hendaknya hanyalah sebagai bentuk bahwa kita membawa mereka dalam doa-doa kita. Pelayanan kita bukanlah kerasulan dan karya pastoral, namun doa dan bimbingan rohani semata. Namun dalam hal ini harus disadari, seorang rahip eremit tidak keluar dari pertapaan untuk membuat karya dan melayani orang lain. Namun dalam sel pribadi kita tinggal berdoa dan di ruang tamulah kita menerima tamu. Jangan pernah menjadi kesombongan dalam membantu orang lain. Namun bawalah mereka yang membutuhkan kepada Allah dan sisanya terserah kepada Allah. Jangan terpaku dan terbebani dalam membantu orang lain karena bukan kita yang bekerja namun Karya Allah lah yang terjadi. Hendaknya kita tinngal dan hidup di sel yang disediakan.
Biarlah sel itu menjadi kemah kediaman sementara kita dan didalamnya kita mengejar dan menemukan persatuan mesra akan Allah.
Tidak ada yang boleh masuk ke dalam sel selain Uskup dan orang yang diperkenankan olehnya masuk kedalam sel. Bbiarlah sel menjadi oase tempat kita berdiam dalam keterasingan hidup panggilan kita. Tidak ada boleh mengisi sel selain tikar sebagai alas tidur, bantal dan selimut seadanya, salip dan kitap suci serta penerang. Sel adalah ruang di mana padang gurun yang gersang dan dalamnya penjiarahan hidup kita terjadi. Ddiperkenankan buku jurnal hidup dan bacaan rohani di bawa kedalam sel. Namun tidak ada yang boleh memperkenankan dirinya memasukkan apapun kedalam sel karena itu akan mengundang godaan dan bujukan kenikmatan duniawi.
Hendaknyalah kita melakukan pantang dan puasa sebagai tambahan dan pomenuhan doa-doa kita
. Para rahip sangat dipantangkan memakan daging selama hidup dalam kerahiban. Dan tambahkanlah pantang pribadi akan makanan sebagai tambahan untuk intensi Doa seumur hidup kita. Biarlah ini menjadi suka cita hidup kita sebagai persembahan bakti hidup doa kita. Setiap hari jumat dimulai dari kamis sebelum ibadat sore kita memulai puasa penuh sampai esok harinya setelah ibadat sore. Demikianlah kita hendak menyucikan diri , batin dan roh kita sebagai laku tapa. Pada kamis pertama dan jumat pertama awal bulan, hendaklah kita menghadiri Ekaristi sedapat mungkin sebagai wujud doa kita kepada sensara Kristus dan Hati Yesus yang Mahakudus. Hendaknya diadakan Rosario kepada Bunda Maria, Ibu kita dan kepada Kerahiman Ilahi pada jam-jam yang ditentukan. Haruslah kita doakan Doa 150 Bapa Kami sebagai warisan luhur para rahib awali. Yang dalamnya kita persembahkan Gereja, Dunia dan jiwa-jiwa yang membutuhkan doa. Ambillah waktu yang tepat untuk adorasi kepada Sakramen Mahakudus. Jika belum ada kapel dan Sakramen Mahakudus, hendaklah kita pergi ke gereja terdekat untuk melakukanny. Namun jika pertapaan telah ditaruhkan Sakramen Mahakudus secara resmi hendaknya diadakan penyembahan setiap hari dan samadi di hadapannya. Hendaknya kita mengenakan jubah kerahiban ke mana pun dan kapan pun ,di luar istirahat dan mandi. Jubah harian adalah 2 bagian. Jubah ibadat yakni satu jubah coklat bercup, satu skapulir coklat, ikat pinggang, rosario pinggang dan salib dada sedangkan jubah satunya lagi adalah jubah kerja yang terdiri dari jubah bercup abu-abu dan skapulir abu-abu, ikat pinggang dan salip dada. Pada ibadat Matutinum, Laudes, Vespere dan Copletorium dikenakan mantol besar kerahiban serta saat Ekaristi. Hendakyalah kita mencukur rambut dan mengenakan tonsura rahip penuh. Dan janganlah pernah mencukur jenggot bagi yang memilikinya biarlah kita tidak terlalu memperdulikan kecantikkan tubuh kita. Namun kecantikkan batin, hati dan Roh-lah yang paling utama. Dalam hal keluar dari pertapaan, hendaknya kita benar-benar  sangat memperhatikan dan menjaga nilai luhur hidup eremit. Jika tidak sangat penting sekali, hendaknya tidak keluar dari prtapaan kecuali untuk menghadiri misa/ekaristi, pertemuan rutin bimbingan dan laporan rutin kekeuskupan. Jangan pernah menghadiri pertemuan atau acara pesta apapun kecuali atas seijin pembimbing atau Uskup.
Hendaklah kita memperhatikan tubuh dan diri ini.
Dia adalah teman perjiarahan ini. Marilah menjaga kesehatannya, karena semakin kita sehat semakin baiklah kita berdoa. Jagalah kesehatan tubuh, pikiran, hati dan batin, agar roh kita benar-benar sehat. Kesehatan adalah ibadah karena kita memelihara karya Allah,karena dari padanya kita dapat menjalankan penjiarahan hidup kita dan membawa banyak jiwa kepada Allah,karena daripadanya kita dapat menjalankan pejiarahan hidup kita dan membawa banyak jiwa kepada Allah. Namun  jika kita sakit hendaknya sedapat mungkin memakai obat-obattan alami namun jika memerlukan lebih kita bisa dirawat di rumah sakit. Dalam hal sakit, pantang di bebaskan jika pihak medis menyarankan lain demi kesehatan, namun setelah sehat betul maka kita kembali ke hidup kerahiban.
Hendaknyalah kita menulis banyak renungan dan riwayat hidup kita. Kita menulis mengalaman akan Allah dan pengalaman akan dao kita. Biarlah ini menjadi pertinggal bagi orang lain agar darinya mereka menemukan mutiara yang benar-benar indah dari sebuah buku kisah seorang yang mencari dan menemukan Allah dalam doa dan keterasingan. Pengalaman pribadi adalah warta nyata bagi setiap generasi. Ddari semuanya ituhendaklah kita Rendah Hati dan penuh Cinta Kasih dalam melakukan hari-hari perziarahan hidup kita. Marilah kita mengejar kesucian dan kekudusan sebab kita semua dipanggil untuk menjadi kudus seperti Allah adalah kudus. Marilah melangkah kepuncak gunung kesempurnaan dan masuk ke kedalaman doa tertinggi. Dalamnya kita mau berseroh dengan Allah dan bersehadap dalamNya dalam kemurnian persembahan Hidup Bakti kerahiban kita.

4.Berkat dari Allah Bagi Mereka yang Setia Sampai Ahir.

Roh Allah Bapa,
Putra dan Roh Kudus, Trtunggal Mahakudus, penuhilah hati kami dengan rahmatMu. Kami persembahkan hidup dan bakti kami kehadapanMu. Persatukanlah kami dengan kurban Kristus yang tersalib agar kami disempurnakan olehnya. Bersamamu ya ibu Maria, Perawan yang teramat terberkati, bentangkanlah mantolmu atas kami agar kami menerima teladanmu sebagai abdi yang setia dan bersama para malaikat, malaikat Agung, para kudus di surga, para perawan dan pertapa suci doakanlah kami pada Allah agar kami dimahkotai kesucian dan kekudusan dalam kemuliaan Abadi di Surga. Amin……Amin…..ya Amin.

Marilah kita melaksanakan kehendak Allah sebulat Hati dan dari
padaNya Allah akan melimpahkan Rahmat kepada mereka yang setia dan dengan bertekun dalam segala ancaman dan godaan yang mengoyahkan. Tundukkanlah kepala sebagai tanda keberdosaan dan kerendahan hati, namun angkatlah hati dan batin memandang wajah Allah dan Roh kita selalu Berdoa dalam bimbingan Roh Kudus dan kenankanlah pakaian kesucian dan temeng tapa dan sama di dalam Doa Agar kita didapati dalam keadaan siap dan jaga menantikan mempelai Kristus dan ganjaran melimpah ada dari padaNya. Amin..Amin...ya Amin.

                                        
             
Rahib Christian Amore


                                           Prakata


Dalam Nama-M
u yang teramat kudus ya Yesus Kristus dan Bimbingan Roh kudus yang dicurahkan bagi kita, Ya Allah yang Mahakuasa, kumulai menulis aturan hidup suci bagi para pertapa.

Sejak aku mengenal panggilan suci sebagai
abdi suci-Nya, aku mencoba tetap mengarahkan rohku KepadaNya. Banyak perbuatan Ilahi, sabda dan kehendakNya aku alami semasa masih kanak dan muda ku. Allah memintaku untuk mengarahkan sepenuhnya hidupku hanya kepada Dia.
Jiwa-jiwa didunia dan yang telah meninggal membutuhkan doa dan matiraga suci untuk menolong mereka sampai kepada Allah. Demikianlah kita dipanggil untuk mempersembahkan diri kita dalam hidup  dan cara hidup sebagai pertapa/rahib.
Mempersembahkan
hidup dalam doa, laku tapa, matiraga, silih dalam keheningan dan kesendirian dengan seturut injil suci.
Inilah yang menjadi dasar hidup dan persembahan total hidup bakti bagi mereka yang berkenan menjadi pertapa suci.
Allah
bersabda :”Setiap orang yang mau mengikuti Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikuti Aku.”
Panggilan total dan pengosongan jiwa,
roh dan batin sangat diperlukan untuk sampai pada kesatuan mesra dengan Allah dan melakukan aturan seturut injilsSuci yang adalah sabda Allah kepada kita.
Saya merasa rendah dan penuh peletakan sepenuhnya pada karya Penyelenggaraan Ilahi Allah dalam segalah hal.
Bagi siapa pun yang menjalani aturan suci hidup sebagai
pertapa ini  tanpa mengurangi dan merubah demi kesenangan dan keinginan manusiawi dan duniawinya, lebih melimpah-limpah rahmat tercurah dalam dirinya dan memperoleh hidup kekal serta membawa banyak jiwa ke hadapan Allah pada ahir hidupnya dan semasa hidupnya. Amin…….Amin…….Ya  Amin.

                                                                                                           



                                                                                              

Rahip Christian Amore
















Pola  hidup  dan  cara hidup kita adalah melangkah pada anak tangga kesempurnaan. Dengan  penuh cinta kasih kita mau dilebur dan dibentuk seturut misteri hidup seorang pertapa. Yang  mana ia  melangkah menuju kelepasan manusiawinya  menuju manusia  Ilahinya.
Marilah melanglah dengan  belajar di sekolah doa dan cinta kasih ini. Kita  belajar untuk menjadi kudus karena Allah  sendiri mengundang kita menjadi kudus, karena Allah  sendiri adalah  kudus.
Lima pola hidup dan tangga pembelajaran kita sebagai pertapa :
·                    Vita Prima
Panggilan  awali. Hidup yang pertama bahwa semuanya baik dan Allah menghembuskan nafas hidup kepada manusia. Ketika kita mau melangkah kepada kehendak untuk hidup kudus inilah yang disebut Vita Prima yakni kehidupan yang utama.
·                     Via Meditatio
Jalan merenungkan . Dua hal ini ada dalam aturan pertapaan. Dan aturan ini adalah langkah-langkah  menuju kepada tahap selanjutnya. Dalam hal ini merenung adalah  melebur hidup kita yang meninggalkan hal duniawi dan manusiawi kepada misteri keserohan dengan Allah.
·                    Via Misterio  Contemplatio
Jalan misteri kontemplasi. Jalan ini bukan lagi merenung  namun kita sudah hidup dalam kasih dengan melepas secara total. Dan dari itu kita melangkah untuk sampai kepada kekosongan agar Allah saja yang mengisi.

·                    Via Prima
Jalan yang utama adalah jalan kesatuan mesra antara kita kepada Allah dalam ikatan Ilahi. Bersehadap adalah kontemplasi tertinggi dalam doa karena kita bukan memikirkan, merenungkan dan menggambarkan Allah namun mengalami pengalaman akan Allah dari kekosongan total yang dirahmati Allah.
·                    Via Libera in experia Dei
Jalan kelepasan dalam pengalaman akan Allah.
Seteleh para murid mengalami kontemplasi di gunung Tabor mereka diminta oleh Yesus untuk turun dari gunung dan berkarya,

Inilah pola hidup dan langkah tangga jalan kekudusan.
Aturan hidup ini hanya membimbing kita kepada kekudusan yang sejati dan sempurna.










TATA ACARA HIDUP

Hari Biasa

23.45
:
Bangun Pagi (Persiapan batin) “Silentium”
24.00 – 02.00
:
Doa Pembukaan hari, silih, penyerahan diri, Matatinum
02.00 – 05.00
:
Meditasi, Lectio Divina, Rosario 150 Doa Bapa Kami
05.00 -- 06.00
:
Renungan, Luades
06.00 – 07.00
:
Serapan pagi, Kerja pagi “silentium”
07.00 – 07.30
:
Ibadat Tertsia
08.00 – 11.00
:
Kerja tangan dan karya “ silentium”
11.00 – 11.45
:
Istirahat, Persiapan makan siang, makan siang
11.45 – 12.30
:
Ibadat Sexta
12.30 – 13.30
:
Istirahat/ “silentium magnum”
13.30 – 14.30
:
Kerja tangan dan karya “ silentium”
14.30 – 15.30
:
Ibadat Nona dan Rosario Kerahiman Ilahi
15.30 – 17.45
:
Kegiatan Pribadi, tulisan rohani dan Rosario Maria
17.45 – 19.00
:
Ibadat Vespere dan Meditasi
19.0019.30
:
Completorium dan penutupan hari
19.45
:
Tidur “Silentium Magnum”

Hari Mingggu Dan Hari Raya Gereja
23.45
:
Bangun Pagi (Persiapan batin) “Silentium”
24.00 – 02.00
:
Doa Pembukaan hari, silih, penyerahan diri, Matatinum
02.00 – 05.00
:
Meditasi, Lectio Divina, Rosario 150 Doa Bapa Kami
05.00 -- 06.00
:
Renungan, Luades
06.00 – 07.00
:
Serapan pagi, Persiapan ke gereja
08.00 – 11.30
:
Misa ke Parapat


Kembali dari Parapat
11.00 – 11.45
:
Istirahat, Persiapan makan siang, makan siang
11.45 – 12.30
:
Ibadat Sexta
12.30 – 13.30
:
Istirahat/ “silentium magnum”


Kegiatan pribadi
14.30 – 15.30
:
Ibadat Nona dan Rosario Kerahiman Ilahi
15.30 – 17.45
:
Kegiatan Pribadi, tulisan rohani dan Rosario Maria
17.45 – 19.00
:
Ibadat Vespere dan Meditasi
19.0019.30
:
Completorium dan penutupan hari
19.45
:
Tidur “Silentium Magnum”
Berani melangkah dalam cinta dan kasih.
Vita  Prima


I.                  Apakah Saya Terpanggil ?

Setiap orang terpanggil untuk menjadi kudus. Berilah waktu selama tiga bulan kepada setiap orang yang dalam pencarian dan keraguan serta pertimbangan dalam menentukan tanggapan hati dan imannya untuk meneguhkan panggilannya untuk menjadi seorang pertapa. Panggilan untuk tinggal dalam doa sepenuh-penuhnya adalah panggilan khusus.

II.               Pendampingan Dan Bimbingan

Biarlah ia didampingi oleh seorang pertapa yang dianggap saleh untuk menemaninya dalam berbincang-bincang dan bimbingan rohani. Dalam satu bulan pertama dia diberi pembekalan  apakah itu panggilan sebagai pertapa, seraya mengikuti kegiatan pertapann di rumah tamu.  Pada bulan yang kedua, ia harus diberi bimbingan untuk lebih mengendapi  akan panggilan Allah pada dirinya. Dan pada bulan ketiga saudara calon pemula diperkenenkan masuk ke clausura para pertapa untuk mengalami seraya mempertimbangkan apakah benar itu dipanggil dalam cara hidup ini. Namun tidak ada keharusan dia melakukan rutinitas dan aturan hidup pertapan. Namun dalam hal ibadat, puasa, pantang dan hari eremites saudara tersebut tetap harus mengikuti aturan pertapaan.
Selama masa di akhir bulan dalam clausura ia tinggal dipondok persiapan. Dan sangat pantang ia masuk ke pondok pertapa lain dan berkomunikasi denga pertapa lain selain pendampingnya. Jika ia yakin dalam keteguhan iman menjalani cara hidup pertapa ini maka hendaknya ia dihadapkan kepada Bapa untuk bimbingan dan menyatakan niatnya.

III.           Menyatakan Akan Mati Atas Dunia Dan Dirinya

Setelah masa tiga bulan diperkenankan ia kembali ketengah keluarga selama sebulan paling lama dan dua minggu paling sedikit untuk menimbang kembali panggilannya, seraya mempersiapkan surat-suratnya.
Dan jika ia teguh dalam menjawab panggilan Allah kuat cara hidup pertapaan ini maka ia harus menyatakannya di hadapan para pertapa dan Bapa pada ibadat tertsia di hari yang ditentukan dan sebelum Bapa menerimanya, para pertapa dan semua yang hadir memanjatkan doa kepada Roh Kudus agar Allah berkarya dalam keteguhan niatnya untuk menjadi abdi.  Dan setelah itu diadakan pembasuhan kaki sebagai lambang penyucian atas manusia dan dunia lama yang akan ia tinggalkan. Setelah Bapa membasuhnya dan mencium kakinya  sebagai lambang cinta kasih penerimaan dan permenungan akan betapa misterinya Allah berkarya memanggil manusia dalam cara hidup tapa. Semua pertapa ikut serta dalam mencium kaki saudara tersebut.



IV.           Penyerahan Jubah

Setelah itu diadakan penyerahan jubah abu-abu bercup, skapulir abu-abu, dan ikat pinggang kain.Namun sebelum sudah dipotong rambutnya semi botak untuk tanda kelepasannya akan manusiawinya.

V.               Masa Permulaan

Diberikan waktu satu tahun kepadanya untuk meneguhkan niatnya untuk menjadi pertapa.  Ia sedapat mungkin melaksanakan aturan pertapaan namun tidak dibebani secara penuh akan aturan hidup pertapaan secara formal Via Meditatio.
Dalam masa ini  dia didampingi seorang pertapa yang ditugaskan mendampinginya.  Selama masa persiapan ini hendaknya dia dilatih dan diajari cara hidup, pola hidup, ibadat, pantang dan doa atau samadi.  Demilianlah halnya Ia pelan-pelan dalam sekolah rohani ini meyakinkan diri akan pangilan hidupnya.

VI.           Pemurnian

Murnikanlah Ia sedapat mungkin.  Biarlah ia menemukan apa yang ia cari, biarlah ia berjumpa kepada apa yang ia kejar.  Sebatas bimbingan dan pembicaraan peneguhan dibantu.  Paling sedikit pada masa ini Ia pernah bimbingan kepada Bapa. Biarlah ia melakukan doa dan samadi sedapat mungkin untuk memurnikan panggilannya.  Dalam enam bulan terakhir Ia harus deberikan membaca aturan hidup pertapaan, pembelajaran tentang ibadat dan mazmur serta pembelajaran hidup doa dan samadi.


VII.        Melangkah Mengejar  Kesempurnaan Doa

Jika saudara dengan penuh keyakinan dan matang  akan panggilannya untuk mengejar kesempurnaan doa dengan cara dan pola hidup ini maka Ia  menghadap kepada Bapa untuk menyatakan niatnya untuk mengikuti cara hidup ini. Maka diperkenankanlah Ia menjalani masa permenungan khusus selama sebulan penuh untuk memasuki masa pertapa awali. Hendaknya ia dibimbing dan dimurnikan apakah ia benar-benar terpanggil untuk cara hidup ini.
















Aturan Hidup Pertapa
Via Meditatio


Mulailah cara hidup suci pertapa dengan penuh cinta di hadapan Allah dan hanya takut PadaNya untuk memperoleh hidup yang kekal dan membawa banyak jiwa ke hadapanNya:


I. Panggilan Suci Sebagai Pertapa.

Panggilan sucisebagai
pertapa atau rahib adalah panggilan untuk menyerahkan diri sepenuhnya pada kehendak Allah dengan melakukan nasihat injil suci dan meninggalkan dunia dan masuk kepada keheningan doa dalam batin, yang membuat jiwa dan roh kita selalu terarah hanya kepada wajah Allah . Seperti kalangan para malaikat dan orang-orang kudus di surga yasng selalu menyembah dan menghanturkan puji-pujian dan Doa sambil memandang wajah Allah. Para Pertapa harus berani membelakangi dunia dan meninggalkan segala daya tarik dan daya pikatnya sehingga mampu mengosongkan diri dan meninggalkan kemanusiawiannya dan keduniawiaannya agar ia mampu memurnikan, menyucikan dan menguduskan tubu, jiwa, batin, hati dan rohnya sendiri agar Allah dapat tinggal dan hadir di dalam kemah Suci dalam hatinya.
Tidak ada tujuan utama dan paling luhur dari pada Pertapa selain mempersembahkan diri sepenuhnya kepada Allah dalam
doa, laku tapa, matiraga, silih dalam keheningan dan kesendirian seturut nasehat Injil suci untuk menjadi kurban persembahan  yang hidup dalam hidup dan cara hidupnya serta untuk membawa banyak jiwa yang membutuhkan doa agar sampai kepada keselamatan Allah.
Bunda Maria yang teramat terberkati adalah ibu kaum perawan dan pertapa yang dari padanya kita mengikuti teladannya melakukan kehendak dan karya Allah dalam keheningannya. Ia menyimpannya dan merenungkannya dalam hati dan ia berserah sepenuhnya pada kehendak Allah saja yakni  “terjadilah padaku menurut perkataan-mu.”  Demikianlah kita dipanggil kepada keheningan untuk merenungkan sabda Allah agar kita dapat mengalami pengalaman akan Allah. Lewat Doa-doa kudus ibu Maria, kita mohonkan agar kita dalam lindungan mantol cinta kasih dan kerendahan hatinya selalu. Dan bersama Bapa Yohannes Pembaptis yang menjadi cermin spiritualitas dan gambaran pertapa awal yang mengasingkan diri kepada keheningan untuk selalu memohonkan agar Allah berkarya dalam dirinya dan itu memberi gambaran peziarahan suci hidup bagi kita yakni mempersiapkan jalan bagi keselamatan Allah “….persiapkanlah jalan untuk tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya ,setiap lembah akan di timbun dan setiap gunung dan bukit akan menjadi rata, yang berliku-liku akan diluruskan, yang bertekuk-lutut akan diratakan dan semua orang-orang akan melihat keselamatan yang dari Allah.”
Bapa Yusuf yang terberkati menjadi gambaran umat beriman yang dalam diamnya melakukan kehendak Allah. Ia tidak banyak berbicara namun ia tetap mengambil bagian dalam karya Allah dalam keheningan, kesederhanaan dan ketaatannya pada kehendak Allah.
Marilah, dengan banyak dan lebih banyak berdoa agar Allah hadir dan keselamatan itu tercurah bagi gereja,
dunia dan jiwa-jiwa yang sangat membutuhkannya.
Para pertapa hendaknya memandang daya Ilahi yang ada di
dalam dirinya yang telah diberikan sejak awal hidupnya. Dengan Manusia Ilahi itulah ia akan menghadap Allah dan dengan itu pula ia mencapai kesiapan untuk datang kehadapan Allah.
Penyangkalan diri dan pengasingan  diri adalah jalan kematian kita akan manusia lama dan duniawi kita agar kita memperoleh kembali pesona Rahmat Ilahi Allah yang telah lama kita tinggalkan.
Panggilan s
uci hidup sebagai pertapa membawa kita kepada tobat yang selalu dan berulang tampa henti dengan inilah kita memanggul salib kita. Memanggul dengan tobat setiap saatnya. Dengan tobat ini pula jiwa kita dimurnikan dan dikuduskan setiap saatnya dan juga banyak jiwa kita ikut sertakan juga, agar kita mengalami karya keselamatan yang Allah janjikan.
Doa adalah dasar dan tiang utama yang menopang segalanya. Biarlah kita tetap menjaga pelita kita tetap menyala sampai mempelai Agung yakni Yesus Kristus datang mempersunting kita dan kita menjadi
Gereja yang berdoa tak kunjung henti, laku tapa, matiraga, penyanggkalan diri, tobat dan silih adalah landasan hidup kita dalam panggilan sebagai pertapa.
Dalam keheningan dan keterasingan/kesendirian,
kita manjadikan kemah hidup kita benar-benar tempat persatuan mesra antara kita dan Allah saja. Keheningan membawa kita pada mendengar sabda Allah dan dalam keterasingan/kesendirian kita hanya memilih Allah satu-satunya tujuan panggilan hidup kita sebagai pertapa.

Bawalah tubuhmu ke dalam keheningan yang murni agar ia menemukan manusia ilahi itu dan berusahalah untuk menyucikan manusia lama kita dengan tobat yang sejati agar cahaya Ilahi Allah yang terpancar dari manusia Ilahi kita menerangi dunia ini. Seperti surga yang tak membutuhkan cahaya lagi karena Allah menerangi seluruhnya.
Untuk mencapai semua ini  perlu pengosongan diri dan meninggalkan dunia dan segala kenikmatannya untuk memandang wajah Allah.Dan yang paling utama adalah Rahmat Allah saja yang memampukan kita melangkah dalam penjiarahan suci ini.
Karena Allah berkarya dan Allah pula menyelesaikannya. Temukanlah Dia dalam keheningan Agung dalam inti batiniah kita.


II. Model Hidup Pertapa.

Tinggal dalam keheningan dan kesendirian  adalah jalan hidup kita yang dalamnya kita mengambil model
eremit yang adalah cara hidup sendiri-sendiri. Dalam hal ini kita tinggal dalam sel secara sendiri-sendiri hanya ibadat, makan, dan doa-doa kebersamaan saja kita bertemu, selainnya kita tinggal, kerja
dan hidup secara sendiri-sendir
i. Hendaknyalah kita menjaga Silentium Magnum dalam hal-hal harian hidup kita. Cara hidup yang kita ambil adalah kontemplasi Ketat. Tidak ada komunikasi dengan dunia luar, doa, laku tapa, matiraga, silih, keheningan dan kesendirian adalah hal-hal yang penting dan utama kita jalani. ”Biarlah aku semakin kecil dan Dia semakin besar”, inilah iman yang sangat murni, karena Allah menuntun ia pada pengosongan diri yang sempurna.
Carilah dan raihlah semuanya itu hanya semata-mata karena Allah dan tertuju kepada Allah.
Firman telah tinggal dan berdiam sejak semula pada diri kita dan cahayanya sangat terang. Dengan hidup suci  dan mengasingkan diri dari dunia ini kita mau masuk dalam keheningan yang  agung untuk melatih diri kembali  dan berbalik dari segala kelekatan dan ketertarikkan kita akan dunia dan dengan pelan-pelan serta terus-menerus mengarahkan diri dalam doa dan tapa, agar cahaya yang mulai redup dan hamper padam itu kembali  bercahaya terang-benderang dan kita menjadi firman yang hidup di tengah-tengah dunia ini.Sebagai sahabat dari Mempelai sendiri  kita harus dipenuhi suka cita yang  penuh karena firman tentang Dia telah hidup dan bercahaya dalam diri kita.
Cara hidup inilah yang terus menerus mengingatkan kita. Dalam keheningan dan kesendirian, kita menarik diri dari keramaian dunia, Kita menyendirikan batin, hati dan roh, agar jiwa dan badan kita terlatih dan dapat menjadi manusia pendoa dan manusia pilihan Allah yang menyerahkan diri sepenuh –penuhnya sebagai korban dan persembahan yang suci dan murni kepada Allah saja.
Tiada seorang pun yang langsung mencapai puncak gunu
ng , namun ia terus mendaki dari mulai kaki gunung dan melewati segala halangan dan rintangan kesetiaan untuk tetap kembali kepada doa dan tobat yang sejati secara terus menerus walaupun kita mengalamike gelapan dan kekeringan serta perasaan hampa dan sia-sia agar kita sampai pada puncak dan menjadi pemenang rohani. Allah tinggal di gunung-Nya yang suci, ”Bilakah aku diam di kemah Mu yang suci?”

Dunia tidak memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan akan panggilan yang suci dan kudus ini.
Karena ini membutuhkan jawaban lansung dari Allah. Panggilan dan cara hidup sebagai pertapa suci ini berasal dari Allah. Allah yang berkarya dan merahmatinya dan Dia juga yang menyelesaikannya.
Kita hanya membuka diri dan mengkosongkannya agar Allah mengisi dan berkuasa atas kita sepenuhnya.
Maka hendaklah karya Allah sepenuhnya terjadi pada kita. Ingatlah dan lakukanlah dengan penuh kesadaran yang murni akan apa yang diminta
oleh Yesus agar kita benar menjadi Abdi-Nya yang setia.
”Setiap orang yang mau mengikuti Aku, ia harus menyangkal dirinya memanggul salib-Nya setiap hari dan mengikuti Aku.. “Juallah harta milikmu dan ikutilah Aku”
Hendaknyalah dalam menanggapi panggilan sebagai
pertapa eremit ini kita harus mengambil keputusan dalam kematangan pemikiran, sehat jasmani dan rohani serta penuh iman memutuskannya. Menjadi Abdi sucinya yang adalah kurban hidup bagi-Nya, menunjukkan kepada kita bahwa kita pun harus berkurban setiap hari dan tetap merenungkan sengsara dan jalan salib-Nya, agar kita dikuatkan dan berdasar pada Allah.
Janganlah hidup kita dipenuhi kemuraman,
umpatan dan sungut-sungut, namun tetaplah setia dalam doa dan kembali kepada keheningan Agung untuk menimba kekuatan dari Allah.
“Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh kebelakang,
tidak layak untuk kerajaan Allah.”

III.Bapa Bagi Para Pertapa.

“Akulah Gembala yang baik “
sabda Yesus. Gembala yang baik tidak meninggalkan domba gembalanya dikala musuh datang . Jadilah Bapa yang penuh cinta kasih dan rendah hati, hendaklah keemnpat hal ini menjadi dasar untuk memilih seorang Bapa bagi semua pertapa. Dia yang adalah Bapa bagi pertapa member dan memperhatikan semua anak-anaknya. Ia bukanlah hanya memikirkan hal jasmani namun hal kerohanian merupakan perhatian penting baginya untuk membawa anak-anak kepada hidup kesempurnaan sejati. Dia yang adalah Gembala bagi pertapa menuntun kepada jalan kebenaran Injili
dan mengembalakan mereka ke
padang kontemplasi tertinggi. Biarlah ia menjadi pembimbing dikala mengalami goncangan  dan kehampaan. Biarlah ia menjadi pembalut dalam rasa susah dan sakitnya menjalani panggilan ini. Biarlah ia Mencari dan menghantar kembali kejalan yang benar para Pertapa yang mulai meninggalkan hidup tapanya. Dia adalah orang yang penuh cinta kasih dalam berbuat, bertutur kata dan menanggapi segala persoalan yang datang . Dia adalah orang yang rendah hati dan bukan mengangap diri sebagai pemimpin dalam kuasa otoriternya. Kerendahan hati seorang Bapa lagi Gembala yang baik akan membawa banyak pertapa menuju kesucian Rohani.
Saya mengatakan dengan tegas kepada kamu yang diangkat menjadi Bapa
atas semua pertapa, tugas yang kamu terima bukan meninggikan tingkatan atau taraf kuasamu, namun kamu harus merendahkan diri dan melayani, sebab Kristus datang untuk melayani dan bukan untuk dilayani.
Terkutuklah kamu yang karena kuasa yang kamu terima, kamu lupa bahwa kamu adalah pertapa sama dengan yang lainnya. Namun kamu diberi tugas untuk menjadi Bapa dan Gembala atas semua pertapa.
Berlimpahlah dan lebih dikuduskanlah kamu jika lewat cara hidup pengembalaan mu, Kristus dialami oleh semua pertapa dan meresapi segala keputusanmu yang mengutamakan kehendak Allah secara bersama, dan banyak pertapa menjadi kudus karena memandangmu oleh karena Kasih Allah terpancar dari dalam diri dan tindakan mu.
Hendaknya semua
pertapa taat kepada Bap. Ingatlah bahwa sabda dan keputusan yang keluar dari mulutmu adalah kehendak Allah karena engkau adalah wakil-Nya di dunia.
Jangan ada keirian ,
dengki, kesombongan dan pilih kasih dalam diri Bapa. Hendaklah ia benar-benar diserapi oleh cinta kasih yang tulus murni dan kerendahan hati yang luas. Semua pertapa menjadi tanggung jawabmu. Jiwa dan roh mereka akan menjadi pertanggungan atas dirimu. Maka dari itu hendaknya kita tidak hanya member arahan dan nasehat namun perbuatan lebih menunjukkan perubahan ketika kita mengharapkan agar mereka lebih baik.
Hendaklah kamu memiliki panjang sabar dalam menghadapi Pertapa yang keras kepala,
lamban, lalai atau bahkan kamu menerima cemoohan dan hinaan atas mu. Dalam mengambil keputusan atas hukuman hendaknya kamu dijiwai belaskasih Allah. Namun jika mereka tetap melakukan kesalahan dan bebal, kamu boleh marah demi kebaikkan jiwanya.
Kamu harus menyadari betapa sulit tugas yang kamu emban. Berapa orang pertapa yang menjadi anak mu ketika kamu diangkat menjadi Bapa,
sebanyak itupulalah macam cara harus kamu siapkan menghadapi semuanya. Janganlah pernah mengatakan atau timbul di dalam hati kata tidak sanggup. Mintalah pertolongan Yesus sang Gembala Baik dan ingatlah ketika kamu menjadi Bapa atas para pertapa kamu harus mempertanggungjawabkan setiap jiwa ini dan bukan hanya d idunia ini namun di hadapan Allah kamu harus menerima pertanggung jawabannya. Semoga Allah  yang Mahakuasa melimpahkan lebih besar rahmatNya atas seorang Bapa agar ia mampu mengembalakan semua pertapa sampai pada jalan ke kudusan.

IV.Cinta Kasih.

Cara hidup sebagai pertapa sangat dipenuhi daya Ilahi yang besar akan Cinta Kasih kepada Allah dan sesama. Cinta kasih ini adalah jalan pembaharuan diri untuk lebih baik lagi dan setiap hari kita mau mencoba dan berjuang terus menerus untuk melakukannya.
Cinta Allah yang tak terselami menjadi nyata lewat PutraNya dan
Cinta Putra inilah menjadi dasar cinta kasih kita. Cinta Putra yang sepenuhnya adalah pantulan antara Allah kepada Putra dan tertuju kepada Manusia. Jadi, cinta kasih inilah yang menjadi mutiara yang bercahaya dalam doa-doa kita, agar sepenuhnya hidup tapa menjadi hidup dan terarah kepada Allah dan memantulkannya kepada sesama lewat doa dan tindakan yang dipenuhi cinta kasih. Maka marilah melakukan kasih ini .
-Kasihilah Tuhan Allah mu dengan segenap hati,
akal budi dan kekuatan mu.
Janganlah menyebut dan mencintai Allah lain dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
-Jangan
membunuh.
-Jangan
berzinah.
-Jangan 
mencuri dan mengingini dalam hati milik orang lain.
-Jangan mengucap
sumpah dan saksi dusta yang tidak benar akan apa pun.
-Barang siapa mempunyai dua helai baju,
hendaklah ia membaginya dengan orang yang tidak punya
-Dan barang siapa mempunyai makanan hendaklah ia membaginya dengan orang yang tidak punya
-Jangan pernah menagih lebih banyak dari pada yang telah ditentukan bagimu
-Jangan merampas
.
-Jangan memeras
.
-Kasihilah
musuh mu.
-Berbuat baiklah kepada orang yang membenci mu.
-Mintalah berkat bagi
orang yang mencaci kamu.
-Barang siapa menampar pipi kirimu,
berikanlah  pipi kanan mu.
-Barang siapa  mengambil jubahmu,
biarlah ia juga mengambil baju mu.
-Berilah  kepada setiap orang yang meminta,
dan jangan meminta kembali.
-Bagaimna kamu ingin di perlalukan baik,
lakukanlah kebaikkan kepada orang lain
-Apa
kah jasamu ketika kamu hanya member kasih kepada orang yang mengasihi kamu? Berilah kasih kepada semua.
-Apakah jasamu ketika kamu berbuat baik bagimu? Lakukanlah kebaikan kepada semua.
-Apakah jasa mu ketika kamu berdoa kepada orang  yang berdoa dan seiman bagimu?
 Lakukanlah doa mu untuk semua.
-Janganlah kamu menghakimi dan member  penilaian  yang lebih dari yang kamu
  ketahui secara benar kepada orang lain.
-Ampunilah dan lebih banyak mengampuni agar kamu menerima kelimpahan
rahmat kerahiman Allah.
-Jangan
pernah menggurui orang lain,sedangkan kamu punmasih perlu dibimbing dan kepada orang yang lebih tua berilah salam hormat yang tulus.
-Mengapa kita hanya melihat selumbar di
dalam mata orang lain, balok di mata kita tidak kita lihat. Sebelum menilai orang lain hendaklah terlebih dahulu kita mengoreksi diri apakah kita lebih baik?
-Berilah nasehat jika orang tersebut memintanya
.
-Perbuatan adalah ribuan nasehat ,jika kita telah berbuat baik maka orang akan melihatnya
.
-Jangan ada umpatan,
makian, cemoohan, gerutu, nista dan kata-kata kotor keluar dari mulut mu. Karena dengan mulut kamu memuji Allah,jangan biarkan dari padanya keluar dosa.
-Hendaknya telinga kita mendengar kebaikkan dan
sabda Allah, dan jangan suka menguping.
-Jangan menjadi orang yang brutal dan semberautan yang menimbulkan kegaduhan dan tawa yang
mengundang keributan.
-Jagalah matamu dari pandangan yang tidak baik karena mata adalah jendela hati,
batin dan Roh.
-Janganlah cari kenikmatan
badaniah yang menimbulkan nafsu liar dan rendah.
-Cinta akan laku tapa, puasa, penyangkalan diri dan suka menyiksa diri  agar terlepas dari keinginan manusiawi dan duniawi yang membawa kepada kecemaran
-Hiburlah dan tolonglah orang yang susah dan tersesat,
dan berilah tumpangan kepada yang membutuhkan .
-Jangan ada niat jahat dan rencana jahat  yang membawa
dosa di dalam hati mu.
-Berikanlah senyuman kepada setiap orang dengan tulus dan
murni .
-Biarlah hanya kamu yang mengetahui kesusahan,
kesedihan, kegundahan dan derita batin yang kamu alami. Jangan menunjukkannya dalam raut wajah mu namun tunjukkanlah dalam doa dan air mata kepada Allah karena Ia satu-satunya kebaikkan yang mengerti akan diri mu.
-Jangan ada rasa kerakusan
,ingin menang sendiri dan merasa paling tahu segalanya.
-Suka akan puasa dan pantang untuk menenangkan diri,
jauhilah kemabukan dan pesta pora.
-Suka akan bacaan suci dan orang-orang kudus.
-Jangan Mengikuti keinginan daging dan khayalan se
mu sampai membawa kepada dosa jinah.
-Penuh cinta kasih kepada Bapa dan yang lebih
tua. Taatlah kepada mereka dengan taat yang tulus
-Menjauhi diri dari kesombongan dan ketinggian hati
.
-Jangan perna
h ingin dianggap baik, pintar, rajin, suci dan kudus. Namun lakukanlah semuanya dengan tulus dan murni seakan semuanya itu kamu perbuat bukan untuk manusia namun untuk Allah.
-Janganlah matahari terbenam sebelum padam
amarah mu.
Selalu lebih dahulu meminta maaf dan tinggalkanlah doa dan kurbanmu jika masih ada tersimpan amarah dan kebencian dalam hatimu.

Demikianlah kita benar-benar mengejar kesempurnaan sejati dengan melakukan kasih yang sempurna “Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata dan tidak perna didengar oleh telinga, itu yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia.”

Kasih itu sabar, kasih itu murah hati, kasih itu tidak cemburu dan tidak memegahkan diri serta tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri, Ia tidak pemarah  dan tidak menyimpan kesalahan orang lain, Ia tidak bersuka cita karena ketidak adilan tetapi
karena kebenaran,
Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.

Dengarlah dan lakukanlah kasih dalam hidup mu dan kita akan mencapai gerbang kontemplasi yang sempurna. Karena kita telah dimurnikan dan menjaga serta membuat diri kita semakin lebih baik.

Oleh karenanya Aku sampaikan kepadamu semua yang menerima panggilan suci sebagai pertapa, haruslah dipenuhi hatinya dan perbuatannya dengan Cinta Kasih. Jika itu tidak ada atau suam-suam dalam dirimu, lebih baik kamu kembali ke dunia.

V. Nilai Hidup Injili

*
Ketaatan
Hiduplah dalam ketaatan suci seperti Yesus yang selalu
taat kepada kehendak Bapa. Biarlah dirimu menjadi keledai yang ditambatkan dan hanya karena ketaatan suci mengikuti perintah dan nasehat yang  benar dan baik dari Bapa, karena mereka adalah wakil Allah sendiri yang menuntun kita kepadaNya. Yesus tidak memandang kehendakNya namun selalu  memandang kehendak Bapa yang dalamnya ada kebaikkan yang lebih baik lagi benar.
Ini jugalah yang menjadi dasar ketaatan hidup kita. Taat kepada Wakil Kristus di dunia yaitu Paus, taat kepada Uskup dan para gembala umat dan terlebih taatlah kepada Bapa, yang kedalam tangannya kamu dipertanggungjawabkan. Biarlah kita menjadi keledai-keledai Allah di tangan Bapa yang menjadi utusan  dan ganti-Nya. Hendaklah kita merenungkan sabda Allah “Barang siapa mendengarkan kamu mendengarkan Daku.” dan  Aku Datang bukan untuk melakukan kehendakKu, melainkan untuk melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku.”  Biarlah kita taat dengan penuh penyerahan yang total tampa bantahan, tolakkan, gerutu, sungut-sungut dan berfikir jelek tentang perintah  yang disampaikan. Namun hendaknya dengan penuh cinta dan suka cita kita melaksanakan karena kita melakukannya untuk Allah.

*
Kemiskinan.
Hiduplah dalam kemiskinan,
kesederhanaan dan keugaharian seperti Yesus sendiri  memiskinkan diri dengan lahir di kandang dan menjadi manusia yang lemah.
Ia lahir di kandang yang hina dan kehidupanNya ada pada didikan kesederhanaan Maria dan Yusuf yang selalu melakukan kehendak Allah dengan hati yang rendah dan selalu miskin hingga sampai ahir hidupnya. Ia memberi seluruh dirinNya sebagai kurban silih yang adalah kepunyaan Bapa dan Ia kembalikan secara penuh pula. Biarlah kita meneladaninya  sampai  ahir hidup kita . Marilah dengan penuh suka meninggalkan harta duniawi, kehendak diri  terlebih kedirian kita sendiri Biarlah kemiskinan manusiawi ini membawa kita kepada ke miskinan rohani  dan kemiskinan suci yakni kemiskinan yang meninggalkan apapun demi harta surgawi yakni kemuliaan Allah yang hanya kita terima dari Allah dan bukan dari manusia dan dunia ini.

*
Kemurnian
Dengan memperoleh kemiskinan suci yang berasal dari Allah membawa kita kepada kemurnia suci pula.
Hendaklah kita hidup murni dan tak bercela seperti Yesus sendiri murni dan tak bercelah sebagai kurban di hadapan Allah. Hendaknya kita hidup hidup tidak menikah dan bertarak dan meninggalkannya.
Persembahkanlah diri sepenuh-penuhnya pada Allah dengan tidak bercela dan tidak kurang suatu apapun. Murnikanlah dirimu dan tubuhmu  serta hati dan pikiran mu dari nafsu liar dan rendah. Hindarkanlah fikiran dan hatimu dari kehendak dan khayalan dunia yang menimbulkan pikiran jahat dan tercela. Jauhkanlah mata dari pandangan dan penglihatan yang menarik diri pada dosa nafsu dan kerakusan, kesombongan dan kepicikkan serta keirian dan kedengkian.
Jauhkanlah hati dari segala kepalsuan dan kemunafikan, keangkuhan , gila hormat, rakus akan kata-kata pujian dan menyimpan nilai-nilai buruk akan segala hal dan semua orang. Kemurnian kita adalah kemurnian demi kerajaan Allah.


VI. Silentium

Keheningan adalah jiwa dan roh dari setiap pertapa. Dari padanya ia menemukan dan bersatu dalam roh Allah .Hendaklah kita menjaga dan tinggal dalam keheningan yang suci setiap saatnya, karena disegala waktunya kita hendaknya merasakan dan lebih ingin bersatu dengan Allah dalam kesendirian dan keheningan. Jika terlalu banyak keluar kata-kata dari mulut seorang pertapa, berarti dia adalah seorang pembohong dan jika banyak timbul pemikiran jelek dan kotor dari pemikiran dan hati seorang pertapa, maka dia adalah seorang munafik dan penipu. Dosanya terlalu besar, karena dia tidak  hening secara fisik dan batin/jiwanya. Keheningan yang benar dan baik adalah jika kita benar-benar ada dalam keheningan jasmani dan secara batin. Tak ada keluar yang buruk dari mulut, pikiran dan hati. Pertapa yang hening selalu memandang wajah Allah dan kesukaannya bercinta dalam kemesraan rohani dengan Allah dalam keheningan yang suci. Dalam doa,samadi, bacaan rohani, makan, kerja, istirahat dan diruang-ruang khusus seperti gereja, kapel, klausura dan ruang-ruang yang dituntut menjaga keheningan hendaklah kita menjaga keheningan. Hendaklah aturan keheningan  dijaga dan dijunjung tinggi karena itulah jiwa, roh, dan nafas hidup kita. Tinggallah dalam keheningan walaupun kamu sudah diambang kekelaman.
Biarlah semua perjuangan dan kegelapan batin serta pergumulanmu memperoleh tetesan embun kesegaran dari keheningan agung. Dalam keheningan kita benar-benar masuk dalam kehadirat Allah. Hanya kamu dan Allah saja. Kejarlah kesempurnaan kontemplasi tertinggi dalam keheningan. Hendaklah dengan tenang, sopan,dan menghormati keheningan dalam menyampaikan pesan kepada siapa pun. Sangat dikecam sebuah perbuatan yang menimbulkan keributan atau kegaduhan serta ketawa yang berlebih. Hendaknya kepala kita selalu tertunduk dan tangan berada di balik skapulir jika kita berjalan, duduk dan di luar pertapaan sebasgai sikap hening dan tobat kita.

VII. Mengumpulkan Para Pertapa Untuk  Bermusyawarah.

Hendaknya Bapa mengumpulkan semua
pertapa tiap kali bila ada hal-hal penting yang harus dibicara-kan. Setelah pokok pembembicaraan dikemukakan oleh Bapa hendaknya semua saudara diberi kesempatan untuk memberikan  masukkan. Hendaknya tidak ada pembedaan dalam memberikan kesempatan karna tidak jarang Allah memakai mulut orang muda untuk membawa kebaikkan. Tidak ada perbedaan umur dalam pemberian masukkan/pendapat namun hendaknya menyampaikannya dengan jujur, rendah hati, sopan dan takut akan Allah. Dan setelah mendengar pendapat semua saudara, Bapa mempertibangkannya sendiri dan mengatakan keputusan/kesimpulan yang dianggap berguna baik lagi benar dengan berlandaskan kehendak Allah dalam bimbingan Roh Kudus. Maka dari itu setiap kaliu diadakan musyawarah hendaklah didoakan doa memohon bimbingan Roh Kudus, terlebih dahulu pertemuan ditutup dengan Doa  Mohon Berkat Dan Penyelenggaraan Roh Kudus. Semua keputusan akhir ada di tangan Bapa. Hendaklah keputusan yang diambil hendaknya dilaksanakan dengan ketaatan dan kerendahan hati yang penuh kasih.
Dari sebab itu hendaknya seorang Bapa benar-benar bijaksana dalam mengambil keputusan tetap dalam hati mengucapkan”Aku melakukan dan mengambil keputusan ini Atas Nama Allah yang
Mahakuasa dengan bimbingan Roh Kudus.” Dalam hal-hal sederhana, Bapa tidak perlu mengumpulkan semua Pertapa, namun dapat hanya mengumpulkan para penasehat atau pembimbing dan penatua. Namun keputusan dibacakan di hadapan semua sodara.
Jangan ada rasa menolak dan bantahan ketika keputusan sudah
disampaikan, karena ingatlah pasti di dalamnya ada kebaikkan dan kehendak Allah, walaupun terkadang keputusan tersebut tidak enak atau berat terhadap beberapa orang.

Dan jangan pernah marah, menolak atau sampai bertengkar kepada Bapa atas keputusannya, karena kamu akan bertanggung jawap sendiri atas kekerasan hatimu dan bantahanmu kepada Allah.

VIII.      Bendahara

Judas tergoda ke dalam dosa dan ia menjadi bendahara yang tidak jujur sehingga ia menerima akibat yang teramat ngeri. Janganlah demikian dengan kamu yang dipercayakan untukmemegang uang dan harta.
Setan sangat dekat dengan orang  yang memiliki kesempatan untuk dijatuhkan seperti kamu ini. Jadilah bendahara yang jujur, adil dan bijaksana. Berdoalah untuk dirimu dan mintalah doa agar kamu dijauhkan dari bujukan si setan. Satu kali kamu tidak jujur dan mulai saat itu juga kamu adalah budak dan mangsa si setan.
Allah selalu melihat kamu. Hendaknya Bapa mengangkat dan mempercayakan seorang saudara pertapa yang jujur, adil, bijaksana, berpengetahuan , saleh, rendah hati sederhana dan takut akan Allah, agar pertapa tersebut menerima tugas dan kepercayaan tersebut dari semua saudara pertapa. Hendaknya tidak ada kebanggaan dan kerakusan dalam hati seorang bendahara. Semua pertapa tidak perna diperkenankan sama sekali menyimpan uang. Jika kamu melanggar ini kamu adalah setan yang hidup di tengah-tengah para pertapa. Dan kamu telah mencuri dengan melanggar aturan ini. Jika memang dibutuhkan biarlah Bapa dan bendahara yang mengatur keperluan dalam perjalanan, rumah tangga/pertapaan, sisakit dan setiap hal yang memang memerlukan uang. Sekali-kali kita diingatkan bahwa kita adalah orang yang telah meninggalkan dunia dan kemanusiawian kita. Jangan tergoda oleh bujukan si setan agar kita memiliki uang dan terlalu pusing memikirkannya, karena Allah akan tetap membawa kita ke padang rumput yang luas dan hijau, serta ke sumber air yang jernih.
Itulah Penyelenggaraan Ilahi Allah kepada kita dan kita harus tetap bersandar kepada penyelenggaraan Ilahi saja.


IX. Hidup Dalam Doa Dan Tobat.

Hendaklah kita hidup dalam
doa dan tobat yang terus-menerus. Karena Yesus meminta pertobatan dan persembahan hidupmu agar tidak jatuh dalam dosa. Maka kita harus terus berdoa. Berdoalah dan penuhilah hidup mu senantiasa dalam tobat suci untuk diri kita, dunia ini, jiwa-jiwa di api penyucian dan untuk banyak jiwa yang tidak sempat beriman kepada Allah dan percaya kepada Yesus. Untuk banyak manusia yang sudah berada d iambang pintu neraka, walaupun mereka masih hidup didunia, untuk jiwa-jiwa yang tidak ada lagi orang-orang yang berdoa baginya. Berdoa bagi orang yang menyerahkan dirinya kepada setan dan kekuatan jahat, berdoa bagi biarawan-biarawati, gembala umat terlebih untuk Gereja dan Paus, agar karya keselamatan terjadi pada seluruh umat manusia dan dunia. Semoga karya Kerahiman Allah membawa banyak jiwa ke hadapan Allah.
Tobat yang kita laksanakan hendaknya harus terjadi terus-menerus.
Menjadi seorang pertapa bukan berarti dengan sekejap langsung menjadi kudus, namun setiap waktunya sampai ia kembali kepada Allah, ia harus mengarahkan hatinya kepada Tobat sejati. Semoga lewat tobat kita segala dosa, kelemahan, kelalaian, cacat cela, kelemahan, kecenderungan jelek dan sifat buruk kita dikikis dan dilepas dengan doa dan tobat yang sejati. Hendaknya kita  suka menangis dalam doa karena kedosaan kita.
Hendaknya kita menerima
sakramen tobat sekali dalam sebulan dan pada hari sabtu diadakan koreksi batin dalam ibadat penutup dengan cara yang baik dan ditutup dengan berkat meriah . Dan hendaklah sebelum naik ke tempat tidur kita selalu mengambil waktu untuk merenungkan hari yang berlalu seraya menyesali dosa dan kesalahan kita agar istirahat kita istirahat dalam kasih Allah.
Hendaknya setiap
pertapa senang akan laku tapa, puasa, pantang dan pengenkangan diri agar kita dilatih  dan tetap selalu dalam tobat yang tak kunjung henti.

X. Ibadat Tengah Malam (Matutinum)

“Tengah malam aku bangun untuk bersyukur padaMu.” Demikianlah kitab suci suratkan. Ibadat bacaan/matutinum kita laksanakan di awal hari pada tengah malam. Dengan mendengarkan sabda Allah kita masuk ke dalam penjelmaan misteri sabda menjadi Manusia. Misteri Agung penjelmaan Allah dalam sabdaNya. Sabda Allah dibacakan dengan lantang dan semua pertapa  mendengarkannya serta meresapkannya dalam batin agar misteri penjelmaan suci ini terjadi dan kita bersatu dalam Allah.
Biarlah dibacakan sembilan Mazmur dengan membaca sabda Allah pada pertigaan pertama, bacaan dari bapa-bapa gereja pada pertigaan kedua dan pada hari Raya dan hari khusus serta hari Minggu di bacakan Injil suci setelah pertigaan ketiga dan dengan penuh semangat dan sukacita kita lambungkan pujian Te Deum.
Biarlah bacaan-bacaan ini diatur oleh pemimpin dan jika hari Raya dan hari-hari khusus serta hari minggu bacaan ini diperpanjang.

XI. Ibadat Pagi Dan Ibadat Sore (Laudes dan Vespere)

Ibadat besar ini diatur sedemikian rupa agar tepat dan sesuai dengan makna dari ibadat ini. Biarlah pagi dilakukan pada waktu sebelum pukul 06.00 pagi, agar setelahnya kita membunyikan lonceng Angelus tepat pada waktu itu. Dalam ibadat ini  kita menguduskannya dan menghadap Sang Fajar Ilahi yakni Kristus sendiri yang memberikan harapan baru dan juga yang kita nantikan seperti pergantian gelap kepada terang. Demikianlah kita menantikan terang abadi surgawi bersama Kristus sendiri yang adalah Cahaya Ilahi Keselamatan kita. Dan demikian pun ibadat Vespere dilakukan sebelum pukul 18.00 sore, agar setelahnya kita membunyikan lonceng Angelus tepat pada waktu itu. Ibadat sore adalah pujian syukur atas Penyelenggaraan Ilahi Allah dalam satu hari. Pujian dan syukur atas hari ini diikutkan mohon penyertaan Allah dalam memasuki kegelapan. Biar Allah yang melebur kita dalam misteri kubur. Kita pun memasuki gelap/malam hari dengan mohon agar kita mati dari manusia lama kita kepada rahmat pengudusan putera-puteri Allah. Dilambungkan 6 mazmur dengan membacakan sabda Allah pada pertigaannya. Setelah kidung Zakaria/Maria kita mendoakan intensi doa gereja dan semesta. Kita menutup ibadat ini dengan berdoa sembah kepada Allah Tritunggal Mahakudus setelah doa penutup.
XII. Ibadat Siang I, II dan III (Tertsia, Sexta dan Nona)

Ibadat kecil ini kita doakan untuk pengudusan hari. Biarlah kita mendoakan seluruhnya dengan mengatur waktu sedemikian rupa agar semuanya didoakan tanpa mengganggu tugas dan kerja. Tertsia adalah ibadat mengenangkan dan mohon Roh Kudus dari Allah. Sebagaimana para Rasul mengalami karya Allah pada waktu awal hari. Sexta adalah ibadat mengenangkan karya Allah dalam Putera, di mana Yesus ditinggikan pada tengah hari. Biarlah setelah lonceng Angelus tengah hari kita mohon rahmat Allah dan satukan doa-doa kita dengan doa Yesus sendiri. Setelah doa penutup biarlah kita berdoa sembah kepada Allah Tritunggal Mahakudus. Nona adalah ibadat mengenang Kristus yang wafat di salib. Biarlah sebelum lonceng sengsara Kristus kita melakukan ibadat ini, setelahnya kita melakukan doa kepada Kerahiman Ilahi.  Dan dalam ibadat kecil ini dilambungkan tiga mazmur dan setelahnya dibacakan sabda Allah.



XIII. Ibadat Penutup (Completorium)

Ibadat penutupan hari ini merupakan ibadat mohon Allah memberkati hari yang akan berlalu dan menyempurnakannya. Segala karya yang telah kita laksanakan dirahmati Allah dan semoga Allah memberkati kita dalam istirahat malam ini. Biarlah hati tetap terjaga dan batin terarah kepada Allah agar penuh semangat kita bangun untuk berjaga kembali dalam doa. Dilambungkan satu atau dua mazmur yang sesuai dan dibacakan sabda Allah serta aturan hidup ini. Biarlah Allah berkarya dalam doa kita untuk jiwa, dunia dan semesta. Biarlah kita menjadi para abdi suci yang selalu berdoa dan hidup kita menjadi doa yang hidup.
XIV. Mazmur Dan Cara Bermazmur

Mazmur adalah doa umat Allah yang menjadi doa kita juga. Doa bangsa pilihan Allah yang penuh dengan misteri pengalaman akan dan bersama Allah. Biarlah kita melantunkannya dengan penuh hikmah dan hormat. Biarlah saat melantunkannya kita meresapinya sebagai doa  kita  sendiri agar kitapun mengalami pengalaman akan dan bersama Allah seperti bangsa pilihan tersebut. Di dalamnya terwahyukan Allah yang penuh misteri Ilahi. Biarlah dengan lambat dan penuh rasa dan seni kita mendoakannya dan dalamnya jiwa kita diangkat ke hadapan tahta Allah dan bersehadap denganNya dalam Roh. Setiap mazmur kita tutup dengan doa Kemuliaan, agar doa kita bersatu dengan Allah Tritunggal sendiri dan misteri Ilahi itu penuh bagi kita. Dan saat doa Kemulian marilah kita membungkuk dengan penuh hormat menyembah Allah dalam pribadi yang teramat luhur. Biarlah kita bersikap doa saat kita berdoa.
XV. Letio Divina

Lewat sabda Allah kita mengenal dan semakin mendalami karya Allah. Namun lewat sabda Allah pula, kita hendaknya mengalami pengalamann akan Allah. Marilah kita merenung dan masuk dalam keheningan dan doa samadi ke dalam transformasi sabda Allah ke dalam hidup dan kita hidup di dalamnya. Misteri Illahi Allah hanya akan kita alami ketika kita bukan lagi tubuh melainkan menjadi roh dan jiwa yang murni masuk ke dalam misreri Ilahi sabda yang terwahyukan dalam misteri suci oleh Allah dalam roh.
Ketika jiwa dan roh kita siap dan terus-menerus menderuskan dan menguak air dari sumbernya maka saatnya akan dating, derus air telah tinggal terus meluap-luap dalam diri kita ketika jiwa dan roh kita dipenuhi jiwa dan roh dari sabda Allah yang terwahyu oleh karya Illahi Allah pada awal hidup para kudus. Biarlah kita mengambil waktu untuk Letio Divina setiap harinya dalam doa dan samadi menuju kontemplasi dalam sabda Allah sampai kepada puncak yang dipenuhi misteri kesempurnaan dalam kekosongan karena Allah saja yang adalah kesempurnaan yang penuh dan kekal.



XVI.  Samadi / Meditasi

Samadi/Meditasi adalah sebuah dimensi cinta dan roh. Cinta yang adalah daya kekuatan yang meleburkan jiwa dan roh pada pusat dan inti hidup. Meditasi akan membawa kita kepada dimensi hidup yang penuh dan menuju kepada penemuan kebenaran sejati yakni Allah yang teramat agung, dan tak terpahami, kekekalan yang tak mengawali dan diakhiri.
Allah-lah yang kita sehadapi saat kita meditasi di mana kita butuh mengenalnya lewat sabdanya dan kita lewatnya dikosongkan secara penuh dan kita melangkah kepada Cahaya Ilahi yakni Allah.
Allah menyinari kita dengan kemuliaannya, menangkap dan mengisi kekosongan itu dengan kemuliaannya. Samadi atau meditasi hanya jalan, namun meditasi yang adalah Rahmat Allah menjadi jiwa hidup pertapa kita.
Biarlah dalam hidup kita dalam keadaan apapun kita tetap meditasi dalam dan bersama Allah.
Lima langkah perjalanan yang harus kita lalui untuk sampai ketujuan panggilan hidup  kita ini. Kita mau membaktikan diri sepenuh-penuhnya dalam doa.  Demikianlah kelima langkah ini menjadi cara hidup kita:
Vita Prima adalah dimana kita melepas hidup lama dari kemanusiawian dan keduniawian kita.  Menanggapi panggilan adalah jalan dari misteri kehidupan. Demikian dari langkah ini kita melangkah ke tingkat selanjutnya. Namun sadarilah panggilan sebagai pertapa adalah sebuah misteri panggilan yang yeramat unik dan Allah memberinya dalam terang Roh Kudus. Samadi dan meditasi adalah jalan memulai, menanggapi, memurnikan dan terakhir mengalami kesejatian dari panggilan suci ini. Aluran ini disebut Via Meditatio adalah di mana kita dituntun dan dibimbing untuk belajar dalam sekolah rohani, merenung dan memulai meneguhkan keyakinan panggilan kita pada panggilan kontemplasi sejati.  Ketika semua dirasa tepat dan sudah matang maka setiap pertapa memasuki masa Via Misterio Kontemplatio di dalam tempat eremites. Dimana masa itu adalah masa kita benar-benar menjalani  pola hidup Eremit.  Dan saat itulah  dua tahap akhir yakni Via Prima dan Via Libera in Experia Dei yang mana ini adalah Rahmat tertinggi dalam hidup doa. Ketika orang masuk pada tahap Via Misterio Contemplasio Ia adalah orang yang sudah tahan uji dan sederhana dan hanya orang-orang yang rendah hati, penuh cinta dan kasih dan lemah lembut menjadi ciri orang yang mengalami Via Prima dan sampai kepada Via Prima in Experia Dei dan tidak ada kepur-puraan pada dirinya.

XVII.  Renungan dan Karangan Rohani

Merenung bukan berarti berandai-andai, menghayal dan berpikir-pikir. Namun, merenung adalah  memanifestasikan iman akan Allah untuk sampai pada pengalaman akan Allah langsung dalam hidup kita.  Lewat renungan ini memanifestasikan dengan benar akan Allah maka kita bukan lagi berada di luar namun kita mengendapinya dan lewatnya kita diubahkan setiap saatnya dan kita bukan hanya melihat dan mendengar, berpikir dan membayangkan, namun kita adalah pelaku dan hidup bersatu dengan Allah. Pengalaman berharga akan Allah ini perlu kita bagikan dalam banyak hal namun menulisnya akan lebih berdampak jauh lebih baik kepada banyak jiwa untuk mengenal pengalaman manusiawi kita akan Allah sampai semua pengalaman itu menjadi pengalaman yang hidup kepada banyak jiwa. Renungan akan pengalaman akan Allah dan menulisnya dalam karangan rohani hendaknya kita lakukan dengan kebenaran dan seturut pengalaman pribadi karena dengannya kita mau menceritakan kepada orang lain pengalaman akan Allah d imasa sekarang ini sehingga orang-orang pada masa sekarang ini juga mengalami pengalaman tersebut. Akan tetapi tulisan atau hasil karangan ini dikumpulkan dan disimpan dengan baik di dalam/tempat yang tepat sehingga semuanya terjaga dan dapat dibaca oleh seluruh pertapa namun ini boleh dipublikkan keluar pertapaan setelah rahib yang mengarangnya meninggal dunia. Hal ini penting atas karangan mistik, spiritual, dan kontemplasi. Akan tetapi jika  karangan tersebut karangan rohani umum, masih boleh dipublik atas seizin Bapa pertapaan. 
Biarlah karya dan karangan ini memberi banyak siraman kepada jiwa-jiwa yang haus. Para pertapa tidak membutuhkn kehormatan, ketenaran dan penghargaan akan hidup dan karyanya namun biarlah Allah saja yang berkarya dalam dirinya dalam semua karya dan hidupnya.  Mari kita beri dukungan kepada para pertapa yang berbakat akan karya dengan sastra dan seni, karena di dalamnya banyak pengertian, kebijaksanaan dan keindahan yang Allah berikan melalui mereka.  Biarlah kita semakin melihat, mendengar, mengatakan, berbuat dan berkarya lewat mana Allah mau menyampaikan kebenaran kepada manusia.





XVIII. Devosi

Marilah kepada kamu semua para abdi suci Allah mengarahkan hati dan pandangan kepada wajah Allah. Banyak hal yang bisa kita perbuat sebagai ungkapan hati dan kecintaan kita kepada kasih Allah. Devosi suci yang dilakukan para kudus membawa hubungan yang begitu mesra dan mendalam akan Allah. Mereka ditarik  kepada cinta yang mendalam sehingga semua ulatapa dan devosi suci yang mereka lakukan serasa kurang untuk mengungkapkan cinta mereka. Lakukanlah devosi suci yang teramat luhur kepada Allah Tritunggal Mahasuci, Kerahiman Ilahi Allah, Sengsara Kristus, Sakramen Mahakudus, Bunda Maria ibu kita dan perlindungan lewat para malaikat dan orang kudus.
Doa-doa suci ini membantu kita mengecap kenikmatan Ilahi itu sendiri sehingga semua sungguh sangat berarti bagi hidup kita. Namun tetap yang menjadi utama adalah Ekaristi suci. Devosi adalah ungkapan cinta kita yang kita perbuat untuk menambah persembahan hidup kita selaku abdi suci Allah.
XIX. Bimbingan Rohani Dan Bapa Rohani

Pergilah kepada seorang imam atau pembimbing rohani yang bijaksana, saleh, rendah hati, takut akan Allah dan pendoa. Carilah banyak hal dari cara hidupnya dan mintalah bimbingan suci yang meneguhkan, menguatkan dan mengarahkan serta menghantar kamu kepada  jalan kebenaran akan Allah. Biarlah pembimbing rohani ini dihunjuk oleh Bapa atau jika dipandang tepat atas permohonan saudara dan seijin bapa maka ditunjuk pembimbing yang benar-benar berpengalaman akan banyak hal terlebih akan Allah dan doa. Jangan disamakan pembimbing rohani dengan bapak pengakuan. Biarlah dua hal ini dipisah agar tidak ada penghambat di dalamnya. Ingatlah yang paling utama bahwa Allah-lah guru dan pembimbing utama. Dan lewat pembimbing rohani kita mengalami Allah di dalam hidup panggilan suci ini. Pergilah sekurang-kurangnya sekali sebulan untuk bimbingan rohani di mana kita butuh peneguhan dan pencerahan. Biarlah semuanya itu diatur oleh Bapa karena dialah ibu bagi kita. Dan semua saja para pemula dan juniorat wajib bimbingan kepada Bapa sekurangnya 3 kali setahun. Bimbingan rohani adalah pengalaman kita mengolah hidup, mencari jalan keluar dan mendengar kehendak suci Allah. Lakukanlah apa yang ditawarkan dan disampaikan oleh pembimbing rohani karena Allah berbicara melalui dirinya. Pandanglah dan sadarilah Allah berbicara setiap saat kepada kita untuk membimbing kita lewat banyak hal.
“Pahit jangan langsung dibuang, manis jangan langsung ditelan.”
Hendaknya kita melaksanakan sakramen rekonsiliasi sekali sebulan dan hal ini wajib dilaksanakan. Hendaknya ada satu bapa pengakuan untuk pertapaan. Biarlah geraja mengutus atau Bapa mengatur ini agar karya pertobatan dan cara hidup kita selalu dimurnikan dan kita selalu siap di hadapan Allah.

XX. Puasa, Pantang Dan Matiraga Suci

“ Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa dan berpuasa”. Jiwa dan diri yang lemah ini juga harus di sucikan dan dikuduskan lewat doa dan puasa, pantang, ulatapa dan matiraga suci. Bukan suatu tujuan menyiksa diri sampai tak berdaya namun lewat puasa, pantang, ulatapa dan matiraga suci itu kita mengekang diri/mematikan kelekatan diri akan manusiawi, duniawi dan kedosaan kita yang tidak cukup hanya lewat doa-doa saja. Jangan menganggap diri suci setelah melakukan semuanya itu karena akan timbul dosa kesombongan dan peng-aku-an diri di hadapan Allah dan sesama. Namun rendah hatilah dan semakin dipenuhi rasa cinta dan kasih yang benar dan sempurna. Biarlah kita selalu dalam hati yang samadi dan  remuk-redam dan dipenuhi rasa sesal dan tobat setiap saatnya agar kita selalu menerima Kerahiman Allah yang teramat luhur bagi kita manusia yang lemah ini. Kita bukan pertapa dan abdi Allah yang setia,  jika belum mengekang diri lewat puasa, pantang, ulatapa dan matiraga suci.
Lakukanlah semuanya itu semata-mata tertuju dan hanya untuk Allah saja. Jangan bersungut-sungut dan berbantah-bantah akan semuanya itu namun bersukacitalah karenanya, kita dapat terus-menerus hidup dalam tobat di hadapan –Nya dan kita akan menerima mahkota kesucian dan kemurnian, mengenakan jubah kekudusan dan memegang palma kemartiran olehnya.

XXI. Ekaristi Dan Ibadat Suci

Ekaristi adalah puncak persatuan kita yang teramat agung dan tertinggi dengan Allah dalam hidup di dunia dan pentransformasian hidup kemanusiaan kita dengan karya keselamatn dan sengsara serta kurban Yesus Kristus. Teramat agung dan luhur persatuan yang sungguh penuh misteri Ilahi persatuan dan peleburan kita dengan Yesus Kristus yang hadir dan berkenan hidup dalam kita.
Marilah menyembah dalam penuh iman saat Kristus dalam hosti kudus diangkat oleh imamNya dan hormatilah saat kita bersatu dengan bilangan surgawi berseru “Kemuliaan kepada Allah…”, “Kudus, kudus, kuduslah Allah…” dan “Anak Domba Allah…”. Ini adalah doa dari para bilangan surgawi yang memuliakan Allah. Mari, bersatu memuliakan dan menyembah Allah dalam Ekaristi Suci, yakni kurban Kristus.
Diharuskan pada hari Minggu setiap Minggunya dan juga pada hari Kamis dan Jum’at pertama di awal bulan menghadiri misa. Jika kita tidak dapat melakukan dan mengikutinya setiap hari (terlebih untuk yang tinggal di eremites). Namun jika ada kesempatan dan keadaan yang memungkinkan, bersekutulah selalu dalam perayaan Ekaristi Suci, “Berbahagialah kita yang diundang ke dalam perjamuan Tuhan.”
Dalam doa yang tak kunjung putus dalam ibadat suci, marilah kita bersatu sepenuh-penuhnya member persembahan yang sempurna bagi jiwa-jiwa dan dunia. Bertemu dan bersehadap dengan Allah dalam sakramen Mahakudus.

XXII. Doamu Dan Menjadi Pendoa

“Temuilah Ia dalam doamu.” Ini adalah ungkapan yang sangat tepat namun selain doa memang dalam segala hal kita harus menemui Allah. Namun kitab suci menunjukkan bahwa Kain dan Habel berdoa, Abraham, Nuh, Ishak, Yakob, Musa, Ayub, Yohanes Pembabtis dan banyak para tokoh kitab suci yang bertemu dengan Allah. Yesus sendiri pergi perdoa. Ia pergi ke tempat sepi, sunyi di taman, pagi-pagi benar. Hidup Yesus inilah yang menjadi contoh bagi kita. Ia sendiri yang adalah Allah berdoa agar ia bisa berkomunikasi dan mengerti serta mengenal rencana Bapa pada diri-Nya. Yesus mengajar kita berdoa. Yesus mengajarkan bahwa doa adalah penyerahan diri pada Penyelenggaraan Ilahi dan kita membutuhkan Allah. Maka kita pun harus berdoa. Doa dan tapa adalah nafas bagi para abdi suci Allah karena jika tidak dengan hidup dalam doa dan tapa maka para abdi akan mati jiwa dan batinnya akan Alllah. Berdoalah dan berdoalah dengan tidak jemu pada setiap keadaan hidup kita.  Ingatlah dengan keras bahwa jika kamu masih sombong,  marah-marah, dengki, angkuh, kikir, pelit maka maka belum benar berdoa dan doamu adalah hambar.

XXIII. Penerimaan Sebagai Pertapa

Manusia telah melepas dirinya dan dengan teguh iman mencoba menanggapi panggilan Allah Ia melangkah dalam Vita Prima. Ia dipersiapkan dan diatur dalam aturan Vita Prima.  Saat Ia mulai dan dengan berani dalam keyakinan yang teguh mau melangkah ketangga selanjutnta yakni hidup sebagai pertapa secara lebih mendalam maka perkenankanlah Ia membaca, merenungkan dan mengendapi aturan hidup ini selama satu bulan sampai tiga bulan.

Setiap orang yang dengan sehat jiwa dan raganya datang kepada kita dan menyatakan niat baiknya untuk mempersembahkan dirinya kepada Allah sebagai pertapa, memdalami lebih dalam panggilan dari Allah ini baiklah Ia diserahkan kepada Bapa dan hanya kepada dia saja diberi kuasa untuk menentukan kelayakan penerimaan dan atas saran dari para penasehatnya.   Bapa yang adalah wakil Allah dan juga Bapa bagi setiap orang terutama mereka yang mempercayakan diri untuk ditolong agar dapat lebih dekat dan mengenal Allah.   Biarlah orang itu diuji secara serius dan dimurnikan lagi kesungguhannya dengan ujian dan penelitian yang seksama dan juga ditolong dan dibimbing agar Ia semakin melihat lebih jelas atas pilihan dan niat baiknya untuk menjadi seorang pertapa.  Disinilah semua persiapan yang dilakukan untuk memulai Via Meditatio diberikan.  
Baiklah Ia diberi waktu beberapa masa  seturut aturan hidup para pertapa  untuk mengenal apa, bagaimana cara hidup pertapa itu sendiri.  Kemudian Ia diperkenankan melanjutkan persiapan, selama setahun sebagai postulan, jika Ia  merasa terpanggil dan dianggap layak oleh Bapa. Dalam hal ini Postulan harus diberi bekal pengetahuan doa dan tapa serta lebih merenung akan panggilannya serta diberi pengajaran yang penting bagi perkembangannya.   Jika Ia merasa yakin atas panggilan dan pilihan hidupnya ini  maka Ia harus datang kehadapan Bapa untuk memohon agar diperkenankan menjadi satu dalam kalangan pada abdi suci untuk menjalani dengan teguh  dan sedapat mungkin menjalankan Via Meditatio dan diterimakan  kaul sementaranya.  Tahun Novisiat diberikan waktu selama dua tahun dan dilakukan aturan tahun kanonik seturut  hukum Gereja Katolik Roma yang berlaku dan resmi. Setiap tahunnya diberikan kkesempatan untuk membaharui kaul kepada Bapa.
Setelah lima tahun menjalani masa peneguhan akan panggilan suci ini dan merasakan keyakinan akan penyerahan secara total dan seumur hidup ingin mempersembahkan diri sebagai pertapa  dan abdi suci dengan peneguhan dari para pengamping dan magisternya, maka pemimpin menentukan apakah si calon diperkenankan untuk mengikrarkan kaul Agungnya. Disinilah Ia harus benar-benar semakin penuh karena Ia telah dipersunting secara penuh oleh Sang Mempelai sejati. Tahap ini pertapa diperkenankan memasuki tahap Via Misterio Contemplatio yang mana  hidup itu hidup dalam cara hidup eremites penuh selama waktu ditentukan sesuai aturan hidup Via Misterio Contemplatio.
Tahap ini belum selesai, karena setiap abdi harus semakin menyadari panggilan yang Ia jalani.  Tahap lebih lanjut adalah tahap peneguhan yang diatur dalam aturan hidup masing-masing.

Kaul Agung bukan titik akhir. Namun tahap itu belum selesai, karena setiap abdi harus  semakin sabar  bahwa Ia telah dipersatukan oleh janji setia dan Kaul Sucinya kepada Sang Mempelai Maha  dari itu Ia dituntut sebuah kesetiaan penuh dan melangkah kepada tangga kesempurnaan menuju kesatuan dan kelepasan yang sempurna kehadirat Allah. Maka benarlah Ia adalahAbdi Suci yang setia sampai akhir hidupnya.
“Setiap orang yang siap membajak tetapi menoleh kebelakang, Ia tidak layak untuk kerajaan Allah.”

XXIV. Pakaian

Pakaian kita adalah gambar dan kehadiran salib Kristus yang harus selalu kita kenakan dan bawa dalam situasi apapun baik dalam doa dan kerja. Hendaklah kita selalu memakai pakaian tapa yang telah kita pilih dan terima baik di dalam atau pun di luar pertapaan (bepergian ke luar pertapaan). Biarlah pakaian kita sederhana dan menghadirkan tobat yang terus menerus serta lambang keterasingan dan pembelakangan batin  kita akan dunia tapi persatuan mesra kita dengan Allah semakin terpancarkan.  Kesia-siaanlah jika seorang pertapan bangga mengenakan pakaian pertobatan namun kita tetap hidup dalam kelekatan akan dosa dan duniawi kita. Pakaian pertapa adalah jubah bercup dengan satu sakapulis berwarna coklat semuanya.
Setiap pertapa hanya menerima 2 set jubah untuk ibadat dan harian. Dan satu set jubah kerja yang sederhana. Diberikan ikat pinggang kulit berwarna coklat yang sederhana dan satu salib kayu dengan corpus yang bolong melambangkan kekosongan batin menembus ke kedalaman jiwa dan roh setiap pertapa. Inilah sebuah misteri Khenosis pertapa. Dan sebagai lambang kerahiban diberikan mantol coklat dengan bentuk lingkaran penuh dan bercup. Inilah lambang kesempurnaan yang utuhh dan tak berujung. Inilah pakaian para rahib. Diberikan rosario pinggang sebagai tanda penyerahan diri kepada Bunda Maria ibu kita. Sebuah sendal kulit sederhana dipakai. Untuk para pemula diberikan jubah abu-abu bercup dengan skapulir abu-abu dan ikat pinggang kain. Untuk pertapa awal, masa novis diserahkan jubah coklat dengan skapulir coklat, ikat pinggang kulit dan rosario pinggang dan salib dada. Sedangkan mantol yang dipakai adalah mantol putih. Inilah mantol masa Via Meditatio. Di mana dalam keadaan baru, putih dan bersih, kita mau menjalani panggilan kita. Sedangkan mantol coklat diserahkan sehari sebelum kaul Agung. Ini adalah lambang kekosongan kita dan ketiadaan kita sebagai tanah. Hidup dalam keserhanaan dan keugaharian adalah cara hidup yang sangat kita jaga. Semuanya itu di atur dan diperhatikan oleh Bapa. Jika ada kebutuhan tambahan harus benar-benar diterima atas izin  Bapa. Jangan mempunyai pakaian lebih dari yang sudah ditentukan karena kita bukan manusia dunia yang harus memusingkan hal pakaian luar saja. Kenakan barang-barang yang sederhana agar kita benar-benar menyadari bahwa kita hanya memperhatikan kerohanian dan batiniah kita.


XXV. Tonsura Dan Jenggot

Setiap pertapa hendaknya mengenakan tonsura mulai dari tahun awal Via Meditatio. Tonsura yang kita kenakan adalah tonsura para pertapa yang dimana rambut digunting secara tipis membentuk garis lingkar di kepala selebar 1,5cm. Tonsura ini adalah lambang hidup kerahiban kita. Dengan menerimanya kita mau menjalani hidup sebagai seorang yang mengasingkan diri dari dunia lewat cara hidupnya dan dengannya pula kita mau masuk ke dalam keluarga dan keadaan tobat yang harus terus dilaksanakan. Untuk para pemula  dikenakan tonsura sederhana. Dan ketika masa Via Meditatio mengenakan tonsura pertapa. Namun saat menjalani masa lanjutan para pertapa menggunakan tonsura penuh. Setiap rahib tidak diperkenankan memotong jenggot. Biarlah ia tumbuh dan kita tidak menyusahkan diri untuk memperindah diri. Biarlah ia tumbuh dan kita benar-benar asing bagi dunia dan tidak menyusahkan dan menyibukkan diri dengan hal-hal yang tidak ada faedahnya untuk perjalanan hidup panggilan suci yang sedang kita jalani. Semuanya ini adalah sarana tobat yang harus dilaksanakan. Terkutuklah setiap orang yang mencari-cari dalih dan alas an dunia dan manusiawi untuk merubah aturan ini.
XXVI. Hari Eremites

Setiap hari jumat dalam setiap minggunya dijadikan hari eremites. Hari eremites adalah hari menyepi dan melakukan kegiatan eremites. Hanya ibadat Malam, Pagi dan Sore dilakukan bersama.
Diluar dari itu kegiatan dilaksanakan sendiri tanpa meninggalkannya atau mengatur pola eremit masing-masing. Inilah saat setiap pertapa pemula dan awal belajar mempersiapkan diri untuk nantinya ketika ia masuk ke tangga selanjutnya yakni Via Miterio Contemplatio. Biarlah hari eremites ini kita benar-benar menggunakan waktu iini sebaik mungkin untuk mengambil waktu lebih banyak bersamadi pribadi karena inilah panggilan utama kita yakni doa dan bersatu kepada Allah.
Pada masa prapaskah hari eremites ditambah menjadi rabu dan jumat sedangkan pada masa Adven hari eremites menjadi hari selasa dan jumat.
Setiap tahunya diadakan hari eremites selama seminggu sebelum tanggal 21 Januari. Dan setiap tahunnya diadakan hari eremites selama dua minggu sebelum tanggal 31 September. Untuk para pertapa awal/juniorat sekurang-kurangnya diberikan kesempatan 3 kali masa eremit selama satu bulan penuh untuk satu tahap, berarti ada 3 bulan masa dimana juniorat/pertapa awal masuk ke areal eremites ketat untuk mengalami pola hidup eremit seadanya dan belajar menjalani ketiga tangga jalan kesempurnaan hidup bertapa. Demikianlah masa eremites harus diatur secara baik oleh Bapa dan sedapat mungkin setiap pertapa mengambil kesempatan untuk lebih mendalami hidup eremit sebagai pola hidup kita dan menimba pengalaman akan hidup kontemplasi ketat. Selama masa eremites tidak diperkenankan komunikasi dengan dunia luar, keluar dari pertapaan dan menerima surat. Biarlah pertapa tinggal dalam keheningan dan kesendiran dalam doa, tapa, silih, dan matiraga suci. Biarlah segala pekerjaan dan segala kebutuhan saat hari/pekan eremites diatur oleh Bapa.
Hidup eremites adalah kesempatan kita untuk bersekutu dengan Allah, hanya diri kita dan Allah saja. Dan janganlah kita digoda oleh si jahat utnuk malas dan mengeluh  saat hari eremites ditentukan.

XXVII. Makanan Dan Minuman

Biarlah hidup kita ada dalam keadaan yang selalu bersandar pada Penyelenggaraan Ilahi Allah, karena itulah adanya kita di dunia ini. Jangan terlalu berharap dan berkeinginan lebih akan dunia yang fana. Allah sendiri bersabda “mintalah maka akan Aku beri, ketuklah maka pintu akan dibukakan dan carilah maka kamu akan mendapat”. Burung pipit dan bunga bakung tidak luput dari belas kasih dan perhatian Allah. Apalagi kita yang adalah para putra-Nya yang menjadi abdi suci-Nya. Tinggallah dalam harapan pada Penyelenggaraan Ilahi Allah. Demikian juga dengan makanan dan minuman.  Janganlah menyusahkan hati dengan hanya pada perkara makanan dan minuman karena manusia hidup bukan hanya dari makanan dunia saja tapi dari Sabda Allah yang adalah kebutuhan santapan rohani kita. Hendaklah makanan kita sederhana dan dalam keadaan cukup (tidak berlebih dan tidak kekurangan) demikian lah kita harus memperhatikan kesederhanaan dan ketidakmampuan umat di sekitar kita. Biarlah hidup kita hanya bersandar dalam belaskasihan Allah dan setiap pertapa hendaknya mempunyai pantang kudus akan makanan dan minuman sendiri demi doa-doa kepada banyak jiwa serta jangan memakan makanan instan yang memanjakan diri. Biarlah kita memantangkan Daging dan Ikan serta segala olahannya. 
Janganlah mencari-cari kesenangan daging lewat santapan jasmani karena semua itu hanya sementara. Carilah santapan rohani sekenyang-kenyangnya agar tubuh, jiwa, dan roh tumbuh dan berkembang dalam hal kekudusan dan keIlahian.
hendaklah setiap pertapa bekerja kebun dan mengusahakan sendiri segala keperluan hidup yang masih dapat dikerjakan dan usahakan.
Sepenuh-penuhnya hidup kita bersandar dari derma. Inilah penyerahan diri kita pada Penyelenggaraan Ilahi Allah.

XXVIII. Sel

Dalam keadaan apapun, kesesakan, kegundahan, kekeringan, ketakutan, kecemasan, ditinggal dan terasa akan berakhir semuanya, tinggallah tetap di dalam selmu. Sel adalah tempat kita berdiam dalam kesendirian, keterasingan, keheningan dan dalam doa serta tapabrata kita. Sel-lah ruang yang khusus bagi kita, tempat pengasingan kita di dunia ini. Berdoalah, bertapalah, menangislah dengan hati remuk redam ke hadapan Allah di dalam selmu, Allah tinggal di sana. Setiap sel adalah ruang di mana kita mengalami perjuangan dalam peziarahan suci dalam pertapaan hidup kita. Sel bukan berfungsi hanya sebagai ruang istirahat. Namun di sel-lah kita banyak merenung, menyepi, berdoa dan berulahtapa tanpa diketahui oleh siapapun. Hanya kau dan Allah saja. Biarlah sel para pertapa dibentuk sesederhana berupa pondok kecil namun baik untuk tinggal. Setiap sel terpisah dari sel yang lain dan biarlah sel selalu terjaga keheningannya.
Tidak deperkenankan sama sekali dan dalam alasan apapun para rahib melakukan pertemuan, pembicaraan atau kegiatan yang menghadirkan rahib yang lain ke dalam sel. Biarlah sel hanya menjadi tempat kediaman seorang abdi. Hanya Bapa dan orang yang ditugaskan oleh Bapa diperkenankan masuk ke dalam situasi yang amat perlu untuk memeriksa dan memastikan bahwa sel dalam keadaan baik. Di dalam sel hanya ada satu bangku dan meja tulis kecil, sebuah tikar, lemari pakaian sederhana, salib dan benda devosi lainnya, sebuah bantal dan selimut, sebuah kitab suci dan penerang. Para rahib tidak diperkenankan membawa masuk keperluan apapun ke dalam sel. Biarlah sel menjadi ruang khusus tempat ia bertemu dengan Allah secara pribadi. Tidak diperkenankan menyimpan apapun selain yang sudah ditetapkan tanpa sepengetahuan dan seijin Bapa. Terimalah hidup dalam keadaan yang teramat sederhana karena inilh pilihan kita. Dunia hanya tempat pengasingan bagi kita saat ini, marilah kita menanti dan mengharapkan rumah kediaman di surga bersama Allah.
“Masuklah ke dalam kamarmu dan berdoalah”

XXIX. Tidur Dan Istirahat

Istirahatlah secukupnya agar dengan keadaan yang siap kita mampu melaksanakan Karya Allah dan Karya Tangan kita. Istirahatlah yang cukup memberikan semangat kepada kita berkarya. Istirahatlah 6 jam sehari dan berkaryalah 6 jam sehari dalam Karya Tangan dan berilah waktumu sebagai persembahan kepada Allah dalam Karya Allah sebanyak 12 jam. Karena kita adalah Abdi Raja dan bukan Abdi untuk Kerajaan Raja(Allah). Mengabdi hanya kepada Allah dalam doa dan terus menerus serta dalam tapa sebagai abdi Allah karena kita abdi Allah saja dan itu yang utama, lewat doa itu saja kita membawa dunia kepada Allah dan inilah pelayanan kita untuk kerajaan Allah. Maka di sini kita harus menyadari panggilan dan penyerahan diri kita kepada Allah sebagai abdi suciNya dan dari itu dalam kemanusiaan kita, kita juga member kesempatan beristirahat/tidur kepada tubuh untuk menimba kekuatan agar kita semakin lebih menerima semangat baru untuk melaksanakan karya-karya kita. Namun berhati-hatilah dengan kemalasan tubuh, dia seperti babi yang hanya makan dan tidur. Kemalasan adalah musuh jiwa. Jiwa yang dikuasai oleh kemalasan akan menjadi tunggangan si setan dan menjadi budak karenanya. Dari kemalasan kita dipancing untuk meninggalkan karya kita dan menjadi sandungan bagi saudara lain. Terkutuklah abdi yang datang ke dalam himpunan para abdi hanya untuk mengalihkan kesulitan dunia dan bermalas-malas dalam hidupnya sebagai abdi suci Allah. Cukuplah istirahat kita, cukuplah makan kita, cukuplah karya tangan kita dan persembahkanlah persembahan yang paling indah dan patuhlah dalam semangat tertinggi dalam karya Allah. Namun beristirahatlah dalam keterjagaan dan mengarahkan hati kepada Allah agar istirahat kita bukan istirahat yang sia-sia sehingga di akhirnya kita mampu berseru
“Berkatilah kami, ya Tuhan, bila kami berjaga, lindungilah kami bila kami tidur. Semoga kami berjaga bersama Kristus dan beristirahat dalam damai.”
“Sekarang Tuhan perkenankan hambaMu berpulang dalam damai sejahtera, menurut sabdaMu, sebab aku telah melihat keselamatanMu yang Kau sediakan di hadapan segala bangsa. Cahaya untuk menerangi para bangsa dan kemuliaan bagi umatMu Israel.”
XXX. Sakit

Jika setiap abdi sakit, hendaklah ia tidak menjadi dimanjakan dan memanjakan diri serta terlalu bersungut-sungut atas penderitaan yang dialami namun lewat penderitaan yang kita alami kita semakin menyatukan diri dengan sengsara dan salib Kristus kita semakin mengalami peneguhan bahwa dalam dan dari salib Kristus kita  semakin bersatu dan lebih mesra lagi dengan Allah. Terkutuklah setiap saudara jika dengan sakit/alasan sakit lupa akan hidupnya dalam doa dan tapa sebagai rahib. Namun janganlah kita tidak memperhatikan saudara yang sakit karena kita harus merasakan bahwa kita pun ingin dan butuh diperhatikan saat kita sakit. Berilah perhatian yang penuh cinta kasih dan belaskasih bagi setiap saudara yang sakit dan hendaklah Bapa selalu memperhatikan kesehatan setiap rahib baik jasmani dan rohaninya. Jika keadaan membutuhkan bahwa saudara memerlukan perawatan khusus bagi penyakitnya di luar pertapaan, hendaklah Bapa memperhatikannya. Marilah dan teruslah bersandar dan memandang salib Yesus ketika kita mengalami sakit jasmani pun rohani serta terlebih ketika mengalami sakit batin saat malam gelap hidup tapa ini.



XXXI. Clausura

Biarlah pobdok tempat tinggal para pertapa tidak dimasuki oleh siapapun juga tanpa sepengtahuan Bapa. Dan jangan pernah ada yang masuk ke areal clausura selain para pertapa saja, uskup dan imam yang diminta/ditugaskan serta pemimpin Gereja Kudus. Clausura sangat khusus dan dikuduskan bagi para pertapa saja. Di sana berdiam dan tinggal Allah. Biarlah kita menciptakan dan hidup dalam suasana keadaan yang khusyuk, hening dan kudus di dalam clausura. Di sana kita memandang Allah dan membelakangi dunia. Kekhususan clausur ini harus benar-benar dijaga. Hanya diperuntukkan bagi para pertapa saja.
Ada 3 areal pertapaan yang mendapat status calusura. Areal pertapaan eremites ketat, yang mana areal ini tempat paling sepi dan dikhususkan bagi pertapa yang sudah matang dalam Via Meditatio dan menjalani cara hidup Via Misterio Contmplatio dan Via Prima. Hendaknya areal ini sama sekali tidak dimasuki oleh siapapun selain pertapa yang hendak menjalani pola hidup Via Misterio Contemplatio dan orang yang atas izin Bapa boleh memasuki areal itu. Areal kedua adalah areal pertapaan semi eremites tempat para pertapa seniorat dan juniorat. Di sini ditata sedemikian rupa menjadi kumpulan pondok para pertapa dan areal ketiga adalah areal eemites untuk umat awam yang menyumber beberapa pekan untuk mengalami hidup eremit atau mendalami doa dan samadi katolik. Dan bagian terakhir adalah areal tamu. Areal tamu, batas tamu awam masuk ke areal pertapaan.
Namun sekali setahun dapat dilakukan pembukaan pintu Clausura bagi masyarakat umum yang dilakukan pembukaan pintu Clausura bagi masyarakat umum yang dilakukan pada tanggal 24 Februari setiap tahunnya.
Biarlah keheningan dan kedamaian Clausura tetap dijaga dengan baik. Jika ada dari para biarawan/biarawati ingin melihat cara hidup kita hendaknya ini sangat dipertimbangkan sekali dan benar-benar sangat penting sekali. Jika tidak, biarlah aturan Clausura dikenakan kepada siapapun itu baik imam sekalipun (selain imam yang ditugaskan atau dimintai bantuan)
Di dalam areal clausura hanya karyawan atau pekerja laki-laki saja diperbolehkan. Dan itupun hanya bertujuan untuk kerja saja.
Biarlah clausura ini tetap kudus dan sederhana. Diadakan penyucian dan pengudusan pertapaan sekali setahun di akhir tahun, seraya menutup tahun dan mendoakan doa-doa meriah atas intensi doa umat.
Bangunan di pertapaan/clausura 1,2 dan 3 diusahakan mendukung semangat kemiskinan, kesederhanaan, keugaharian dan kerendahan hari kita yang hanya brtziarah di dunia ini. Bangunan pondokan pertapa hendaknya terbuat dari kayu dan sederhana. Hanya rumah inti, kapel dan kapel utama saja yang dibangun secara permanen. Terlebih kapel utama merupakan kapel Kerahiman Ilahi yang menjadi tempat khusus dan dihormati. Biarlah Clausura selalu dalam keadaan rapi dan bersih. Allah tinggal di persamuhanNya yang kudus dalam bilik rumahmu. Di sana Ia mau bertamu dan bersatu dengan kita. Jangan menodai kekudusan dan kesatuan ini.
“Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya yang  tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan dan yang tidak bersumpah palsu boleh naik ke gunung Tuhan.”
Tuhan siapa boleh diam di kemahMu, siapa tinggal digunungMu yang suci.”

XXXII. Tamu Dan Areal Tamu

Disediakan satu areal/rumah untuk tamu yang datang. Biarlah rumah ini dipisahkan dari clausura dan dekat dengan kapel pertapaan dan ruang bertamu. Rumah tamu dibuat sesederhana  dan dalam keadaan rapi disiapkan. Agar tamu yang dating juga mengalami cara hidup kita walau tanpa harus masuk ke dalam clausura. Tamu yang datang diterima oleh bagian tamu dengan segala kerendahan hati, kesalehan, doa dan hidup tapanya, dengan baik menerima setiap tamu yang datang. Tamu yang datang diterima dengan baik, siapapun itu orangnya. Karena setiap tamu yang datang adalah Kristus yang datang. Biarlah kita menerima mereka dengan hormat dan baik. Melayani mereka seperti melayani Kristus yang dating berkunjung. Hendaknya tamu dilayani sedemikian rupa agar mereka mengalami juga cara hidup kita adanya. Ruang tamu, rumah tamu, kamar tamu, ruang pembicaraan dan makan serta keperluan tamu diharapkan tetap diperhatikan dan dalam keadaan cermin kesederhanaan dan keugahariaan. Tamu dari kalangan biarawan dan biarawat serta imam diperhatikan sedemikian rupa  agar kunjungan mereka membawa rahmat bagi mereka dan bagi kita.
Biarlah mereka dilayani dengan sebaik mungkin agar kehadiran mereka ke pertapaan membawa rahmat dari Allah, seperti yang mereka harapkan. Keperluan tamu ditanggungjawabi oleh pertapa yang bertugas untuk tamu.
Tamu yang hadir dan datang ke pertapaan bukan mau menenangkan diri dan berrekreasi rohani, namun mereka mau mencecap cara hidup kita, doa, tapa dan menemukan Allah dalam keheningan. Dari sebab itu kita tetap memperhatikan hal ini. Maka tamu yang datang wajib mengikuti tata peribadatan, ekaristi dan acara ibadat pertapaan seluruhnya. Di luar waktu ibadat mereka mengambil waktu sendiri dengan kegiatan sendiri.
Jika membutukan bimbingan dari seorang pertapa biarlah seorang pertapa yang diserahi tugas untuk itu, mendampingi di kamar pembicaraan.
Dengan keras diingatkan agar para pertapa tidak diperkenankan pergi ke areal rumah dan kamar tamu jika bukan bagian mengurus tamu dan seizin Bapa. Hormatlah dengan sopan dan sampaikan bahwa rahib tidak boleh sama sekali berbicara kepada tamu.
Jika ada sumbangan, derma atau pemberian yang diserahkan ke
Pada pertapaan atau seorang rahib dari tamu atau keluarganya, maka itu semua diserahkan kepada pemimpin pertapaan sebagai berkat bersama.

XXXIII. Alat Komunikasi Dan Surat

Untuk memperoleh komunikasi dari luar pertapaan, hanya diperkenankan telephone/handphone yang diletkkan di ruang tamu dan hanya pertapa yang mengurusi bagian tamu yang menanggungjawabi telephone/handphone tersebut. Biarlah alat komunikasi itu dipergunakan hanya untuk kepentingan yang sangat perlu dan penting sekali. Dan bukan dipergunakan utnuk kesenangan dan keinginan badani kita. Dan pertapa yang diberi tugas, untuk menanggungjawabi ini benar-benar bijaksana dan saleh dalam menggunakan dan selalu jika ada hal yang harus diterima atau dikabari ke luar pertapaan diketahui oleh Bapa dan dituliskan. Jika ada kabar atau pesan yang ditujukan untuk seorang pertapa dari keluarga atau kerabat terlebih dahulu rahib bagian tamu meminta ijin dari Bapa untuk menanyakan apakah hal itu pantas dan boleh. Selalu atas ijin Bapa jika ada yang hendak menerima atau menghubungi kerabat dan keluarga. Ingatlah bahwa memang perlu, tapi tidak penting. Selain itu diperkenankan jika atas Penyelenggaraan Ilahi di terima koran, majalah dan sejenisnya yang sesuai dan membantu bagi pertapaan untuk menerima berita atau kabar tentang dunia agar lewatnya dari mengetahui kabar dan berita ini kita ikut sertakan mereka dalam doa-doa kita. Namun sehubungan dengan Koran, majalah dan sejenisnya diatur dan diketahui oleh Bapa yang diserahi tugas kepada seorang rahib ke bagian ini. Demikianpun halnya surat, bahwa jika ada surat yang diperuntukkan kepada seorang pertapa maka terlebih dahulu semua surat sampai ke tangan Bapa. Biarlah Bapa yang menyerahkannya jika dipandang tepat terlebih surat untuk pertapa juniorat, novis dan postulant, Bapa dapat membukanya dan mengetahuinya dan jika dipandang tepat maka ia boleh menyerahkannya kepada pertapa yang dituju dan jika tidak kuasa Bapa berhak tidak memberikannya demi mendukung hidup dan panggilannya. Namun surat untuk para seniorat, biarlah Bapa memandang dengan kebijaksanaan, untuk mengetahui segala hal yang dari luar masuk ke dalam pertapaan. Untuk hal ini tetap ada kuasa Bapa dan berhak membuka semua surat yang masuk ke dalam pertapaan. Untuk hal ini kita diingatkan untuk tidak menambah dosa di hati dengan menggerutu, marah, kecewa dan segala hal yang membuat hatimu gusar atas hal itu. Demikianpun mengenai surat yang keluar dari  pertapaan, hendaknya diketahui oleh Bapa dan berhak dibaca terlebih dahulu, sebelum dikirim. Jika dipandang tidak tepat dan tidak mendukung maka surat tersebut tidak dikirim dan dikembalikan kepada pengirimnya. Namun hanya surat rahasia dan penting yang ditujukan kepada pihak Gereja Kudus, Uskup, pembimbing rohani dan bapa pengakuan saja yang tidak boleh sama sekali diketahui oleh pemimpin jika itu berkaitan tentang kerahasiaan dan kepenuhan permintaan dari pihak Gereja Kudus dan para pembimbing.
Biar semua surat tanpa terkecuali yang diterima dan dikirim pertapaan ditulis dalam daftar surat. Demikianpun telephon atau pesan yang disampaikan melalui telephon/handphone ditulis dalam daftar telephone dan pesan.


XXXIV. Alat Elektronik, Buku, Barang lainnya

“Janganlah kita gusar untuk memikirkan keinginan daging semata.”
Demikianpun juga segala macam dan jenis alat-alat elektronik tidak harus dan penting dimiliki pertapaan. Dalam pertapaan tidak diperkenankan menonton TV, mendengar Radio/Tape serta sejenisnya. Kecanggihan teknologi tidak selalu mendukung dan diterima dalam pertapaan sebab kita ketika memilih cara hidup ini dengan sadar dan bahagia utnuk meninggalkan dunia dengan segala kecanggihannya dan kemengahannya dan mengganggab semua itu adalah abu. Biarlah kita sangat miskin dan sederhana agar kita benar-benar semakin dekat dan bersatu dengan Allah. Tidak ada alat-alat elektronik di dalam pertapaan yang menghancurkan jiwa dan roh para pertapa namun jika ada dianggap perlu untk mendukung kelancaran tugas dan karya dan itupun jika dipandang penting maka diperkenankan setelah semua pihak pertapaan setuju. Dan jika seorang saja tidak setuju maka sepenting apapun itu tidak diperkenankan keberadaannya. Demikianpun buku-buku yang disediakan dan diterima pertapaan hendaknya diperhatikan bahwa buku-buku tersebut mendukung panggilan dan hidup kita sebagai pertapa serta menambah ilmu dan pengetahuan. Semua buku hanya ada di perpustakaan. Tidak diperkenankan membawa buku ke kamar istirahat. Buku-buku renungan dapat dibawa ke kapel jika itu penting namun biarlah hanya kitab suci dan buku-buku ibadat di dalam kapel karena dalam kapel kita hanya bersehadap dan bersatu dengan Allah saja. Kitab suci sudah sangat cukup dan lebih kaya utnuk direnungkan. Biarlah buku-buku lainnya hanya menambah perbendaharaan pengetahuan saja. Biarlah semua buku, hanya ada di perpustakaan dan ruang baca. Hendaklah dijaga kerapian semuanya agar ini dapat digunakan lama waktu. Demikianpun jika ada kaset atau DVD rohani utnuk ilmu pengetahuan dan kerohanian, semua diletakkan di dalam ruang perpustakaan.
Jika ada sumbangan atau pemberian apapun itu hendaknya diserahkan kepada pemimpin baik itu ditujukan kepada seorang namun tetap diserahkan kepada Bapa. Tidak diperkenankan barang-barang apapun, buku, alat elektronik dan sejenisnya masuk ke dalam pertapaan tanpa diketahui Bapa.

XXXV. Harta Dan Kekayaan

“Carilah dahulu kerajaan Allah dan lainnya akan ditambahkan.”
Biarlah burung terbang bebas tanpa menghiraukan apa yang terjadi hari esok. Udara yang datang dan pergi tak meninggalkan bekas dan jejak sedikipun. Demikian juga dengan harta dan kekayaan hidup kita. Jangan menimbun harta kekayaan duniawi namun biarlah kecukupan yang diberikan Allah membuat kita bahagia dan damai. Serahkanlah seluruh hidup kita hanya pada Penyenggaraan Ilahi Allah. Jangan pernah sekali-kali terikat pada barang apapun di dunia ini, baik itu adalah milik Allah. Kita sama-sama tak punya apa-apa di dunia ini selain doa, tapa dan kedamaian hati akan kelepasan dan tanpa milik di hadapan manusia dan terlebih di hadapan Allah. Biarlah Bapa dan pertapa yang diberi tugas mengurus harta dan benda (kekayaan) mengurusnya dengan sekali-kali untuk tidak lupa agar jangan tergoda akan rayuan darinya.
Biarlah cermin kesederhanaan dan keugaharian ada dalam hati setiap pertapa dan kita terus mencari harta di surga dalam doa dan tapa suci ini.
Jangan pernah hati kita hanya berniat memikirkan tentang harta dunia karena dengan begitu setan mendapat celah utnuk menjerumuskan kita pada banyak cacat cela.
“Berhati-hatilah, sebab di mana hartamu berada di situ hatimu berada.”




XXXVI. Hukuman Dan Sanksi

Jika ada abdi suci melakukan kesalahan umum atau pribadi hendaknya segera dilapor kepada Bapa dan Bapa melakukan pengakuan umum di hadapan para pertapa dan memberikan sangsi dan hukuman yang pas dengan cara hidup kita yang selalu berlandaskan cintakasih dan belaskasih. Bapa harus memperhatikan kelemahan dan kekurangan dari setiap pertapa dan hendaklah ia menjadi Bapa yang selalu adil dan dipenuhi rasa damai di dalam hati. Jangan ada rasa benci, dendam, iri, sakit hati dan amarah bagi pemberi  dan penerima sangsi dan hukuman.
Biarlah hukuman dan sangsi diatur lebih dalam, dalam aturan harian kecil hidup pertapa. Jangan melakukan hukuman dan sangsi saat hari raya, Jumat dan puasa suci ataupun dalam keadaan sakit. Hendaklah kita segera mengakui kesalahan dan kelalaian kepada Bapa dan menerima hukuman dan sangsi atasnya dengan harapan akan perkembangan hidup kita yang selalu dan terus menerus berbuat baik dihadapan sesama terlebih di hadapan Allah.
Allah kita bukan Allah penghukum namun Ia adalah Bapa yang baik, berbalaskasih, adil dan benar.
“Letakkanlah hidupmu pada hokum yang paling utama yakni Cinta Kasih.”


XXXVII. Pertapa Yang Bebal dan Dikeluarkan

Jika dengan cinta kasih dan belaskasih seorang pertapa yang bersalah tidak mampu mengakui kesalahan, merubah dan melepaskan kekurangannya biarlah ia diberi kesempatan sampai tiga kali. Jika kesempatan ini juga tidak dapat ia lakukan berilah ia kesempatan tiga kali lagi, jika juga tidak dapat melepas kelemahan tersebut beri kesempatan tiga kali lagi, namun jika tidak biarlah kesempatan yang terakhir diberikan kepadanya. Kesempatan ini diadakan dalam kumpulan seluruh para pertapa dan dinyatakan segala kekurangan dan kelemahannya. Semua saudara dalam doa dan ibadat suci mohon kehadiran Roh Kudus agar Roh Allah sajalah yang berkarya mengubah dan mengerakkan hati dari rahib yang bebal ini. Kita harus menyadari bahwa Allah saja yang bias mengubah kelemahan, cacat cela dan kedosaan serta kelemahan yang teramat parah. Kita harus menyadari selalu tentang kelemahan kita dan kepasrahan kita kepada Penyelenggaraan dan Karya Ilahi Allah. Namun jika dengan hal ini pun pertapa yang bebal ini tidak juga berubah, berarti ia benar-benar manusia bebal yang diselimuti pakaian si setan. Dia bukan pertapa lagi.
Biarlah ia dikeluarkan dari kehidupan dan persatuan para pertapa sebagai abdi Allah yang suci karena dia sudah menjadi abdi dunia dan manusiawinya sendiri. Karena setiap abdi hanya sadar bahwa Allah yang dia abdi adalah Benar, Suci dan Kudus dan hendaklah kita kudus adanya.
“Cinta Kasih Allah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Ilahi, sumber cinta suci, yang dianugerahkan bagi kita.”


XXXVIII. Bepergian Dari Pertapaan

pertapa yang diserahi tugas untuk urusan pertapaan ke dunia luar hendaknya ia menerima berkat sebelum dan sekembali ke pertapaan. Agar ia selalu dalam rahmat Allah dalam menjalani tugasnya dan pertapa tersebut selalu disadarkan bahwa ia pergi atas tugas yang ia terima dari pertapaan. Demikian juga para pertapa yang diberi kesempatan keluar pertapaan untuk hal lainnya, ia tetap menerima berkat dari Bapa sebelum berangkat dan sekembalinya ke pertapaan, meninggalkan hidup doa dan tapanya. Hendaklah ia juga memancarkan dan menunjukan kebaikan bahwasanya dia seorang pertapa dan dengan cara orang lain memandang Allah yang hadir dalam hidupnya. Biarlah doa dan ibadat serta ulatapa dilaksanakan sedemikian rupa agar semuanya tidak dilupakan entah kemanapun tujuan pertapa tersebut. Jika bukan karena kunjungan ke rumah orang tua dengan izin pemimpin maka jika pertapa pergi dari pertapaan untuk beberapa hari maka ia tinggal di biara atau komunitas saudara, atau pastoran ataupun di gereja dan bukan di rumah keluarga. Dan Bapa harus tahu semuanya itu. Kita harus sadar bahwa kita bukan lagi milik dunia ini. Dan kita hanya sementara saja. Biarlah kita kembali kepangkuan Allah karena kasihNya lebih besar dari kebahagiaan dunia ini.
XXXIX. Meninggalkan Pertapaan Dan Cara Hidup Kerahiban

Jika ada yang ingin keluar atau meninggalkan pertapaan dan cara hidup ini selamanya, setelah merenung, berdoa dan menimbang dengan bimbingan Roh Kudus atas keputusan ini maka Bapa tetap harus menjadi pendampingnya. Temani, damping dan arahkan ia kepada kehendak Allah yang benar. Biarlah ia menjadi manusia yang bebas atas pilihannya. Namun tetap diingat bahwa ia harus dituntun dan dibimbing kepada  kehendak benar akan panggilan Allah dalam dirinya. Pertapa yang akan keluar dari pertapaan menerima haknya sebagai saudara dan kita tidak boleh lupa akan itu walau ia sudah meninggalkan pertapaan. Diadakan ibadat pelepasan jubah dan atribut kerahiban di dalam tata acara pelepasan saudara. Diserahkan pakaian awam sebagai gantinya, dan ia diperlengkapi kebutuhan untuk kembali ke rumah keluarga. Bapa boleh memberi kesempatan selama setahun jika si saudara masih memiliki kebimbangan namun jika itu tidak diterima maka ia lepas untuk selamanya.


XL. Menerima Kembali Yang Telah Keluar

Jika atas kehendak rahmat Allah saudara yang sudah pernah meninggalkan pertapaan datang kembali untuk menjadi seorang abdi maka ia tetap deserahkan kepada Bapa dan para penasehat pertapaan. Jika ia dipandang telah bertobat dan benar-benar atas kehendak yang teguh ingin kembali kepersatuan para abdi maka atas doa-doa dan karya Roh Kudus ia diperkenankan kembali masuk dan diberikan pada tingkatan para novis awal. Dan ia harus membuat janji dan permohonan bahwa ia benar-benar hendak mengabdi kepada Allah saja dan meninggalkan dunia dan manusiawinya. Namun ia tetap harus menerima dan melaksanakan ujian-ujian rohani untuk memurnikan kehendak dan niat baik tersebut. Dan jika ada dari kalangan imam, biarawan/rohaniawan dan pertapa lain hendak menggabungkan diri dlam persatuan abdi Allah yang kudus ini maka mereka menjalani aturan hidup pertapaan ini dan mereka memulainya sedari awal dan serendahnya agar jika memang ini rencana dan kehendak  Allah, mereka pasti dapat sampai kepada tujuan hidup yang mereka cari. Jangan ada pembedaan dan pengkhususan dalam hal ini karena di hadapan Allah kita semua sama rendah.

XLI. Abdi Yang Lanjut Usia

Para abdi yang lanjut usia selalu memberi kekuatan kepada kita bahwa Allah berkarya dan mereka terus berjuang. Maka hendaknya pemimpin member perhatian juga kepada mereka selain orang yang sakit. Mereka butuh perhatian dan belaskasih serta kesabaran yang penuh kepada mereka. Biarlah ditunjuk seorang atau dua orang untuk memperhatikan kehidupan mereka. Agar mereka mengalami perhatian dan belaskasih di masa-masa sulit mereka. Dengan perhatian ini mereka dapat melakukan doa, ibadat, dan tapa serta karya tangan dan karya ilahi sedapat mungkin atau dibantu. Namun tetap diingat untuk semua abdi yang lanjut usia mereka tetap harus taat kepada aturan sampai akhir hidup mereka.
Sebab kita akan benar-benar disebut pertapa ketika sampai akhir hidup kita, kita setia memegang tangan Allah dan berjalan dalam Injil Suci serta aturan hidup suci pertapa ini. Namun tetap dalam kewibawaan dan kebijaksanaannya pemimpin tidak terlalu keras mengenai peraturan makanan kepada mereka. Dan jika peraturan menunt lain maka hukum Cinta Kasih Allah-lah yang utama.
“Biarlah sampai rambut dan janggutku memutih, aku memuji Allah dalam kesetiaan tapaku.”



XLII. Mari Hidup Saleh dan Kudus

Marilah mengejar kesalehan dan kekudusan yang tertinggi dengan menelanjangi diri dari segala-galanya agar Allah sendiri memberi jubah kekudusan lewat  hidup ini kita.  Kita adalah asing bagi dunia, dan dari itu kita harus meninggalkan dan melepaskan keinginan duniawi dan manusiawi kita.  Marilah mengejar dengan doa dan tapa serta penyangkalan diri lewat jalan sempit dan sulit. Kasihilah Tuhan Allah dengan  segenap hati dan kekuatan serta pemikiranmu. Kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri.
Setelah kita lulus dalam jalan  permenungan ini yakni Via Meditatio marilah kita melangkah lebih mendalam ke puncak kesempurnaan dan kesatuan yang utuh dengan Allah yakni Via Misterio Contemplatio.
Marilah kita melangkah ke jalan anak tangga kesempurnaan menuju kepusat Contemplasi untuk sampai kepada jalan utama menuju kesatuan cinta kasih yang Sempurna dalam Allah hendaknya kita semua dengan kematangan rohani memasuki masa eremites sesuai pengaturan hidup Via Misterio Contemplatio.
Setelah berkaul Agung hendaknya diri ini sudah siap dan yakin memasuki gerbang  hidup pertapa sejati yakni mempersrmbahkan secara total kepada Allah.
Inilah gerbang memasuki jawaban dari panggilan hidup kita. Allah satu-satunya dalam hidupki.
“Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata dan tidak pernah didengar oleh telinga, yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia.”

XLIII. berkat Kepada Para Pertapa Dan Penutup

Terpujilah Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus yang melimpahkan berkat, rahmat dan karunia-Nya kepada orang yang mau dengan sungguh dan setia sampai akhir melaksanakan kehendak suci-Nya seturut aturan hidup Injil Suci Tuhan Kita Yesus Kristus. Berkat melimpah tercurah atas setiap orang yang mau dengan sungguh dan setia melaksanakan aturan hidup bertapa ini. Kepadanya tercurahkan berlimpah-limpah rahmat, berkat dan karunia serta keutamaan-keutamaan Ilahi dan Roh Allah ada padanya dan Kerajaan Allah dekat dengannya.Biarlah Allah yang memenuhi kesempurnaan hidup dalam kesederhanaan, kerendahan hati, kemurnian, kesucian dan kekudusan dalam kesatuan mesra dengan Allah. Jangan cemas jika kita tidak/ belum sepenuhnya melakukan aturan ini namun cemaslah jika kita telah kelu dan beku akan usaha untuk terus berusaha mencoba melakukannya, akan terkutuklah jika ia mulai merubah dan memberi alasan untuk merubah aturan hidup ini dan melalaikannya dengan sadar bahkan meniadakannya dengan sungutan dan bantahan dalam hati. Semoga Allah berdiam dan menjadi raja atas kita dalam hidup suci sebagai abdi-Nya dan kita semakin dikuduskan oleh-Nya…..
Amin……………….amin……………..amin





Rahib Christian Amore













Berjalan  Menuju  Kesehadapan
dengan  Allah
Via Misterio Contemplatio


Ketika  seorang pertapa yang dengan saleh, taat, rendah hati, sabar dan penuh cinta kasih mampu berjuang dan tangguh dalam melatih  diri dalam doa, tapa, silih, matiraga suci dan dalam keheningan dan kesendirian dianggap mampu memasuku perjalanan menuju kesempurnaan doa kkontemplasi tertinggi, Ia harus menyadari bahwa Ia sudah menjadi asing bagi dunia ini.
Dia hanya bercita-cita suci untuk mengabdikan diri  dalam doa dan tapa dan hanya mempersembahkan hidupnya  kepada Allah sebagai kurban persembahan yang murni dihadapan Allah..
Aturan hidup Via Meditatio diharapkan cukup mematangkan secara rohani, batin, dan badan untuk memasuki peziarahan Ilahi yakni  menapaki jalan menuju  kepada inti kontemolasi  tertinggi lewat Via Misterio Contemplasi. Jalan ini adalah jalan yang sempit lagi susah. Butuh rahmat yang besar dari Allah  maka dari itu pertapa yang sudah matang dan menerimakan Kaul Agungnya  wajib memulai dan melangkah  ketangga peziarahan Ilahi. Selanjutnya yakni hidup dalam pola Kontemplatif ketat dalam keheningan, kesendirian keberasingan di tempat eremites.  Pola hidup  ini adalah pola hidup yang teramat khusus.  Setelah ditempah dan diuji, setiap pertapa merasa yakin dan teguh dlam iman serta dipenuhi  suka cita cinta kasih kepada puncak kontemplasi yakni bersehadap dan berserah  dalam Allah.
Tidak ada peraturan yang mengatur ketat pola hidup eremites. Namun setiap pertapa yang akan memasuki masa dan tahap ini  memiliki aturan hidup yang dilakukan secara pribadi (Ratio Vivendi). Harus disadari bahwa pola hidup eremit ini adalah ciri khusus dalam pertapaan.

Ada beberapa hal yang perlu menjadi patron dan aturan penting diluar dari Ratio Vivendi setiap pertapa bahwasanya :
·Aturan hidup pertapaan eremit tetap menjadi dasar dan sudah melekat didalam hidup pertapa.
·Aturan hidup pertapa dalam ibadat malam, pagi dan sore tetap harus dijalankan.
·Dalam hal pantang dan puasa serta matiraga tetap dijalankan  hanya tambahan, setiap pertapa menambah pantangan pribadi sebagai wujud  intensi doanya. Dan hal ini diketahui oleh Bapa dan diingat untuk tetap menjaga kesehatan. Karena kita mau memberi yang yerbaik kepada Allah.
·Dalam hal doa/samadi sekurang-kurangnya ada waktu 6 jam  untuk meditasi. Semuanya diatur sedemikian rupa dalam Ratio Vivendi  agar tujuan yang utama yakni  hidup dalam kontemplasi dapat tercapai.
·Dalam hal renungan dan bacaan Rohani diatur sendiri.
·Sedapat mungkin ada akan menghadiri Ekaristi sekali seminggu. Ini diatur apakah imam diutus kebagian Eremites  atau pertapa yang datang untuk  melakukan Ekaristi.
·Alat elektronik tidak ada selain handphone untuk menghubungi bapa jika ada keperluan eremites yang mendesak atau diatur sedemikian rupa  agar tetap terjaga hidup eremites dengan baik.
·Jika sakit, pertapa merima haknya untuk perawatan dan sedapat mungkin  diberi pelayanan dan belaskasih  kepada mereka, sebab harus kita sadari  bahwa mereka adalah pertapa peziarah Ilahi Allah.
·Diadakan pemulihan dan komunikasi antara para juniorat  dan eremites sebagi kunjungan persaudaraan, pemulihan dan pembangunan rohani. Dan jika dirasa penting maka para pertapa eremites  boleh diundang kepertapaan juniorat untuk berbagi pengalaman. Setelah beberapa waktu pertapa boleh bergabung kembali kepertapaan umum dan kembali lagi ke eremites  sesuai pembicaraan dengan Bapa.

Dan masa-masa inilah usntuk tangga Via Prima dan Via Libera in Experito Dei dialami dan dirahmati . Masa eremit adalah masa panjang dan seumur hidup hanya saat ditentukan pertapa sendiri mengajukan waktu yang untuk samadi sekurang-kurangnya 10 jam.  Dan tetap diingat  bahwa ibadat Gereja dan Ekaristi adalah utama agar kita tetap sebagai pertapa Katolik yang sejati.


Parapat, 27 Mei 2012
Hari Raya Pentakosta



Rabih Christian  Amore

3 komentar:

  1. Karya Tuhan sungguh indah...berjayalah para Rahib setialah pada panggilanmu sebagai pendoa bagi dunia yang fana ini...

    BalasHapus